Mohon tunggu...
Rahmad Sholehuddin
Rahmad Sholehuddin Mohon Tunggu... Bankir - Pecinta Kopi

Semuanya pasti pergi, dan hanya satu yang tersisa.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen | Malaikat Munkar

1 Juni 2020   19:14 Diperbarui: 1 Juni 2020   19:16 76
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya awali tulisan ini dengan definisi iman secara terminologi yakni:

Thasdiqun bil qolbi wa iqroru bil lisan (percaya dengan hati dan ikrar dengan lisan).

Sore ini aku mendapat panggilan video call dari salah satu junior kampus ketika kuliah dulu, Sekarang dia sedang menempuh pendidikan S2. Lama tidak ada kabar, sebab kesibukan kita yang telah berbeda membuat durasi percakapan hampir dua jam lamanya.

Sebenarnya durasi obrolan kita sudah melebihi batas kewajaran manusia dalam berkomunikasi melalui media virtual. Mengingat kita berdua bukanlah dua pasangan sejoli yang tengah dimabuk asmara lantaran perasaan berbunga-bunga.

Jelang beberapa menit setelah masing-masing usai menanyakan kabar, aktivitas, dan obrolan receh lainnya. aku berniat menyudahi video call itu, namun ada peristiwa unik dari adikku ini dimana awal mula cerita ini dimulai.

Dari balik layar handphone, dia menunjukkan kitab berukuran agak besar dan tebal kearah wajahku. Bang, aku baru saja selesai membaca separuh kitab ini. Tegasnya kepadaku, sambil memperbaiki posisi handphone miliknya dia dibilang jangan ditutup dulu lah, aku menemukan hal baru dari kitab ini yang mungkin abang belum tau. 

Sedikit aku mulai menyadari, bahwa dia ingin mengajakku berdiskusi tentang pengetahuan yang baru saja didapatnya melalui kitab tadi. Akupun menawarkan diri jika memang benar demikian. Kalau mau berdiskusi mending kita meet up saja. Ntar aku traktir kopi dan rokoknya. 

PSBB bang.. PSBB jawabnya.

Begini bang. dalam kitab ini dikisahkan, bahwa ada pemuda kurang baik tabiatnya (semasa hidup) lalu dianulir siksanya oleh malaikat Munkar dan nakir didalam alam kubur dan rahasianya adalah karna pemuda tadi hafal surat Al-Mulk hingga ahir hayatnya. Dikisahkan surat Al-Mulk ini menjelma menjadi sosok mahluk yang gagah berani menghadapi malaikat munkar sewaktu ingin memukul sipemuda. lalu terjadilah perdebatan diantara keduanya.

Sebentar, aku beli kopi dan rokok dulu. Kataku kepadanya, beberapa menit kemudian akupun kembali menghadap kamera handphone. Wajar saja, depan kost aku tinggal ada warung penjual kopi lengkap dengan beberapa rokok. Lantas bagaimana nasib pemuda itu? Tanyaku

Nyalakan dulu lah rokoknya, kopinya juga jangan lupa disruput. Ini aku juga baru selesai pesan kopi didepan. Tegasnya kepadaku.

Ok, aku lanjutkan ya bang. Jelmaan surat Al-Mulk ini berkata pada malaikat munkar "aku ini kalamullah, berani-beraninya kamu sama kalamullah. Jika kamu memukul pemuda itu pasti mengenai aku juga, karna aku ada dalam hatinya." Karna tidak menemukan titik temu, ahirnya mereka berdua menghadap Allah. Dan yang dibenarkan oleh Allah adalah suratr Al-Mulk.

Ahirnya singkat cerita pemuda tadi lolos dari siksa kubur karna syafaat dari surat Al-Mulk, tapi yang ingin aku garis bawahi dari cerita ini adalah ternyata malaikat juga dibebani tanggungan hukum fiqh oleh Allah, karna apapun alasannya malaikat juga mahluk Mukallaf yang kategorinya dalam tatanan Allah SWT. Jadi, jika kita dilarang keras menyakiti seseorang penghafal Al-Quran maka malaikatpun sama demikian.

Karna penasaran, aku bertanya karangan siapa kitab itu dan judulnya apa. ternyata kitab itu dikarang oleh tokoh besar yang bernama Ibnu Katsir yang berjudul tafsir ibn Katsir.

Memang dikalangan akademisi teologi, hal semacam ini selalu memiliki daya tarik untuk selalu didiskusikan. Terutama untuk para santri. Karna kajian mengenai sesuatu yang abstrak kita butuh perangkat iman dalam dada masing-masing.

Gimana menurutmu bang? Tanya kepadaku

Abang harus sependapat dengan asumsiku, bahwa malaikat juga dibebani tanggungan hukum fiqh dan abang harus segera menghafal surat Al-Mulk agar malaikat ga berani macam-macam sama abang kelak dialam kubur.

Aku hanya tersenyum mendengarnya, tapi dari lubuk hati aku percaya dengan cerita dalam kitab yang ditulis oleh Ibn Katsir tadi. Bukan karna yang menyampaikan cerita itu juniorku ketika kuliah dulu sehingga aku harus bersikap primordialisme pemikiran. Sedikitpun tidak!

Tapi aku percaya, bahwa Ibn Katsir bukan hanya penulis kitab saja, melainkan beliau juga seorang ulama' dan sesuai sabda Nabi Muhammad ulama' adalah penerus para Nabi.

Bahwa Al-Qurna memiliki hak syafaat, akupun juga mengimani hal itu karna sabda Nabi Muhammad SAW adalah. Fainnallaha la yuaddiba qolban wa Alqurana (Allah tidak akan menyiksa hati yang membawa Al-Quran).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun