Ada istilah ganti Menteri, ganti kebijakan. Apakah benar? Bukan rahasia lagi setiap kali pergantian Presiden tentu ada perubahan dalam kepemimpinan di Kementerian atau Lembaga. Sampai istilah "Ganti Menteri, Ganti Kebijakan" merupakan hal yang bukan rahasia lagi.Â
Khususnya dibidang pendidikan, setiap kali ganti Menteri maka ada pergantian kurikulum. Terakhir penerapan Kurikulum Merdeka era Menteri Pendidikan Nadim (Era Presiden RI Ke-7, Joko Widodo). Kini per 20 Oktober 2024, Presiden pun berganti dari Presiden Ke-7 Joko Widodo, estafet  orang No. 1 di Indonesia dipegang oleh Presiden Prabowo Subiyanto. Beberapa Menteri era Presiden Ke-7 Joko Widodo masih dipercaya memegang kendali kementerian namun ada juga yang diganti, salah satunya Menteri Pendidikan.
Dunia pendidikan di Indonesia ini tiap Ganti Menteri besar kemungkinan perubahan kurikulum, benar? Saat ini di penerapan "Deep Learning" di tahun 2025 sedang digalakan. Mekanisme deep learning di Indonesia masih berkembang, namun seiring dengan meningkatnya minat terhadap kecerdasan buatan (AI), implementasi dan riset terkait deep learning semakin meningkat. Deep learning sendiri adalah cabang dari machine learning yang menggunakan jaringan saraf tiruan (neural networks) dengan banyak lapisan (layers) untuk memproses data dalam jumlah besar dan kompleks.
Kini beberapa universitas di Indonesia mulai menawarkan program studi atau kursus terkait AI dan deep learning, seperti di Universitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung (ITB), dan Universitas Gadjah Mada (UGM). Penelitian-penelitian tentang deep learning juga semakin populer, terutama di bidang pengolahan bahasa alami (NLP), visi komputer (computer vision), dan aplikasi-aplikasi lainnya seperti prediksi cuaca dan analisis data medis. Sementara itu penerapan deep learning di tingkat sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA) di Indonesia atau di negara lain masih dalam tahap eksplorasi dan pengembangan. Meskipun teknologi ini lebih umum digunakan di kalangan peneliti atau perusahaan, ada beberapa cara yang bisa diadaptasi untuk memperkenalkan deep learning kepada siswa pada berbagai tingkat pendidikan tersebut.
Di tingkat SD, pengenalan deep learning lebih fokus pada pemahaman dasar mengenai kecerdasan buatan (AI) dan bagaimana teknologi ini mempengaruhi kehidupan sehari-hari. Siswa di level ini mungkin belum siap untuk mempelajari algoritma deep learning secara teknis, namun mereka dapat dikenalkan dengan konsep dasar AI melalui pendekatan yang lebih sederhana.
Di SMP, siswa mulai memiliki kemampuan berpikir lebih abstrak dan bisa diajarkan konsep-konsep dasar dalam machine learning yang berhubungan dengan deep learning. Meskipun mereka belum bisa masuk ke dalam kode teknis yang rumit, mereka bisa dikenalkan dengan ide-ide dan aplikasi dasar AI, serta melihat bagaimana teknologi ini diterapkan dalam kehidupan mereka.
Di tingkat SMA, siswa mulai memiliki pemahaman yang lebih kuat tentang matematika dan logika, sehingga mereka lebih siap untuk memahami konsep-konsep yang lebih mendalam tentang deep learning dan machine learning. Di sini, mereka bisa mulai belajar mengenai cara kerja algoritma, jaringan saraf tiruan, serta aplikasi nyata dari deep learning.
Tantangan Penerapan Deep Learning di Sekolah:
- Keterbatasan Infrastruktur: Deep learning membutuhkan perangkat keras yang kuat, seperti GPU, yang sering kali tidak tersedia di sekolah-sekolah dengan anggaran terbatas.
- Kurangnya Guru yang Terlatih: Mengajarkan deep learning memerlukan keterampilan khusus yang tidak dimiliki oleh sebagian besar pengajar di tingkat dasar dan menengah. Dibutuhkan pelatihan dan peningkatan keterampilan bagi guru untuk dapat mengajarkan teknologi ini dengan efektif.
- Keterbatasan Waktu dan Kurikulum: Deep learning melibatkan topik yang kompleks, dan sekolah-sekolah mungkin tidak memiliki waktu atau ruang dalam kurikulum untuk memasukkan pembelajaran tentang AI dan deep learning secara mendalam.
- Akses ke Data: Deep learning sangat bergantung pada data. Menggunakan dataset yang besar untuk latihan bisa menjadi tantangan, terutama jika data tersebut sensitif atau memerlukan izin khusus.
Dikutip dari Tribun.com, Menurut Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah (Mendikdasmen) Abdul Mu'ti menyatakan belum semua sekolah menerapkan Kurikulum Merdeka. Kini, masih ada dua kurikulum nasional yang berlaku. Yaitu Kurikulum 2013 (K-13) dan Kurikulum Merdeka. Di masa pemerintahannya, Mu'ti menyebut kedua kurikulum itu masih tetap berlaku dan belum akan ada perubahan.
Dimana Deep Learning akan dilengkapi dari 2 kurikulum tersebut. Jadi mau pakai kurikulum apa sebenarnya Pendidikan Indonesia? Mengingat jika penerapan deep learning di SD, SMP, dan SMA akan lebih bagus dan berfokuskan pada pengenalan dan dasar-dasar AI di tingkat awal, yang akan berkembang menjadi konsep-konsep lebih mendalam di tingkat SMA. Dengan pendekatan yang tepat, teknologi ini bisa menjadi alat yang sangat berguna untuk membekali siswa dengan keterampilan yang relevan untuk masa depan, sekaligus membuat pembelajaran lebih interaktif dan inovatif.
Saat ini teknologi AI memang sedang berkembang pesat, setelah AI selesai apa lagi? Meskipun Indonesia memiliki banyak potensi untuk pengembangan deep learning, masalah infrastruktur seperti koneksi internet yang belum merata di beberapa daerah dan keterbatasan dalam akses ke perangkat keras komputasi yang mumpuni (misalnya GPU untuk pelatihan model deep learning) masih menjadi tantangan. Namun, inisiatif pemerintah dalam memperbaiki infrastruktur, sudah kah infrastrukturnya dipersiapkan?