Pernahkah kau merasa bahwa keberadaanmu tidak lebih dari bayangan yang tak berarti? Aku pernah, dan rasanya sekarang itu menjadi kenyataan yang terus menghantuiku. Aku berbicara, aku mencoba menjelaskan, tapi tidak ada yang benar-benar mendengar. Suaraku hanya bergema di ruang kosong, memantul kembali ke telingaku sendiri. Sakitnya, bukan hanya karena mereka tidak peduli, tapi karena aku mulai bertanya: apakah aku memang layak untuk didengar?
Aku mencoba keras untuk menjadi seperti yang mereka inginkan. Menjadi teman yang baik, pendengar yang sabar, seseorang yang selalu ada di saat mereka membutuhkan. Tapi ketika aku berdiri di sisi sepi hidupku, di mana mereka? Ke mana perginya semua kata-kata manis mereka tentang kepedulian? Tentang saling mendukung? Tentang menjadi satu sama lain? Semuanya hanya kata-kata. Hampa.
Aku selalu memaksa diriku untuk memahami. Ketika mereka tidak menjawab pesanku, aku bilang pada diriku sendiri, "Mungkin mereka sibuk." Ketika mereka tidak datang di saat aku membutuhkan, aku berpikir, "Mungkin aku terlalu merepotkan." Tapi sampai kapan aku harus terus mencari alasan untuk membela mereka? Sampai kapan aku harus terus menenangkan diriku sendiri bahwa semua ini bukan karena aku tidak cukup penting bagi mereka?
Aku muak. Aku lelah. Lelah menjadi orang yang selalu memahami, tapi tidak pernah dimengerti. Lelah menjadi bahu untuk menangis, tapi tidak pernah punya tempat untuk bersandar. Lelah menjadi seseorang yang selalu ada, tapi tidak pernah dicari.
Pernahkah mereka bertanya bagaimana perasaanku? Bagaimana caraku melewati malam-malam panjang di mana aku menangis sendirian, memeluk diriku sendiri dalam gelap? Pernahkah mereka bertanya apa yang membuatku tetap bertahan, meski aku tahu aku sudah berada di ambang kehancuran? Tidak. Mereka tidak pernah bertanya.
Aku hanya ada ketika mereka membutuhkan. Ketika aku bisa memberikan sesuatu, ketika aku bisa membantu mereka. Tapi saat aku tidak punya apa-apa lagi untuk diberikan, mereka pergi. Seolah aku ini hanya alat yang bisa dibuang setelah tidak berguna lagi.
Aku mencoba membicarakan ini. Aku mencoba menjelaskan. Tapi apa yang mereka katakan? "Kamu terlalu sensitif." "Jangan terlalu diambil hati." "Kamu harus lebih kuat." Aku sudah muak dengan semua nasihat klise itu. Apa mereka pikir aku tidak mencoba? Apa mereka pikir aku tidak ingin menjadi kuat? Aku mencoba setiap hari, setiap saat, tetapi aku juga punya batas.
Ada saat-saat di mana aku hanya ingin berhenti. Bukan berhenti hidup, tapi berhenti berharap. Karena semakin aku berharap, semakin aku terluka. Semakin aku ingin dimengerti, semakin aku sadar bahwa tidak ada yang benar-benar peduli. Mereka hanya melihat apa yang ingin mereka lihat, mendengar apa yang ingin mereka dengar.
Sekarang aku mengerti. Dunia ini memang tempat yang dingin dan egois. Kau tidak bisa mengharapkan apa pun dari siapa pun, bahkan dari orang-orang yang kau pikir mencintaimu. Karena pada akhirnya, semua orang hanya peduli pada dirinya sendiri.
Jadi, aku berhenti. Aku berhenti berbicara. Aku berhenti menjelaskan. Aku berhenti berusaha membuat orang lain mengerti. Kalau mereka ingin menganggapku egois, biarkan. Kalau mereka ingin berpikir aku berubah, biarkan. Aku sudah tidak peduli lagi.
Ada sesuatu yang hilang dalam diriku, sesuatu yang dulu membuatku percaya bahwa dunia ini tidak seburuk itu. Tapi sekarang, aku sadar bahwa percaya pada orang lain hanya akan menghancurkanmu. Aku harus belajar hidup dengan kenyataan ini, meski menyakitkan, meski membuatku merasa kosong.
Mereka bilang aku berubah. Mereka bilang aku terlalu dingin. Tapi mereka tidak tahu apa yang membuatku menjadi seperti ini. Mereka tidak tahu luka-luka yang aku sembunyikan di balik senyumku. Mereka tidak tahu berapa banyak malam yang aku habiskan hanya untuk menangis, berdoa agar rasa sakit ini hilang.
Aku sudah selesai. Aku sudah selesai dengan semua basa-basi, semua kepura-puraan, semua hubungan yang hanya membuatku merasa sendirian. Kalau mereka tidak mau mendengarku, aku tidak akan memaksa. Kalau mereka tidak menghargai keberadaanku, aku tidak akan lagi mencoba.
Sekarang aku tahu, berteriak di ruang kosong hanya akan membuatmu semakin terluka. Jadi aku berhenti berteriak. Aku berhenti peduli. Aku berhenti berharap.
Dan jika mereka bertanya kenapa aku berubah, kenapa aku menjadi orang yang seperti ini, aku hanya akan berkata: "Karena akhirnya aku sadar, kau tidak bisa memaksa orang lain untuk peduli. Dan kau tidak bisa terus menyakiti dirimu sendiri demi membuat orang lain nyaman."
Aku belajar cara berdiri sendiri, bahkan jika rasanya sepi. Aku belajar mencintai diriku sendiri, bahkan jika dunia terus mencoba menjatuhkanku. Dan aku akan terus berjalan, meski dengan langkah kecil, meski dengan hati yang penuh luka.
Karena pada akhirnya, satu-satunya yang aku punya hanyalah diriku sendiri. Dan itu sudah cukup.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI