Socrates merupakan seorang filsuf yang sangat gemar bertanya tapi tidak suka menulis, dalam arti lain ia adalah seorang pengajar yang tak pernah sekali pun menuliskan ajarannya.Â
Itulah sebabnya dewasa ini, kita sesungguhnya hanya mengenal dia dari tulisan atau karya para muridnya saja.Â
Athena, Sebagai Kelas Pengajaran Bagi Socrates
Socrates beranggapan bahwa seluruh wilayah Athena adalah kelasnya. Terkadang ia bisa saja bertemu dengan sosok yang bisa ia sebut sebagai murid atau pengajar.
Maka dengan pola pikir tersebut ia mampu mendalami pengetahuan dari berbagai keadaan dan situasi di lingkungan sekitar. Adapun metode mencari pengetahuan ini dilakukan melalui tanya-jawab.Â
Metode bertanya yang ia gunakan, di dunia pendidikan sekarang lebih dikenal dengan sebutan Inductive definition.
Inductive definition yakni cara bertanya yang dimulai dari hal-hal kecil. Digunakan untuk mengungkapkan pemahaman atau konsep yang lebih besar.
Dengan cara ini maka Socrates dapat mengetahui kebenaran melalui pengalaman orang-orang yang ia tanyai.Â
Dari Inductve Definition hingga Kaidah Dialektik
Sedangkan dalam bidang keilmuan psikologi modern digunakan sebagai pedoman pada salah satu bagian dari  Cognitive Behavioral Therapy (CBT).
Termasuk dalam proses tanya jawab tersebut yaitu dapat ditemui adanya campur tangan kaidah dialektik yang ditunjukkan oleh Socrates. Apalagi jika bukan kaidah ironi.
Kaidah ini bertujuan untuk menjadikan subjek tersebut melihat bahwa argumentasi yang ada dalam wacananya dianggap bijaksana.
Kemudian dilanjutkan dengan menyangkal alasan yang tidak rasional untuk mengetahui tahap pengetahuan yang dimilikinya.
Dalam ranah psikologi strategi seperti ini disebut konfrontasi, maksudnya orang dapat terbuka menyampaikan apapun alasan yang melatarbelakangi ucapan atau tingkah lakunya.
Pengajaran : Pengetahuan Constructivism
Selain itu, Socrates pun mengembangkan pengajaran melalui pengetahuan Constructivism. Hal ini didasarkan pada penciptaan pengetahuan melalui pencarian pengetahuan bersama.Â
Output nya pun akan bergantung kepada sosok murid -diri pribadi- yang memberi makna kepada bahan yang dipelajari. Maka kesimpulan ia sebagai seorang pengajar adalah bahwa Socrates menerapkan konsep :
'Kita seharusnya tidak mengajar apa yang perlu dipikirkan, tetapi mengajarkan bagaimana cara untuk
melakukannya'.Â
Oleh karena itu menurut Socrates, pengajar harus membantu muridnya untuk bisa mencapai pengetahuan mereka sendiri, melalui media tertentu. Â Media ini disebut dengan Socratic maieutic.
Selanjutnya murid dibiarkan berpikir mandiri. Hingga murid itu dapat menemukan jati dirinya. Bahkan Dalam bidang psikologi pun metode seperti ini turut digunakan.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H