2. Berempati
Selanjutnya seseorang dapat mengingat dengan sadar bagaimana perasaannya setelah perilaku menyakitkan itu terjadi.
3. Memberi Maaf demi Mengutamakan Orang Lain
Dalam tahap ini kita diharap untuk mengingat dan membayangka bagaimana perasaan lawan pihak kita yang akan terus merasa bersalah jika kita tidak memberikan bentuk pemaafan.
4. Komitmen untuk Memaafkan
Seseorang diharapkan untuk dapat berkomitmen dalam memaafkan perilaku lawan pihaknya dengan suatu ungkapan terbuka sebagai bentuk memperteguh pemaafan yang diberikan.
5. Teguh Pendirian
Dalam tahap terakhir ini, seseorang yang telah memaafkan diharapkan untuk mempertahankan komitmennya yang sejak awal ia buat. Hal ini bertujuan sebagai bentuk pengendalian emosi negatif dan perasaan terluka terhadap hal-hal yang menyakitkan (Worthington & Scherer, 2004).
Dengan penjelasan mengenai hal-hal diatas, kita dapat mempraktekkannya dalam dunia nyata agar tercipta pribadi yang tenang. Rasa tenang yang hadir setelah kita memaafkan terjadi karena diri kita sudah bebas dari dendam serta kebencian (Aquino et al., 2006). Selain itu, secara tidak langsung kita juga memberikan rasa kebebasan pada lawan pihak yaitu bebas dari rasa bersalah.
ReferensiÂ
Akhtar, S., & Barlow, J. (2018). Forgiveness Therapy for the Promotion of Mental Well-Being: A Systematic Review and Meta-Analysis. Trauma, Violence, and Abuse, 19(1), 107--122. https://doi.org/10.1177/1524838016637079