Mohon tunggu...
Rahmad Romadlon
Rahmad Romadlon Mohon Tunggu... Mahasiswa - MAHASISWA UNIVERSITAS TRUNOJOYO MADURA

Menulis Puisi, Artikel, Kata-kata Bijak, dan Motivasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Ratu Semesta dalam Cermin Kecil

21 Januari 2025   18:02 Diperbarui: 21 Januari 2025   18:02 106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Namun, Sera selalu berhasil membuat dirinya terlihat tak tersentuh kritik. Ia punya satu mantra: selama ada orang yang memperhatikan, maka ia tetap menang.

Namun, semuanya mulai berubah ketika ia bertemu Reza, seorang rekan baru di kantor. Reza, berbeda dari yang lain, adalah pria yang cerdas, tenang, dan tampaknya tidak terkesan dengan gaya Sera yang sok dominan. Ketika Sera mencoba mengoreksi salah satu presentasinya, Reza hanya tersenyum tipis.

"Oh, jadi menurutmu begitu? Menarik. Tapi aku tetap lebih suka caraku," jawabnya santai, lalu kembali ke laptopnya.

Sera terpaku. Itu pertama kalinya ada seseorang yang menolak pendapatnya tanpa rasa takut. Sejak saat itu, ia bertekad "menaklukkan" Reza.

"Reza itu pasti cuma belum kenal aku lebih dekat," pikirnya.

Ia mulai mencari alasan untuk mendekati Reza. Mulai dari menawarkan bantuan tak diminta hingga membawakan kopi ke meja Reza dengan alasan "berbagi semangat pagi." Namun, Reza tetap tidak peduli.

Suatu hari, ketika mereka sedang berbicara di pantry, Sera mencoba trik andalannya---membicarakan betapa ia berbeda dari perempuan lain.

"Aku tuh selalu merasa nggak cocok sama cewek-cewek lain. Mereka sering banget ngomongin hal-hal remeh, kayak gosip artis atau drama Korea. Aku lebih suka diskusi yang berbobot, kayak politik atau ekonomi global," katanya sambil memandang Reza dengan ekspresi yakin.

Reza hanya menatapnya sebentar, lalu berkata, "Oh, ya? Aku rasa itu bagus. Tapi aku justru belajar banyak dari obrolan ringan. Kadang hal-hal kecil itu menunjukkan sisi kemanusiaan kita."

Sera tak tahu harus membalas apa. Untuk pertama kalinya, ia merasa kalimatnya melayang tanpa arah.

Malam itu, Sera pulang dengan perasaan yang mengganjal. Ia berdiri di depan cermin besar di kamarnya, memandangi pantulan dirinya sendiri. Ia masih melihat bayangan perempuan sempurna yang selalu ia banggakan, tetapi ada sesuatu yang tidak pas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun