Mohon tunggu...
Rahma Nariya
Rahma Nariya Mohon Tunggu... Ahli Gizi - Mahasiswa

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Alam & Tekno

Pemberian Vitamin A pada Balita di Posyandu pada Masa Pandemi

3 Maret 2022   00:59 Diperbarui: 3 Maret 2022   01:05 309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Posyandu kepanjangan dari pos pelayanan terpadu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat atau biasa disingkat UKBM. 

Posyandu dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam membangun kesehatan masyarakat, guna memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam mendapatkn pelayanan kesehatan dasar, sehingga terjadi penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi. 

UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait lainnya (Kemenkes RI, 2011).

Memelihara, menjaga, memantau, dan meningkatkan kesehatan ibu, wanita subur, bayi dan balita merupakan tujuan dari penyelenggaraan posyandu. Setiap desa/kelurahan pasti mempunyai posyandu yang direncanakan dan dikembangkan oleh kader, Kepala Desa, Lembaga Ketahanan Masyarakat Desa (LKMD). 

Adapun penyelenggara posyandu adalah kader yang terlaitih dibidang KB-Kesehatan, berasal dari PKK, tokoh masyarakat yang terlatih dan paham terkait kesehatan, pemuda yang telah dibimbing oleh tim pembina LKMD tingkat kecamatan. 

Kader yang bertanggungjawab di posyandu berasal dari masyarakat setempat yang dipilih dan telah disetujui LKMD sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditetapkan, yaitu:

  • Mau dan mampu bekerja secara sukarela
  • Dapat membaca dan menulis huruf latin
  • Mempunyai cukup waktu untuk bekerja bagi masyarakat.
  • Memahami prosedur-prosedur di posyandu.

Bayi dan balita adalah salah satu sasaran sekaligus tujuan penting dari posyandu. Hal tersebut disebabkan karena balita merupakan kelompok umur yang cukup besar dari kelompok umur penduduk Indonesia.

Posyandu biasanya dijadwalkan sekali dalam sebulan ditempat yang mudah didatangi dan dijangkau oleh masyarakat setempat, salah satu contohnya di rumah kepala desa, rumah kepala RT atau RW, atau bahkan di puskesmas desa setempat. 

Sasaran posyandu pada umunya adalah bayi, balita, ibu hamil, dan wanita subur. Kegiatan yang ada diposyandu bermacam-macam, mulai dari kesehatan ibu dan anak (KIA), keluarga berencana (KB), imunisasi, dan gizi.

Kegiatan yang paling sering diadakan di posyandu adalah mengenai kesehatan bayi dan balita. Pelayanan yang diperoleh oleh bayi dan balita di posyandu meliputi penimbangan, mengukur Panjang/tinggi badan, penentuan status gizi, penyuluhan tentang kesehatan bayi dan balita, dan jika ada petugas kesehatan dapat ditambahkan pemeriksaan kesehatan, imunisasi, dan deteksi dini tumbuh kembang. Bila ditemukan adanya kelainanakan dirujuk ke Puskesmas. 

Selain itu juga pelayanan yang diperoleh oleh bayi dan balita dalam bidang gizi adalah mengukur tinggi/panjang dan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan gizi, pemberian makanan tambahan, pemberian vitamin A, serta pemberian sirup Fe.

Pelayanan gizi di posyandu sangat penting dalam pemenuhan gizi pada bayi dan balita guna terhindar dari permasalahan gizi seperti, gizi kurang, gizi lebih, obesitas, kwarsiorkor, marasmus, GAKY, kekurangn vitamin A, dll.

Kekurangan vitamin A atau biasa disingkat KVA merupakan masalah yang tesebar di seluruh dunia terutama di negara berkembang. KVA dapat terjadi pada semua umur terutama pada masa pertumbuhan. 

Balita merupakan masa dimana perumbuhan berkembang secara pesat yang mana berarti masa balita merupakan umur yang rentan terjadinya kelainan pada mata dan biasanya menjadi penyebab kebutaan di negara berkembang.

Balita yang kekurangan vitamin A, biasanya juga akan menderita kekurangan energi protein atau gizi buruk. Hal tersebut merupakan akibat dari kurangnya asupan gizi pada balita, baik zat gizi makro maupun mikro. 

Sebagaimana diketahui vitamin A merupakan zat gizi mikro sangat dibutuhkan oleh tubuh. Akibat dari kekurangan vitamin A pada anak membuat daya tahan tubuh anak menurun sehingga anak mudah terkena infeksi seperti infeksi saluran pernafasan akut, cacar air, campak, dan infeksi lainnya. 

Penyebab lain dari anak menderita KVA adalah kurangnya pengetahuan orang tua terutama ibu tentang gizi yang baik untuk balita dan keadaan ekonomi orang tua.

KVA merupakan masalah gizi yang mendapat perhatian dari pemerintah. Mengatasi masalah kekurangan vitamin A pada balita, pemerintah mengadakan program pemberian suplementasi vitamin A kepada anak balita. 

Posyandu menjadi sarana yang tepat dalam merealisasikan program pemerintah tersebut karena setiap bulannya ibu akan membawa balita ke posyandu untuk melakukan penimbangan dan pengukuran panjang/tinggi badan. 

Meski demikian masih banyak ibu-ibu balita yang tidak mengetahui apa itu vitamin A, manfaat dari vitamin A, apa saja sumber dari vitamin A, bahkan ada yang tidak mengetahui apa yang akan terjadi pada anak balita jika mengalami kekurangan vitamin A.

Sebelumnya telah dibahas bahwa vitamin A merupakan zat gizi mikro dan merupakan zat gizi yang larut dalam air dan disimpan dalam hati. Vitamin A tidak dapat disintesis atau dihasilkan oleh tubuh sehingga harus diperoleh dari luar yaitu dengan mengonsumsi makanan yang mengandung vitamin A dan suplemen vitamian A.

Adapun manfaat dari vitamin A sangat banyak, yaitu daya tahan tubuh anak meningkat sehinggat terhindar dari penyakit dan infeksi seperti diare, membantu mata beradaptasi dari terang ke gelap begitu juga sebaliknya, mencegah kelainan pada sel-sel epitel termasuk selaput lendir mata, tidak memproduksi cairan yang bisa menyebabkan terjadinya kekeringn mata yaitu dengan mencegah terjadinya proses metaplasi sel-sel epitel, mencegah terjadinya kerusakan mata hingga kebutaan, serta membantu proses pertumbuhan khususnya pada balita yang sedang dalam masa pertumbuhan.

Selain mengetahui apa itu vitamin A dan manfaat dari vitamin A, ibu-ibu balita jug perlu mengetahu sumber dari vitamin A, sehingga ibu dapat memberikan makanan yang kaya kaan vitamin A kepada balitanya dan makanan yang diberikan beraneka ragam. 

Air Susu Ibu (ASI); protein hewani seperti hati, kuning telur, ikan, daging, ayam dan bebek; buah-buahan berwarna kuning dan jingga (papaya, manga, pisang, dll), sayuran yang berwarn hijau dan jingga, serta bahan makanan yang telah difortifikasi atau diperkaya dengan vitamin A, seperti margarine, susu, dan mie instant.

Apa yang terjadi jika bayi dan balita menderita kekurangn vitamin A? gejala awal yang dialami oleh penderita kekuarngan vitamin A adalah gejala rabun senja atau kurang bisa melihat ketika malam hari, selain itu gejala lainnya adalah kadar serum retinol dalam darah menurun, kemudian berlanjut hingga terjadi kelainan pada jaringan epitel, seperti mata yang ditandai dengan kesulitan melihat pada waktu senja atau ketika cahaya remang, kulit kerng dan tampak bersisik seperti ikan, paru-paru, serta usus. Kelainan pada mata akibat kekurangan vitamin A adalah viri khas yang dapat dilihat secara langsung.

Bagaimana cara mencegahnya agar bayi dan balita terhindar dari Kekurangan Vitamin A? ada beberapa cara mencegah terjadinya KVA pada bayi dan balita, diantaranya sebagai berikut:

  • ASI Eksklusif, yaitu pembeian ASI kepada bayi hingga usia 6 bulan, kemudian dilanjutkan pemberian Makanan Pendamping Air Susu Ibu (MP-ASI).
  • Mengonsumsi makanan yang bergizi dan kaya akan vitamin A terutama dalam menu sehari-hari. Pada poin ini peran ibu dan pengetahuan ibu sangat dibutuhkan
  • Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) agar terhindah dari cacngan.
  • Mengonsumsi kapsul vitamin A sesuai yang disarankan.

Suplementasi vitamin A adalah kapsul yang mengandung vitamin A berdosisi tinggi. Berdasarkan standar pemberian kapsul vitamin A pada anak balita dan ibu nifas dalam Peraturan Menteri Kesehatan No 21 Tahun 2015. Berikut tabel sasaran dari pemberian kapsul vitamin A berserta dosis dan frekuensinya:

Sasaran

Warna Kapsul

Dosis

Frekuensi

Bayi 6-11 bulan

Kapsul biru

100.000 SI

1 kali

Anak Balita 12-59 bulan

Kapsul merah

200.000 SI

2 kali

Ibu Nifas (0-42 hari)

Kapsul merah

200.000 SI

2 kali

Waktu pemberian suplmentasi vitamin A pada bayi dan balita dilaksanakan secara serentak 2 kali dalam setahun yaitu pada bulan Februari dan Agustus di Posyandu sdan fasilitas kesehatan lainnya yang ada di suatu desa atau daerah. 

Balita yang dating ke psoyandu hendak menerima suplemetasi vitamin A biasanya harus menyertakan Kartu Keluarga (KK). Hal tersebut bertujuan agar jika ada balita di suatu daerah yang tidak datang ke posyandu, dapat diketahui dan jika perlu dilakukan sweeping ke rumah balita. 

Sweeping adalah salah satu upaya untuk mejaring sasaran dalam meingkatkan pemberian kapsul vitamin A dan dilakukan bila masih terdapat sasaran yang belum menerima kapsul vitamin A ada waktu pemberian yang telah ditentukan.

Pemberian suplemen vitamin A tidak langsung diberikan begitu saja terutama pada masa pandemi Covid-19, tetapi ada beberapa cara pemberian dan sebelum dilakukan pemberian kapsul terlebih dahulu betanya kepada ibu balita apakah pernah menerima kapsul vitamin A pada 1 bulan terakhir khususnya pada balita yang berumur lebih 6 bulan sekaligus dipastikan anak balita tersebut telah mendapat vitamin A pada bulan Februari dan Agustus dan jika belum mendapat, maka perlu diberikan kapsul vitamin A sesuai dosis sesuai umur. Berikut cara pemberian kapsul vitamin A pada bayi dan balita:

  • Mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir bagi kader atau petugas kesehatan yang bertugas memberikan kapsul vitamin A pada bayi dan balita.
  • Kapsul vitamin A diberikan sesuai dosis yang dianjurkan yaitu untuk bayi usia 6-11 bulan diberikan kapsul berwarna biru (100.000 SI) dan kapsul warna merah diberikan kepada balita usia 12-59 bulan.
  • Menggunakan gunting yang bersih untuk memotong ujung kapsul.
  • Pencet kapsul yang telah dibuka dan pastikan bayi dan balita menelan semua isi kapsul dan tidak memberikan sisa sedikitpun.

Bayi dan balita yang berstatus gizi buruk berbeda pemberiannya dengan bayi dan balita yang berstatus gizin normal. Berikut cara pemberian kapsul vitamin A pada anak balita gizi buruk. (Kemenkes, 2011):

  • Jika tidak pernah menderita campak 3 bulan terakhir dan tidak ada gejala kelainan pada mata (rabun senja, bercak bitot, kornea keruh, ulkus korena, dan xerophthalmia, diberikan satu kapsul vitamin A dengan dosis sesuai usia pada hari pertama ditemukan.
  • Jika pernah menderita campak dalam 3 bulan terakhir dan ada salah satu gejala kelainan mata (rabun senja, bercak bitot, korne keruh, ulkus kornea dan Xerphthalmia), maka kapsul vitamin A diberikan dengan dosis sesuai usia pada hari pertama, hari ke-2 dan hari ke-15.

Balita yang menderita campak diberikan satu kapsul vitamin A merah atau biru sesuai umur, hari berikutnya diberikan lagi satu kapsul warna merah atau biru, sesuai dengan umur dari bayi dan balita tersebut. 

Dua minggu berikutnya diberikan lagi satu kapsul vitamin A merah atau biru sesuai umur. Pemberian kapsul vitmin A tersebut dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan tatalaksana kasus yang ada.

Vitamin A memiliki peran yang sangat penting untuk kesehatan bayi dan balita khususnya untuk kesehatan mata begitu juga posyandu memiliki peran yang sangat penting agar pemberian suplementasi vitamin A terlaksana dengan baik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Lihat Ilmu Alam & Tekno Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun