Â
Pernahkah terlintas di benak Anda bagaimana sebuah gunung bisa menghilang? Di Palu, Sulawesi Tengah hal ini mungkin akan terjadi. Dikenal dengan kota lima dimensi tidak bisa menjadikan Palu terlepas dari dampak serius terhadap masalah kesehatan lingkungan dan kesejahteraan masyarakat setempat akibat adanya aktivitas penambangan pasir dan batu (SIRTU) yang dilakukan secara besar-besaran khususnya di sepanjang pesisir pantai Palu-Donggala untuk memenuhi kebutuhan material konstruksi pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.
Fakta mengejutkan yang baru-baru ini dirilis Kantor Stasiun Pemantauan Atmosfer Global (SPAG) Lore Lindu-Bariri pada rabu (01/05/2024) setelah melakukan pemantauan kualitas udara pukul 14.48-14.58 WITA menunjukkan hasil bahwa kualitas udara di sekitar area tambang masuk dalam kategori "tidak sehat" dengan nilai 69 gram/m3 di mana angka tersebut lebih tinggi dari nilai ambang batas normal bagi kesehatan yaitu 15 gram/m3.Â
Sementara laporan dari Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) Sulawesi Tengah, debu hitam dari aktivitas pertambangan ini telah menyelimuti beberapa kelurahan seperti Buluri, Watusampu dan Loli Raya. Kehadiran tambang pasir bak orang ketiga yang merusak pesona keindahan kota dan malah menimbulkan berbagai masalah lingkungan dan kesehatan masyarakat sekitar. Sudah gersang, berdebu pula. Bayangkan jika Anda menjadi masyarakat kota Palu yang menikmati debu beterbangan saat beraktivitas di luar rumah setiap harinya.
Kehadiran tambang pasir ini akhirnya menimbulkan masalah bagi lingkungan di antaranya:
1. Polusi udara
Penggunaan alat berat selama proses penambangan menghasilkan emisi gas buangan yang berkontribusi terhadap pencemaran udara terlebih aktivitas pertambangan di gunung Palu selain merusak lapisan tanah juga melepaskan partikel halus ke udara. Hal ini diperparah dengan pembakaran sampah yang sering dilakukan di area sekitar tambang. Kombinasi emisi gas dari kendaraan, debu dari pertambangan dan asap dari pembakaran sampah, Â tentunya menciptakan kondisi udara yang tidak sehat bagi masyarakat dan menimbulkan berbagai masalah kesehatan seperti iritasi saluran pernapasan (ISPA), iritasi kulit, mata, dan dalam jangka panjang jika terus menerus terpapar polutan dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan gangguan kardiovaskular lainnya.
2. Kehilangan sumber mata air
Sebelum ada tambang pasir dan batu, masyarakat masih memanfaatkan sungai yang terletak di kelurahan Buluri untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Kini sungai yang menjadi sumber kehidupan masyarakat terancam hilang dan tercemar akibat aktivitas pertambangan.
3. Kerusakan ekosistem
Aktivitas pertambangan secara terus menerus mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada di area tersebut. Gunung yang dulunya ditumbuhi dengan pepohonan yang rindang kini terpangkas dan menghasilkan area tandus. Akibatnya, daerah tersebut terancam banjir dan tanah longsor setiap musim hujan tiba karena hilangnya pohon yang menjaga tanah di sekitar lereng tetap stabil yang akhirnya membuat kerugian warga setempat.