Balita adalah kelompok anak berumur dibawah usia 5 tahun (0-59 bulan). Masa balita proses pertumbuhan da perkembangan berlangsung secara pesat, sehingga pada masa ini balita memerlukan zat-zat gizi yang jumlahnya lebih banyak dengan kualitas yang baik.Â
Meski demikian, balita termasuk kelompok yang rawan mendeita kelainan gizi baik gizi lebih atau gizi kurang yang terjadi karena kekurangan makanan yang dbutuhkan maupun gizi lebih atau obesitas.
Pertumbuhan fisik, perkembangan, dan kecerdasan anak balita sangat dipengaruhi oleh makanan yang dikonsumsi, sehingga makanan yang bergizi dan sehat memegang peran yang sangat penting dalam status gizi serta tumbuh dan kembang anak.
Karakteristik balita berdasarkan kelompok umur dibedakan menjadi 2, yaitu anak usia 1-3 tahun dan anak usia prasekolah (3-5 tahun). Anak usia 1-3 tahun memperoleh makanan dari orang tuanya sehingga balita pada usia ini biasa disebut konsumen pasif.Â
Pola makan yang diberikan pada anak balita (1-3 tahun) adalah porsi kecil tapi sering. Pemberian porsi kecil tapi sering karena pada masa ini lambung dan perut balita lebih kecil sehingga menyebabkan jumlah makanan yang mampu diterima berskala kecil dan pada usia ini juga laju pertumbuhan menjadi lebih pesat.
Balita yang bersusia 3-5 tahun atau biasa disebut anak usia prasekolah dapat memilih makanan yang disukainya oleh karena itu usia in balita disebut sebagai konsumen aktif.Â
Pada usia ini anak menjadi sangat aktif dan mulai bisa memilih dan menolak makanan yang disediakan oleh orang tuanya sehigga menyababkan berat badan balita mengalami penurunan, oleh sebab itu peran dan pengetahuan orang tua tentang gizi dan status gizi balita sangat penting.
Pada masa balita seorang bunda harus mengetahui kebutuhan gizi balitanya agar mencapai status gizi yang normal. Energi dan protein merupakan zat gizi yang harus dipenuhi pada masa balita.Â
Kebutuhan energi untuk balita tahun pertama kurang lebih 100-200 kkal/kg berat badan. tubuh memperoleh energi dari karbohidrat, lemak, dan protein.Â
Protein sebagai zat pembangun merupakan zat gizi yang diperlukan tubuh terutama balita yang masih dalam masa pertumbuhan, perkembanga, dan pembentukan protein dalam serum serta mengganti sel-sel tubuh yang rusak dan memelihara keseimbangan cairan tubuh.
 Balita membutuhkan lemak karena lemak merupakan sumber kalori erkonsentrasi tinggi yang memiliki tiga fungsi utama, yaitu sebagai sumber lemak esensial, zat pelarut vitamin A, D, E, dan K serta memberikan cita rasa pada makanan sehingga balita memiliki nafsu makan terhadap makanan yang disediakan oleh orang tuanya.Â
Selain protein dan lemak, karbohidrat juga sangat dibutuhkan oleh tubuh. Anjuran karbohidrat adalah 60-70% dari total energi yang dapat diperoleh dari berasn jagung, gandum, singkon, dan serat makanan. Pada masa balita juga memerlukan vitamin dan mineral guna mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.
Selanjutnya hal yang perlu seorang ibu ketahui adalah apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balitanya baik itu faktor secara langsung maupun faktor secara tidak langsung.Â
Asupan makan merupakan faktor secara langsung yang mempengaruhi status gizi balita, sedangkan penyakit infeksi adalah faktor secara tidak langsung yang mempengaruhi status gizi balita. Berikut beberapa faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut:
- Ketersediaan dan Konsumsi Pangan
- Gambaran pola konsusmi penduduk menururt daerah, golongan sosial ekonomi, dan sosial budaya dapat diamati secara langung yaitu dengan penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan. Metode penilaian konsusmsi pangan merupakan salah satu cara yang biasa digunakan untuk memajukan tingkat keadaan gizi. Kurangnya pangan yang cukup utuk pertumbuhan normal, kesehatan, dan kegiatan normal adalah beberapa penyebab dari masalah gizi. Kurang cukupnya pangan berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Tidak tersedianya pangan dalam keluarga yang terjadi terus menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi.
- Balita yang tidak memperoleh makanan yang cukup dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan gizi kurang yang mana merupakan kondisi yang tidak sehat. Balita yang kurang mengonsusmi makanan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas dapat menurunkan status gizi. Kurangnya status gizi dapat berakibat terhadap daya tahan tubuh balita sehingga mudah terserang infeksi.
- Infeksi
- Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Balita yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan dan konsumsi makannya menjadi menurun, sehingga berakibat kurangnya zat gizi yang masuk ke dalam tubuh balita. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak dapat mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang.
- Pengatahuan Gizi
- Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang. Dalam hal ini peran orang tua sangat diperlukan terutama seorang ibu yang membuat dan menyediakan makana untuk balitanya.
- Higiene Sanitasi Lingkungan
- Anak balita akan mudah terserang penyakit infeksi jika sanitasi lingkungan tempat tinggal balita buruk atau tidak bersih. Sanitasi lingkungan terdiri dari ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan balita dan keluarga. Â Semakin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, maka semakin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi (Soekirman, 2012)
Empat poin diatas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Dan seorang bunda perlu mengtahui keempat faktor tersebut agar balita memiliki status gizi yang normal atau terhidar dari kejadian malnutrition.
Status gizi adalah acuan yang menggambarkan keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi yang dikonsumsi dengan jumlah yang dibutuhkan oleh seseorang untuk pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, dan upaya memelihara kesehatan. Status gizi dapat diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013).
Status gizi balita dapat dinilai dengan standar antropometri anak yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pengukuran atropomteri terdiri dari pengukuran berat badan (BB), panjang badan (PB), dan tinggi badan (TB).Â
Penilaian status gizi balita yang digunakan pada standar antropometri anak adalah BB/U (berat badat/umur) untuk mengetahui status gizi kurang, gizi buruk, gizi baik, dan gizi lebih.Â
Adapun TB/U atau PB/U (tinggi badan/umur atau panjang badan/umur) diklasifikasikan menjadi sangat pendek pendek, normal, dan tinggi. Berdasarkan BB/TB (Berat badan/tinggi badan) memiliki klasifikasi sangat kurus, kurus, dan gemuk.Â
Penilaian status gizi menggunakan pengukuran antropometri, sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa sampai sekarang ternyata masih kurang dikenal oleh masyarakat umum khusunya para ibu yang memiliki anak balita. Karena kurangnya pengetahuan tersebut masih sering terjadi orang tua tidak membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan pengukuran dan penimbangan.
Penyebab dari orang tua tidak secara rutin membawa anaknya ke posyandu adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya memahami status gizi anak, orang tua yang sibuk bekerja, dan yang paling sering terjadi adalah orang tua yang merasa malu untuk membawa anaknya ke posyandu jika garis KMS anaknya berada pada garis kuning.Â
Padahal jika KMS anaknya telah menunjukan garis kuning bunda harus rutin membawa anaknya ke posyandu agar tidak terjadi kekurangan gizi yang berlanjut atau malnutrisi.Â
Penyebab-penyebab tersebut dapat ditangani salah satunya dengan kesadaran petugas kesehatan untuk memberikan penyuluhan atau sosialisai dengan tema pentingnya seorang ibu mengetahui tentang status gizi balitanya.Â
Penyampaian materi dalam sosialisasi atau penyuluhan hendaknya berisi penjelasan-penjelasan yang mudah dimengerti untuk masyarakat umum dengan tidak menggunakan bahasa yang terlalu ilmiah.
Sebagaimana telah dijelaskan pada paragraf sebelumnya bahwa akibat jangka panjang kekurangan/kelebihan gizi dan ketidaksadaran bunda terhadap kesehatan, gizi, dan status gizi balita akan berakhir menjadi gizi buruk atau malnutrisi.Â
Malnutrisi terdiri dari dua bentuk yaitu gizi lebih dan gizi kurang. Malnutrisi adalah tidak seimbang antara suplai nutrisi dengan kebutuhan energi yang dibutuhkan tubuh untuk mendukung pertumbuhan, perkembangan, pemeliharaan, dan kerja fungsi spesifik tubuh yang sehat.
Malnutrisi dalam bentuk apapun meningkatkan resiko terkena berbagai penyakit dan kematian. Malnutrisi energi-protein atau kurang energi protein merupakan masalah gizi yang berperan dalam kematian anak dibawah usia 5 tahun (balita) di negara-negara berkembang dalam setiap tahunnya.Â
Tanda dan gejala malnutrisi pada balita yang perlu diketahui oleh masyarakat khususnya seorang ibu agar balitanya terhindar dari malnutrsi. Berikut tanda dan gejala dari malnutrisi:
- Sarkopenia adalah hilangnya massa otot.
- Lemak dibawah kulit mengalami penyusutan
- Berta badan berkurang yaitu 5% berat awal tubuh
- Tulang-tulang tubuh terlihat menonjol.
- Kulit kering
- Pencernaan terganggu
- Perubahan mental
- Anak menjadi rewel atau suka menangis
- Diare
- Lemak pipi menghilang sehingga wajah balita menjadi seperti wajah orang tua.
Balita yang menunjukan tanda dan gejala yang telah disebutkan diatas, maka sebaiknya orang tua membawa anaknya ke puskesmas atau rumah sakit terdekat agar dapat ditangani dengan cepat dan tepat.
Kesimpulannya kesehatan anak tergatung dari pengetahuan dan kesadaran bunda tentang kesehatan, gizi, dan status gizi. Bunda yang mengetahui dan paham seputar gizi akan menjadi sadar tentang pentingnya mengetahui pertumbuhan dan perkembangan anaknya  dengan salah satunya rutin membawa balitanya ke posyandu, menyediakan makanan yang beragam yang sesuai dengan kebutuhan gizi balitanya, menjaga kebersihan lingkungan dan peralatan makan balita dan keluarga, serta ibu memiliki kemauan untuk belajar lebih banyak lagi tentang kesehatan dan gizi.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI