Mohon tunggu...
Rahma Ayuningtyas Fachrunisa
Rahma Ayuningtyas Fachrunisa Mohon Tunggu... Freelancer - Writer, Psychologist

Dosen Universitas Muhammadiyah Surakarta dan psikolog pendidikan lulusan Universitas Gadjah Mada. Menulis tentang psikologi, tumbuh kembang, keluarga, perkembangan moral, pendidikan, sosial, dan refleksi kehidupan.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pola Asuh "Secure Attachment" sebagai Bekal Mendasar bagi Anak dalam Mempersiapkan Eksplorasi Pendidikan

7 Juli 2019   10:46 Diperbarui: 7 Juli 2019   11:27 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kelekatan anak pada orang tua, sebagai hasil dari pola asuh secure attachment, memberikan pengaruh  terhadap perkembangan emosi, kognitif, dan fisik (Malekpour, 2007). 

Thompson (dalam Malekpour, 2007) menambahkan bahwa anak yang aman (secure) cenderung lebih percaya diri dalam menghadapi tekanan teman sebaya. 

Anak juga cenderung lebih independen, dimana meminta bantuan guru hanya bila mereka membutuhkannya (Sroufe, dalam Malekpour, 2007). Malekpour (2007) juga menjelaskan bahwa independensi tersebut akan membantu anak dalam mencapai kompetensi yang lebih besar dengan menghadapi pengalaman berikutnya. Ini merupakan bukti bagi anak dalam mengembangkan keberanian dan kegigihan untuk menjadi pembelajar aktif yang sesungguhnya.

Pola asuh secure attachment merupakan usaha pelengkap dari penerapan konsep pembelajaran aktif di Indonesia. Pola asuh ini merupakan upaya dasar dalam membentuk pembelajar-pembelajar aktif yang berkeinginan kuat dalam mengeksplorasi ilmu pengetahuan. 

Adanya penekanan terhadap pentingnya pola asuh secure attachment ini juga ikut mempersiapkan pembentukan sistem pembelajaran aktif beberapa tahun mendatang.

Sehingga, masyarakat akan mampu mencetak generasi dengan motivasi internal belajar yang tinggi seiring dengan pembaharuan sistem pendidikan yang cenderung menekankan motivasi eksternal belajar peserta didik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun