Mohon tunggu...
Rahmah DianPutri
Rahmah DianPutri Mohon Tunggu... Lainnya - Education is important especially for woman

Usaha dan doa tidak akan berakhir sia-sia, melainkan berbuah bahagia. - Rahmah Dian Putri -

Selanjutnya

Tutup

Love Artikel Utama

Mencintai Kehilangan: untuk Kamu yang Baru Saja Putus Cinta

10 Juni 2021   22:13 Diperbarui: 18 Juni 2021   02:15 1021
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi putus cinta. (sumber: bingokid via kompas.com)

Strategi mengikhlaskan berdasarkan pengalaman penulis.

Berbicara mengenai cinta, itu adalah anugerah dari yang Mahakuasa. Cinta adalah suatu yang tak berwujud tapi dapat dirasakan. 

Konteks cinta sangat luas. Cinta pada orang tua, kakak atau adik, sahabat, binatang peliharaan, barang kesukaan, atau pada kekasih (begitulah jatuh cinta identik).

Berkenaan dengan jatuh cinta pada lawan jenis, siapa yang tak pernah merasakannya. Indah sekali ketika sama-sama jatuh cinta atau dengan kata lain memiliki perasaan yang sama pada satu sama lain lalu menjalin kasih.

Ketika itu, rasanya seperti terbang ke langit ke tujuh. Lalu seketika jatuh. Bertemu kehilangan dan dipaksa merelakan. Ya, bukan perkara mudah terlebih atas apa yang telah diperjuangkan juga dikorbankan selama merajut asmara.

Biasa disebut putus cinta yang menyebabkan hati cedera. Saat hal itu melanda, orang cenderung menyalahkan keadaan yang tidak bisa diajak berkompromi atau menyalahkan doi. Tak jarang itu terjadi alih-alih interopeksi diri. Bukan, bukan maksudnya menyalahkan diri sendiri juga!

Perlu disadari bahwa kita semua manusia yang selalu ada kurangnya. Sebaik-baiknya manusia, ia tetaplah manusia yang tak pernah sempurna. Begitupula ketika kita sedang menjalani hubungan, tak selamanya benar, bukan tak mungkin melakukan kesalahan.

Banyak hal yang perlu dipelajari dari gagalnya suatu hubungan. Tuhan tidak membiarkan suatu hal terjadi tanpa alasan. 

Ketika membersamai seseorang, kita cenderung fokus padanya dan lupa akan sekitar bahkan diri sendiri. Meninggalkan apa yang seharusnya diutamakan. Perhatian kita terpecah, kasih sayang kita terbagi. 

Tak ingat untuk mencintai diri sendiri. Tentu saja diri iri. Maha baik Tuhan, Ia sengajakan perpisahan sebab prihatin pada diri yang tak terurus lagi. Dengan menyadari itu, hendaknya perpisahan menjadi jalan untuk kembali mencintai diri sendiri. 

Karena selama bersama, sudah terlalu sering disakiti, tak jarang dikhianati, dan kita tetap sabar dengan alasan cinta. Cinta apa yang membuat diri sendiri sengsara. 

Menjadi pelajaran bahwa, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencintai diri sendiri sehingga kita pantas untuk dicintai. Bagaimana orang lain bisa memperlakukan kita dengan baik sedang kita tak sekali pun memeluk diri sendiri.

Sudah berapa kali menunda ibadah hanya untuk memperjuangkan doi? Sebuah pernyataan yang berbunyi "Jika jatuh cinta pada seseorang, dekati dulu Tuhannya", itu adalah benar. 

Karena Tuhan lah Yang Maha Pemilik Cinta. Lantas, seperti rezeki, cinta juga merupakan titipan. Bisa Tuhan ambil kapan pun. Ketika Tuhan tau bahwa kualitas ibadah kita menurun karena kebersamaan dengannya, maka jalan terbaik adalah memisahkan. Begitulah yang Tuhan lakukan. 

Putus cinta identik dengan tangisan, tetapi alangkah baiknya tangisan tersebut mengucur atas dasar menyadari kesalahan pada Tuhan. Tuhan juga bisa cemburu, seperti ketika kadar cinta kita padanya melebihi kadar cinta kita pada yang Maha cinta.

Tak hanya diri sendiri dan Tuhan. Orang tua kadang terabaikan karena kebersamaan kita dengan doi. 

Bukan tak mungkin melontarkan kebohongan untuk menutupi kedok tentang apa yang dijalani dengan doi. Perpisahan menjadi reminder atau pengingat bahwa kita tidak boleh berlama-lama dalam kesalahan.

Sekalipun doi berkhianat, berbohong, ingkar janji, berselingkuh, atau kesalahan-kesalahan lain, jangan lantas terus menerus menyalahkannya. 

Interopeksi diri itu perlu dalam kasus apa pun termasuk yang satu ini. Hidup adalah tentang karma. Apa yang kita lakukan kepada seseorang, itu pula yang akan orang lain lakukan kepada kita. 

Sebagai contoh, kita berbohong kepada doi (sekecil apa pun yang kita lakukan akan ada balasan dari Tuhan), lalu beberapa hari kemudian si doi berbohong. Itulah hukum karma. 

Contoh lain, perselingkuhan. "Aku ga pernah selingkuh kok, tapi dia selingkuh. Jelas lah itu salahnya." Tetap interopeksi diri sehingga bisa menerima kenyataan pahit itu. 

Boleh jadi ada sikap dari kita yang ternyata membuat dia tidak nyaman sehingga ia mencari kenyamanan lain. "Lah, itu tetap salah dong." Iya, itu salah. Itu urusannya dengan karma nanti. Kesalahanmu telah terbalas dengan sakitnya diselingkuhi. Artinya, karmamu sudah.

Ketika sudah interopeksi diri, jangan lantas menyesal atas apa yang telah dilakukan dan menyalahkan diri sendiri. Cukup sadari kesalahn dan kita berhak untuk belajar dari itu, serta menjadi benar di kemudian hari.

Setelah interopeksi diri, langkah selanjutnya adalah mencintai diri sendiri atau yang biasa disebut selflove. Karena tak jarang, setelah menyadari kesalahan-kesalahan lantas menyalahkan diri sendiri, menyesali, memohon padanya untuk merajut cinta kembali. 

Agaknya menggelikan. Bukan begitu caranya. Buka mata untuk melihat kesalahannya. Kita terlalu berharga untuk membersamai dia yang menjadikan kita sia-sia.

Mulai melihat diri sendiri. Peluk dia dan minta maaf karena sudah membiarkan diri sendiri merasa sengsara. 

Lalu rawatlah diri sendiri dengan penuh kasih, beri perhatian, ajak jalan-jalan, sesekali turuti apa yang diri mau (membeli baju baru, makan seblak, dll). Dengan begitu kita menjadi baru, hati yang tak lagi pilu siap untuk membuka lembaran baru.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Love Selengkapnya
Lihat Love Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun