Perekonomian keluarga Reina yang semula sangat lebih dari cukup, kini mulai merosot secara perlahan. Reina sebagai anak sulung dari 2 bersaudara, mau tidak mau menjadi tulang punggung bagi keluarganya.Â
Setelah Reina wisuda dari universitas kebanggaannya, Reina mulai mencari pekerjaan. Sudah tak terhitung lagi berapa perusahaan yang sudah dimasuki oleh Reina, namun belum juga membuahkan hasil. Sembari menunggu panggilan pekerjaan datang padanya, ia pun memutuskan untuk berjualan risol. Reina berjualan secara online dengan mempromosikan produk jualannya di media sosial.
 Hasil dari penjualannya tersebut untungnya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari mereka. Tetapi, jika untuk kebutuhan sekolah Laura, adik Reina, tentunya penghasilan dari berjualan risol masih belum mencukupi. Takdir seolah mendengar isi hati Reina, ia diterima di salah satu perusahaan yang cukup besar di swasta. Reina menjalani pekerjaannya tersebut dengan semangat yang membara, bagai api yang tak pernah padam, siap membakar segala rintangan di depan. Meski telah bekerja, Reina tetap meneruskan jualannya tersebut jika sedang ada pesanan dari customer.
Reina banting tulang dari pagi hingga malam, seolah tak kenal waktu. Rasa lelahnya pun dianggap angin lalu oleh Reina, mengingat dirinya lah yang sekarang bertanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan keluarganya. Tidur hanya 5 jam sudah biasa dilakukan oleh Reina, jam tidurnya sekarang sangat amat berantakan. Bahkan tak jarang, Ranti, Ibu Reina, memergoki Reina yang berdiri di depan wastafel dengan tisu di tangannya, sedang berusaha menghentikan cairan kental merah yang keluar dari hidung bangirnya tersebut.Â
"Reina, bangun nak. Reina!." Ucap Ranti dengan khawatir seraya menepuk pelan pipi Reina.
Selang beberapa detik, Reina pun akhirnya terbangun dari tidur panjangnya. Keadaan Reina saat ini tidak bisa dikatakan baik-baik saja, dengan kondisi keringat yang mengucur deras dari tubuh dan wajahnya serta lelehan air mata yang masih tersisa di pipi tirusnya itu. Masih dalam keadaan yang setengah sadar, Reina berusaha mencerna satu persatu kejadian pahit yang menimpa dirinya serta keluarganya tersebut. Setelah tersadar dari lamunannya, Reina pun langsung teringat pada seseorang yang sangat penting dan berjasa bagi hidupnya tersebut.
"Ibu, Ayah mana, Bu? Ayah masih bersama kita, kan, Bu?." Tanya Reina panik.
"Kamu ini kenapa sih, Nak? Ini diminum dulu, agar kamu bisa lebih tenang." Tenang Ranti seraya memberikan air putih pada Reina.
"Bu, jawab pertanyaan Reina dulu. Ayah masih ada kan, Bu?." Tanya Reina tidak sabaran.
"Kamu ini bicara apa sih Reina? Habis mimpi buruk ya kamu?." Tebak Ranti.
"Bu, ayolah jawab dulu pertanyaan Reina tadi." Ujar Reina yang mulai kesal karena Sang Ibu tak kunjung menjawab pertanyaannya.