Kapan pun ada waktu, gunakan seefektif mungkin untuk berkomunikasi dengan pasangan. Mulai dari bangun tidur sampai dengan sebelum tidur. Bahkan dalam psikologi pernikahan, dikenal adanya istilah pillow talk, yaitu obrolan yang intim, otentik dan tanpa penghalang yang terjadi antara pasangan.
Selain itu, penting juga untuk terus memperkuat ikatan emosional dengan pasangan kita. Melalui interaksi yang hangat, kegiatan bersama, dan peningkatan kedekatan fisik, dapat memupuk cinta dan koneksi yang kuat dalam hubungan pasangan.
Dengan saling memahami dan memenuhi kebutuhan emosional satu sama lain, kita dapat mengurangi kemungkinan pasangan mencari kenyamanan dan kepuasan emosional di tempat lain.
Terlepas dari berita adanya perselingkuhan dalam bentuk chat mesra melalui fitur chat aplikasi Gojek tersebut, kita harus tetap berhati-hati dan bijak dalam menggunakan berbagai media sosial. Salah satu contoh penggunaan media sosial yang tidak pantas adalah ketika digunakan sebagai platform menyebarkan fitnah, provokasi atau sebagai tempat curhat bagi pasangan suami istri.
Terkadang, istri mengungkapkan keluhan mengenai situasi keluarganya di media sosial, atau pun sebaliknya, suami yang mengumbar hal yang dianggap minus dari sang istri atau mengeluhkan perilaku istri kepada semua warga net, sehingga ribuan orang dapat melihatnya.
Mereka tidak menyadari bahwa apa yang mereka sampaikan merupakan hal pribadi yang seharusnya diselesaikan secara rahasia dan tidak dipublikasikan.
Bukankah dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah ayat 187, Allah SWT berfirman, ".......mereka adalah pakaian bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka........"
Dalam Tafsir Jalalain karya Syaikh Jalaluddin, menjelaskan arti kalimat tersebut bahwa hubungan suami istri dapat disamakan dengan pakaian yang melekat erat pada kulit. Seperti halnya pakaian, tidak ada sekat yang memisahkannya. Maka, dalam kehidupan pernikahan, penting adanya saling percaya, keterbukaan, tanggung jawab, dan kesetiaan satu sama lain.
Dalam Tafsir An-Nawawi, Imam Nawawi menjelaskan bahwa pakaian dalam konteks hubungan suami istri dalam ayat tersebut di atas, memiliki arti saling melindungi dan menutupi kelemahan di antara keduanya. Pasangan suami istri seharusnya tidak mengungkapkan kelemahan atau keburukan satu sama lain kepada orang lain, bahkan kepada orang tua mereka sendiri.
Pada akhirnya, perselingkuhan bukanlah semata-mata tentang media atau cara yang digunakan, tetapi lebih pada niat dan kenyamanan dalam rumah tangga kita. Dengan membangun komunikasi yang baik, saling terbuka, dan menciptakan ikatan emosional yang kuat, kita dapat melawan ancaman perselingkuhan dan membangun hubungan yang sehat, bahagia, dan langgeng bersama pasangan kita.
Saya menulis ini bukan untuk bermaksud menggurui kepada para pembaca, atau merasa diri saya adalah sebagai sosok suami yang paling baik. Namun, tentunya saya dan istri akan terus berusaha memperbaiki dan memantaskan diri untuk saling menjaga ikatan suci pernikahan yang telah kita sepakati.