Angin begitu tenang menyapa setiap insan di pelataran, Langit juga sangat indah tersenyum dengan awan yang begitu menawan. "seprtinya ini waktu yang sangat nyaman untuk gowes" pikirku saat itu. wajar saja, aku bukan pecinta sepeda seperti mereka-mereka. Jadi aku hanya akan gowes ketika suasana hati dan pikiranku menginginkannya. Sebaliknya, tidak ada yang bisa memaksaku untuk gowes jika aku tak menginginkannya.
"yuk gowes. Cuacanya sangat mendukung nih" ajakku kepada salah satu teman melalui chat media sosial. "kita meet up sepuluh menit lagi" jawab temanku.
Bergegas aku cas Android milikku agar saat gowes nanti tidak kekurangan amunisi batrei. Jangan tanya kenapa hal pertama yang aku lakukan adalah mengisi energi batrei android milikku. Ok, akan aku jelaskan. Aku adalah salah satu penggemar musik, terutama ketika sedang melakukan pekerjaan atau pada saat beraktifitas musik menjadi faktor pendorong semangat bagiku atau bisa dikatakan make me feel a live.
Apalagi ketika mengayuh sepeda, Â musik bergenre EDM adalah pilihan yang tepat. Ini menurutku sih. Lah, kok ngomongku ngelantur kemana-mana ya. Baik, aku lanjut ceritanya dimana pelajaran atau pengalaman tingkat Dewa ini aku dapat.
Singkat cerita temanku tiba. Dengan gaya khas bak atlet profesional kaos atau jersey sepeda lengkap dengan tempat penyimpanan air dipunggung. Kalau ada yang bilang gowes tidak perlu memakai jersey sepeda dan peralatan lengkap itu tidak salah, tapi hal yang mesti diingat adalah pada saat bersepeda angin menjadi salah satu musuh terbesar dan kita tidak pernah tau apakah angin akan berpihak kepada kita atau tidak. Ya, tidak ada yang tau.
Kitapun berangkat menyusuri kota pahlawan dengan lampu indah menyala disudut kota tercinta ini. Sesekali kita berjumpa dengan pengguna sepeda yang lain. Satu jam kita bersepeda, ahirnya kita istirahat didekat lapangan tenis. "ntar lagi kita langsung balik aja deh, udah capek. Besok masih harus mencari rejeki" kata temanku.
Tak lama, seorang bapak dan anak duduk disebelahku. Sepertinya mereka juga butuh istirahat seperti kita. "mas" sapanya, sambil tersenyum ramah dan mengngaggukkan kepala kepadaku. "enggeh pak" balasku padanya.
 Suasana menjadi hening, hanya beberapa suara mobil dan motor yang lewat menjadi tanda bahwa Surabaya belum tidur. Masing-masing dari kita sibuk dengan handphone android. Tiba-tiba  sepeda motor lewat dengan jarak yang sangat dekat dengan kita berempat, sialnya sipengendara motor tadi membuang putung rokok dan mengenai bapak disebelahku. Sontak sianak dari bapak ini marah-marah hingga cacian keluar dari bibirnya.
"Nak, ndak boleh begitu. Marah tidak ada gunanya, justru merugikan diri kita sendiri kok. Ingat! Pada saat kamu marah energi yang keluar adalah energi negatif. Dan kamu tau kalau bumi itu bulat kan. Satu hal lagi, energi itu kekal. Jadi pada saat energi negatif yang keluar dari diri kamu, suatu saat nanti energi negatif itu akan kembali kepada kamu. Jangan salahkan Tuhan jika kamu mendapati sial atau kejadian tidak mengenakkan. Itu adalah energi negatif yang kembali pada tuannya."
Deeeeg, panah menancap kuat diuluh hati. Semua kata-katanya begitu berisi dan sangat bermanfaat untuk anak ingusan seperrti diriku ini. Karna itu aku harus menulis kejadian ini dan semoga siapapun yang membaca tulisan anak rantau ini juga mendapat pelajaran seperti diriku. Oh iya, hampir saja lupa. Sang bapak tadi melanjutkan nasehat untuk anaknya.
"sudah, doakan orang bersepeda motor itu anakku. Doakan agar dia selamat sampai rumah dan bertemu keluarganya. Doakan siapapun yang engkau temui, terlepas dia menyakitimu atau tidak. Doakan mereka! Percayalah, pada saat kau mendoakan mereka energi positif itu akan menggelegar dan membahana diruang angkasa dan energi itu akan kembali padamu anakku."
Bagaimana? Istimewa sekali bukan bapak ini.
Temanku mulai gelisah ingin segera pulang. Waktu juga sudah tengah malam, sepertinya memang sudah waktunya pulang. Sambil mengemasi barang-barangku seperti Handphone, rokok, korek, dan Headset aku dengar samar-samar bapak itu sedang menelpon, tapi entah siapa. "iya benar. Iya, saya didekat lapangan tenis belakang pom bensin"
Karna penasaran aku agak lama-lamain disitu. "cuy, rantaiku kenapa nih" teriakku pada teman. Padahal rantai sepedaku baik-baik saja. Dan kalian tau apa yang terjadi. Mobil Alpard parkir persis didekat kita, lalu bapak dan anak itu masuk dan sepeda meraka dibawa oleh orang yang keluar dari mobil Alpard itu. sepertinya sih mereka adalah pembantunya.
Dalam hati aku teriak "Anjaaaaaaaaaay"Â gila ga tuh? Orang tajir melintir begitu gowes tengah malam dan memiliki hati serta pemikiran yang sangat bijaksana. Asumsiku, sang bapak ingin memberikan pelajaran hidup kepada sang buah hatinya. Bukan dengan teori, tapi langsung bersentuhan dengan dunia. Ini asumsiku sih, tapi entah apa asumsi kalian.
Udah, gitu aja ya. Kita sudah lelah ingin segera istirahat.
Byeeeee.....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H