Mohon tunggu...
Rahma Meisyara Adnin
Rahma Meisyara Adnin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Negeri Yogyakarta

Mahasiswi Jurusan Psikologi Universitas Negeri Yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Hidup Tenang dengan Forgiveness

26 Juni 2022   09:47 Diperbarui: 26 Juni 2022   10:06 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pernahkah kalian merasakan rasa bersalah yang berlebih sehingga kalian sulit untuk memaafkan diri sendiri? Atau malah kesulitan untuk memaafkan orang lain? Ternyata hal tersebut dapat menghambat ketenangan diri di masa yang akan datang. Lalu Bagaimana penjelasan dan teori yang berkaitan dengan hal tersebut?

Saat ini, masyarakat sedang saling terbuka dan gencar-gencarnya membagikan mengenai isu kesehatan mental, self-love, menghindari hubungan yang toxic, dan lain-lain. 

Dengan banyaknya orang yang terbuka akan hal tersebut, akhirnya banyak orang pula yang penasaran dan mencari tahu isu-isu kesehatan mental di pencarian online hingga buku cetak. Salah satu hal yang juga ikut dicari adalah mengenai forgiveness.

Kita tahu, bahwa bahkan didalam diri kita sendiri kita sering sekali mengalami konflik. Konflik tersebut hadir dan tak jarang membuat suatu perasaan mengganjal yang dapat mengganggu kegiatan sehari-hari. 

Selain konflik di dalam diri, hal yang sangat sering terjadi adalah konflik bersama orang disekitar, entah itu teman, sahabat, pasangan, hingga keluaga (finkel). Konflik sendiri merupakan suatu proses sosial antara dua orang, dua kelompok atau lebih yang di salah satu pihaknya terdapat pemikiran untuk menyingkirkan yang lain (Alentina, 2016).

Konflik yang terjadi seringkali membuat suasana menjadi panas atau bahkan dingin karena setiap pihak memilih diam. Untuk bisa mengurangi bahkan mengakhiri konflik yang terjadi, setiap pihak yang terlibat membutuhkan sikap pemaaf atau memaafkan yaitu forgiveness. 

Forgiveness merupakan salah satu karakter positif yang bertujuan untuk mendapatkan kesejahteraan psikologis serta ketentraman sosial yang membuat setiap individu merasa lebih tenang dan menciptakan suatu hungan interpersonal yang lebih berkualitas (Thompson et al., 2005).

Forgiveness bisa dikatakan sebagai suatu pencapaian  seseorang ke arah yang lebih baik untuk membantu memulihkan hubungan setelah melalui sebuah konflik. 

Dengan menerapkan sikap forgiveness, akan memberikan kesehatan pada fisik dan mental. Hal tersebut terbukti dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Akhtar yang menyebutkan bahwa sebuah trauma yang diakibatkan oleh konflik berupa perilaku tidak menyenangkan lalu diberikan sebuah intervensi pengampunan (suatu cara untuk menjelaskan kepada klien bahwa memaafkan tidak selalu berarti menoleransi sikap lawan pihak) dapat membantu kesehatan mental hingga menimbulkan ketenangan di kemudian hari (Akhtar & Barlow, 2018).

            Forgiveness memiliki berbagai dimensi yang dapat saling berinteraksi menghasilkan kombinasi forgiveness, yaitu:

1. Hollow Forgiveness 

Hollow forgiveness ini merupakan kombinasi dimana sikap seseorang yang merasa tersakiti dapat menunjukkan bentuk pemaafan secara lisan ataupun perbuatan, meskipun di dalam dirinya masih terdapat rasa dendam dan benci terhadap lawan pihaknya. Salah satu bentuk pemaafan yang tulus yang diberikan adalah dengan membuat komitmen untuk memaafkan pada diri mereka sendiri.

2. Silent Forgiveness

Kombinasi Silent Forgiveness merupakan kebalikan daro hollow forgiveness. Kombinasi ini merupakan sikap seseorang yang disakiti tidak lagi menyimpan kebencian ataupun dendam kepada hal-hal yang dulunya pernah menyakitinya, namun mereka tidak menunjukkan bentuk sikap pemaafan sedikitpun. Hal tersebut akhirnya membuat seseorang yang disakiti membuat lawan pihaknya yang merupakan pelaku akan selalu merasa bersalah.

3. Total Forgiveness

Kombinasi berikutnya ini bisa dikatakan penggabungan dua hal positif dari hollow forgiveness dan silent forgiveness. Jadi total forgiveness ini merupakan sikap dimana seseorang telah menunjukkan bentuk pemaafan, disertai dengan tidak lagi menyimpan dendam dan kebencian kepada lawan pihak yang menyakitinya. Kombinasi ini pada akhirnya membuat sebuah hubungan kembali lagi seperti sebelum konflik atau fase menyakiti terjadi.

4. No Forgiveness 

Selanjutnya yang terakhir yaitu No forgiveness yang merupakan sikap dimana seseorang yang disakiti tidak menunjukkan bentuk pemaafan dan juga masih menyimpan dendam dan kebencian kepada lawan pihak yang menyakitinya (Azizah & Anggraini, 2019).

Lalu bagaimana langkah-langkah yang dapat kita lakukan untuk mencapai sikap forgiveness?

Berikut ini terdapat langkah dalam melakukan forgiveness menurut Worthington:

1. Mengingat Ulang Luka

Pertama, seseorang diharapkan untuk dapat mengingat dengan sadar apa saja perilaku menyakitkan yang membuat luka bagi dirinya sendiri.

2. Berempati

Selanjutnya seseorang dapat mengingat dengan sadar bagaimana perasaannya setelah perilaku menyakitkan itu terjadi.

3. Memberi Maaf demi Mengutamakan Orang Lain

Dalam tahap ini kita diharap untuk mengingat dan membayangka bagaimana perasaan lawan pihak kita yang akan terus merasa bersalah jika kita tidak memberikan bentuk pemaafan.

4. Komitmen untuk Memaafkan

Seseorang diharapkan untuk dapat berkomitmen dalam memaafkan perilaku lawan pihaknya dengan suatu ungkapan terbuka sebagai bentuk memperteguh pemaafan yang diberikan.

5. Teguh Pendirian

Dalam tahap terakhir ini, seseorang yang telah memaafkan diharapkan untuk mempertahankan komitmennya yang sejak awal ia buat. Hal ini bertujuan sebagai bentuk pengendalian emosi negatif dan perasaan terluka terhadap hal-hal yang menyakitkan (Worthington & Scherer, 2004).

Dengan penjelasan mengenai hal-hal diatas, kita dapat mempraktekkannya dalam dunia nyata agar tercipta pribadi yang tenang. Rasa tenang yang hadir setelah kita memaafkan terjadi karena diri kita sudah bebas dari dendam serta kebencian (Aquino et al., 2006). Selain itu, secara tidak langsung kita juga memberikan rasa kebebasan pada lawan pihak yaitu bebas dari rasa bersalah.

Referensi 

Akhtar, S., & Barlow, J. (2018). Forgiveness Therapy for the Promotion of Mental Well-Being: A Systematic Review and Meta-Analysis. Trauma, Violence, and Abuse, 19(1), 107--122. https://doi.org/10.1177/1524838016637079

Alentina, C. (2016). Memaafkan (Forgiveness) Dalam Konflik Hubungan Persahabatan. Jurnal Ilmiah Psikologi Gunadarma, 9(2), 100491.

Aquino, K., Tripp, T. M., & Bies, R. J. (2006). Getting even or moving on? Power, procedural justice, and types of offense as predictors of revenge, forgiveness, reconciliation, and avoidance in organizations. Journal of Applied Psychology, 91(3), 653--668. https://doi.org/10.1037/0021-9010.91.3.653

Azizah, F. F., & Anggraini, N. (2019). MELALUI PENDIDIKAN KARAKTER YANG BERBASIS BUDAYA LOKAL Prosiding Seminar Nasional 2019 PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4 . 0 PENGEMBANGAN KARAKTER DALAM MENGHADAPI ERA REVOLUSI INDUSTRI 4 . 0. 41(September), 45--49.

Semua Tidak Selalu Salahmu, Mengenal Forgiveness: Obat Penyembuh Luka Batin | kumparan.com. (n.d.). Retrieved June 26, 2022, from https://kumparan.com/hanna-iffah-nuridris/semua-tidak-selalu-salahmu-mengenal-forgiveness-obat-penyembuh-luka-batin-1x6wsMr9kv4

Thompson, L. Y., Snyder, C. R., Hoffman, L., Michael, S. T., Rasmussen, H. N., Billings, L. S., Heinze, L., Neufeld, J. E., Shorey, H. S., Roberts, J. C., & Roberts, D. E. (2005). Dispositionol forgiveness of self, others, and situations. Journal of Personality, 73(2), 313--360. https://doi.org/10.1111/j.1467-6494.2005.00311.x

Worthington, E. L., & Scherer, M. (2004). Forgiveness is an emotion-focused coping strategy that can reduce health risks and promote health resilience: Theory, review, and hypotheses. Psychology and Health, 19(3), 385--405. https://doi.org/10.1080/0887044042000196674

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun