Selain protein dan lemak, karbohidrat juga sangat dibutuhkan oleh tubuh. Anjuran karbohidrat adalah 60-70% dari total energi yang dapat diperoleh dari berasn jagung, gandum, singkon, dan serat makanan. Pada masa balita juga memerlukan vitamin dan mineral guna mengatur keseimbangan kerja tubuh dan kesehatan secara keseluruhan.
Selanjutnya hal yang perlu seorang ibu ketahui adalah apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balitanya baik itu faktor secara langsung maupun faktor secara tidak langsung.Â
Asupan makan merupakan faktor secara langsung yang mempengaruhi status gizi balita, sedangkan penyakit infeksi adalah faktor secara tidak langsung yang mempengaruhi status gizi balita. Berikut beberapa faktor yang melatarbelakangi kedua faktor tersebut:
- Ketersediaan dan Konsumsi Pangan
- Gambaran pola konsusmi penduduk menururt daerah, golongan sosial ekonomi, dan sosial budaya dapat diamati secara langung yaitu dengan penilaian konsumsi pangan rumah tangga atau secara perorangan. Metode penilaian konsusmsi pangan merupakan salah satu cara yang biasa digunakan untuk memajukan tingkat keadaan gizi. Kurangnya pangan yang cukup utuk pertumbuhan normal, kesehatan, dan kegiatan normal adalah beberapa penyebab dari masalah gizi. Kurang cukupnya pangan berkaitan dengan ketersediaan pangan dalam keluarga. Tidak tersedianya pangan dalam keluarga yang terjadi terus menerus akan menyebabkan terjadinya penyakit kurang gizi.
- Balita yang tidak memperoleh makanan yang cukup dalam jangka waktu tertentu dapat mengakibatkan gizi kurang yang mana merupakan kondisi yang tidak sehat. Balita yang kurang mengonsusmi makanan yang baik dari segi kualitas maupun kuantitas dapat menurunkan status gizi. Kurangnya status gizi dapat berakibat terhadap daya tahan tubuh balita sehingga mudah terserang infeksi.
- Infeksi
- Status gizi balita dapat dipengaruhi oleh penyakit infeksi. Balita yang menderita penyakit infeksi akan mengalami penurunan nafsu makan dan konsumsi makannya menjadi menurun, sehingga berakibat kurangnya zat gizi yang masuk ke dalam tubuh balita. Dampak infeksi yang lain adalah muntah dan mengakibatkan kehilangan zat gizi. Infeksi yang menyebabkan diare pada anak dapat mengakibatkan cairan dan zat gizi di dalam tubuh berkurang.
- Pengatahuan Gizi
- Pengetahuan gizi memegang peranan yang sangat penting dalam penggunaan dan dan pemilihan bahan makanan dengan baik sehingga dapat mencapai keadaan gizi yang seimbang. Dalam hal ini peran orang tua sangat diperlukan terutama seorang ibu yang membuat dan menyediakan makana untuk balitanya.
- Higiene Sanitasi Lingkungan
- Anak balita akan mudah terserang penyakit infeksi jika sanitasi lingkungan tempat tinggal balita buruk atau tidak bersih. Sanitasi lingkungan terdiri dari ketersediaan air bersih, ketersediaan jamban, jenis lantai rumah serta kebersihan peralatan makan balita dan keluarga. Â Semakin tersedia air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, maka semakin kecil risiko anak terkena penyakit kurang gizi (Soekirman, 2012)
Empat poin diatas merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita. Dan seorang bunda perlu mengtahui keempat faktor tersebut agar balita memiliki status gizi yang normal atau terhidar dari kejadian malnutrition.
Status gizi adalah acuan yang menggambarkan keseimbangan antara jumlah asupan zat gizi yang dikonsumsi dengan jumlah yang dibutuhkan oleh seseorang untuk pertumbuhan fisik, perkembangan, aktivitas, dan upaya memelihara kesehatan. Status gizi dapat diartikan sebagai gambaran kondisi fisik seseorang sebagai refleksi dari keseimbangan energi yang masuk dan yang dikeluarkan oleh tubuh (Marmi, 2013).
Status gizi balita dapat dinilai dengan standar antropometri anak yang diterbitkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pengukuran atropomteri terdiri dari pengukuran berat badan (BB), panjang badan (PB), dan tinggi badan (TB).Â
Penilaian status gizi balita yang digunakan pada standar antropometri anak adalah BB/U (berat badat/umur) untuk mengetahui status gizi kurang, gizi buruk, gizi baik, dan gizi lebih.Â
Adapun TB/U atau PB/U (tinggi badan/umur atau panjang badan/umur) diklasifikasikan menjadi sangat pendek pendek, normal, dan tinggi. Berdasarkan BB/TB (Berat badan/tinggi badan) memiliki klasifikasi sangat kurus, kurus, dan gemuk.Â
Penilaian status gizi menggunakan pengukuran antropometri, sebagaimana yang telah dijelaskan diatas bahwa sampai sekarang ternyata masih kurang dikenal oleh masyarakat umum khusunya para ibu yang memiliki anak balita. Karena kurangnya pengetahuan tersebut masih sering terjadi orang tua tidak membawa anaknya ke posyandu untuk dilakukan pengukuran dan penimbangan.
Penyebab dari orang tua tidak secara rutin membawa anaknya ke posyandu adalah kurangnya pengetahuan tentang pentingnya memahami status gizi anak, orang tua yang sibuk bekerja, dan yang paling sering terjadi adalah orang tua yang merasa malu untuk membawa anaknya ke posyandu jika garis KMS anaknya berada pada garis kuning.Â
Padahal jika KMS anaknya telah menunjukan garis kuning bunda harus rutin membawa anaknya ke posyandu agar tidak terjadi kekurangan gizi yang berlanjut atau malnutrisi.Â