Menjadi pelajaran bahwa, hal pertama yang harus dilakukan adalah mencintai diri sendiri sehingga kita pantas untuk dicintai. Bagaimana orang lain bisa memperlakukan kita dengan baik sedang kita tak sekali pun memeluk diri sendiri.
Sudah berapa kali menunda ibadah hanya untuk memperjuangkan doi? Sebuah pernyataan yang berbunyi "Jika jatuh cinta pada seseorang, dekati dulu Tuhannya", itu adalah benar.Â
Karena Tuhan lah Yang Maha Pemilik Cinta. Lantas, seperti rezeki, cinta juga merupakan titipan. Bisa Tuhan ambil kapan pun. Ketika Tuhan tau bahwa kualitas ibadah kita menurun karena kebersamaan dengannya, maka jalan terbaik adalah memisahkan. Begitulah yang Tuhan lakukan.Â
Putus cinta identik dengan tangisan, tetapi alangkah baiknya tangisan tersebut mengucur atas dasar menyadari kesalahan pada Tuhan. Tuhan juga bisa cemburu, seperti ketika kadar cinta kita padanya melebihi kadar cinta kita pada yang Maha cinta.
Tak hanya diri sendiri dan Tuhan. Orang tua kadang terabaikan karena kebersamaan kita dengan doi.Â
Bukan tak mungkin melontarkan kebohongan untuk menutupi kedok tentang apa yang dijalani dengan doi. Perpisahan menjadi reminder atau pengingat bahwa kita tidak boleh berlama-lama dalam kesalahan.
Sekalipun doi berkhianat, berbohong, ingkar janji, berselingkuh, atau kesalahan-kesalahan lain, jangan lantas terus menerus menyalahkannya.Â
Interopeksi diri itu perlu dalam kasus apa pun termasuk yang satu ini. Hidup adalah tentang karma. Apa yang kita lakukan kepada seseorang, itu pula yang akan orang lain lakukan kepada kita.Â
Sebagai contoh, kita berbohong kepada doi (sekecil apa pun yang kita lakukan akan ada balasan dari Tuhan), lalu beberapa hari kemudian si doi berbohong. Itulah hukum karma.Â
Contoh lain, perselingkuhan. "Aku ga pernah selingkuh kok, tapi dia selingkuh. Jelas lah itu salahnya." Tetap interopeksi diri sehingga bisa menerima kenyataan pahit itu.Â
Boleh jadi ada sikap dari kita yang ternyata membuat dia tidak nyaman sehingga ia mencari kenyamanan lain. "Lah, itu tetap salah dong." Iya, itu salah. Itu urusannya dengan karma nanti. Kesalahanmu telah terbalas dengan sakitnya diselingkuhi. Artinya, karmamu sudah.