Pengertian Antropologi dan Wayang
1. Antropologi: Ilmu yang mempelajari manusia dan kebudayaannya, mencakup aspek biologis, sosial, budaya dan linguistik.
2. Wayang: Kebudayaan tradisional Indonesia, khususnya Jawa, yang merupakan pertunjukan teater dengan menggunakan boneka atau wayang.
 Aspek Budaya Wayang
1. Sejarah: Wayang memiliki sejarah panjang, berasal dari zaman Hindu-Buddha di Jawa.
2. Mitologi: Wayang memiliki cerita rakyat dan mitos yang kuat, seperti Ramayana dan Mahabharata.
3. Seni: Wayang memiliki bentuk seni unik, seperti wayang kulit, wayang golek dan wayang orang.
4. Sosial: Wayang memiliki peran penting dalam kehidupan sosial, seperti ritual dan hiburan.
5. Filsafat: Wayang memiliki nilai-nilai moral dan filosofis, seperti keadilan, kesabaran dan kebijaksanaan.
 Fungsi Budaya Wayang
1. Pendidikan: Wayang sebagai sarana pendidikan moral dan nilai-nilai.
2. Hiburan: Wayang sebagai bentuk hiburan rakyat.
3. Ritual: Wayang sebagai bagian dari ritual keagamaan dan adat.
4. Identitas: Wayang sebagai simbol identitas budaya Jawa dan Indonesia.
5. Konservasi: Wayang sebagai sarana pelestarian budaya dan warisan.
Metode Penelitian Antropologi dalam Budaya Wayang
1. Pengamatan Partisipatif: Mengamati dan berpartisipasi dalam pertunjukan wayang.
2. Wawancara: Berbicara dengan dalang, pemain dan penonton wayang.
3. Analisis Teks: Menganalisis teks dan naskah wayang.
4. Etnografi: Membuat catatan etnografi tentang kehidupan sosial dan budaya wayang.
Wayang adalah seni pertunjukan tradisional Indonesia yang memiliki sejarah panjang dan perkembangan yang menarik:Â
Asal-usul
Wayang diperkirakan sudah ada sejak 1500 tahun sebelum Masehi. Asal-usulnya diyakini berasal dari suku Jawa yang menggunakan wayang dalam upacara adat dan ritual pemujaan roh nenek moyang.Â
Pengaruh agama Hindu-Buddha
Wayang menjadi sarana untuk mengajarkan ajaran agama dan cerita epik seperti Ramayana dan Mahabharata setelah agama Hindu-Buddha masuk ke Indonesia pada abad ke-1 Masehi.Â
Perkembangan di Kerajaan Mataram Kuno
Seni wayang mengalami perkembangan pesat pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno (abad ke-8 hingga ke-10).Â
Wayang kulit
Wayang kulit diciptakan pada masa Kerajaan Demak oleh raja dan para wali, terutama Sunan Kalijaga. Wayang kulit dibuat untuk menyesuaikan diri dengan syariat Islam, baik dalam bentuk, gambar, model pertunjukan, dan alat perlengkapannya.Â
Pengakuan sebagai Warisan Budaya Takbenda
Pada tahun 2003, wayang kulit Indonesia diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda UNESCO.Â
Perkembangan di abad 19 dan 20
Para dalang terus mengembangkan seni tradisional ini, salah satunya Ki H. Asep Sunandar Sunarya.Â
Wayang Wahyu
Wayang Wahyu dikembangkan oleh misionaris Katolik, Bruder Timotheus L. Wignyosubroto, FIC pada tahun 1960.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H