Pentingnya Penerapan Regulasi Emosi untuk Menurunkan Tingkat Kasus Kekerasan pada Anak di Indonesia
Kekerasan merupakan perilaku seseorang yang lebih kuat terhadap yang lebih lemah dengan menggunakan kekuatan maupun otoritas sehingga mebuat orang yang lebih lemah menjadi tidak berdaya. Kekerasan ini dapat terjadi juga pada anak karena anak merupakan manusia yang tidak berdaya jika di bandingkan dengan manusia yang telah dewasa.Â
Kekerasan juga terjadi pada anak, dan terpantau selalu meningkat pada 3 tahun terakhir dimasa pandemi covid-19 yaitu pada 2019-2021 tercatat dalam data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Â yaitu 11.057 pada 2019, 12.425 pada 2020, hingga 15.972 pada 2021.Â
Diduga kekerasan pada anak terjadi akibat terdapat masalah kesulitan ekonomi yang dialami hampir semua orang imasa pandemic covid-19 ini, serta kurangnya pengawasan dari orang tua.
Pengawasan dari orang tua juga sangat penting dan juga telah dihimbau oleh komisioner KPAI agar para orang tua dapat selalu memperhatikan perubahan tingkah laku maupun fisik anak, karena anak yang telah mengalami kekerasan dalam bentuk apapun anak akan mengalami perubahan perilaku seperti anak menjadi agresif, pendiam, mudah merasa takut, bahkan hingga melukai diri sendiri, hal ini dapat terjadi karena rasa trauma, stress, takut, dan depresi.Â
Pelaku kekerasan pada anakpun juga tidak jauh dari orang-orang terdekat anak, diantaranya dari orang tua, keluarga dekat, dan juga orang-orang dekat di lingkungan rumah.Â
Mengapa orang-orang terdekat anak yang malah mampu melakukan kekerasan pada anak? bukankah seharusnya orang-orang terdekat adalah tempat anak untuk berlindung?Â
Berdasarkan Preeliminary study oleh Muarifah dan Wati (2018) bahwa faktor penyebab orang tua melakukan kekerasn pada anaknya adalah akibat pengelolaan emosi orang tua, pola pengasuhan orang tua, perilaku orang tua pada saat mengasuh anak, misalnya anak melakukan kesalahan, dan anggapan anak nakal, susah diatur membuat orang tua emosi dan melakukan kekerasan pada anak seperti menjeer, mecubit, membentak dan masih banyak lagi.Â
Hal ini merupakan akibat dari ktidakmampuan orang tua dalam mengendalikan emosinya. faktor-faktor tersebut merupakan bagian dari unsur-unsur regulasi emosi.Â
Apa itu regulasi emosi? menurut buku Hand book of child psychology, social, emotional, and personality development regulasi emosi adalah pengturan diri atau pengontrolan diri secara sukarela dalam membatasi emosi atau perilaku. Berdasarkan pernyataan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa regulasi emosi adalah kemampuan manusia dalam menahan atau mengendalikan emosi dan perilaku diri, sehingga dapat berpengaruh positif juga pada diri sendiri maupun orang lain disekitar dengan meregulasi emosinya manusia akan dapat tetap tenang dalam keadaan di bawah tekanan.Â
Maka penting bagi para orang tua untuk diberikan bekal keterampilan dalam meregulasi emosinya. Orang yang memiliki keterampilan regulasi emosi akan mampu menilai, mengatur, serta mengungkapkan emosi secara tepat baik itu emosi negatif maupun positif. Bagaiamana Langkah-langkah dalam melatih atau menerapkan keterampilan regulasi emosi?Â
Pertama yang harus dilakukan adalah mengenali emosi yang dirasakan, mengidentifikasi, dan merasakan emosi negatif yang dirasakan hingga dirasa diri sudah mampu menyikapi emosi secara tepat. Kemudian yang kedua adalah pengaturan emosi, hal ini dapat dilakukan dengan selalu melatih mengontrol emosi dan disertai relaksasi diri.
Selanjutnya yang terakhir adalah mendeskripikan emosi yang dirasakan sehingga dapat mencari solusi yang tepat untuk mengungkapkan emosi. Setelah orang tua mendapat keterampilan regulasi emosi atau sudah mampu mengendalikan emosinya, maka orang tua juga harus mengenalkan dan juga membiasakan pada anak untuk meregulasi emosinya juga, dengan cara pengasuhan yang juga selalu menggunakan regulasi emosi.Â
Apa pentingnya menggunakan regulasi emosi dalam pengasuhan anak? tentu sangat penting karena orang tua meruoakan model bagi anak, yang selalu ditiru dan di anggap benar segala perilakunya, jadi baaimanapun emosi yang ditunjukkan orng tu mak anak juga akan belajar, mengpbservasi, dan merasakan emosi itu sendiri.Â
Meregulasi emosi dalam pengasuhan anak akan membuat anak mudah mengerti bagaimana pengalaman emosinya sedniri. Berbanding terbalik dengan orang tua yang pengasuhannya tanpa meregulasi emosinya (disregulasi emosi) maka malah akan menyebabkan anak semakin rentan atau  akan beresiko tinggi dalam berperilaku disruptif (perilaku negatif) karena kesusahan meregulasi emosinya.Â
Selain itu anak juga akan beresiko mengalami masalah-masalah sosial, berperilaku negative, berperilaku agresif, susah bergaul, dan susah berhubungan baik dengan teman sebaya.Â
Mengapa anak juga perlu dikenalkan dengan emosi serta regulasi emosi? karena anak pada usia dini merupakan masa dimana anak sangat cepat dalam perkembangannya dan mudah menerima pembelajaran-pembelajaran dan supaya menjadi kebiasaan yang baik sejak kecil jadi anak sangat baik bahkan harus dikenalkan apa itu emosi serta cara meregulasi emosinya, supaya anak menjai pribadi yang mudah diterima oleh masyrakat ,serta mampu bersosialisasi dengan baik.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H