Meskipun kadernya hanya menempati posisi cawabup, namun kemenangan KSP-Danang kelak juga merupakan kemenangan PDIP. Berkaca pada Pilkada tahun 2015 silam, kekalahan PDIP di empat kabupaten/kota di DIY menjadi pengalaman pahit yang tidak boleh terulang.
Berlaganya pasangan KSP-Danang pada Pilkada Sleman 2020 juga sesungguhnya menjadi catatan penting bagi dua partai politik sekaligus yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) dan PDIP Perjuangan (PDIP).Â
Bagi PAN, peristiwa ini merefleksikan kinerja yang kurang gerak cepat sehingga kader potensialnya "dicuri" partai lain. Sedangkan bagi PDIP, menunjukkan bahwa kaderisasi pada partai besar ini  jalan di tempat.
Pertanyaan lain yang masih tersisa, akankah keputusan PDIP kali ini mampu mengulang kemenangannya seperti Pilkada Sleman tahun 2010 saat mengusung Sri Purnomo yang berpasangan dengan Yuni Satia Rahayu.Â
Jawabannya tentu masih menunggu perkembangan beberapa bulan ke depan. Sebab proses menuju pencoblosan pada akhir tahun nanti masih akan diwarnai dengan banyak dinamika. Terutama karena baru satu parpol yaitu PDIP yang menyatakan kepastiannya mengusung pasangan calon.
Apalagi keputusan PDIP ini bukan tanpa resiko. Salah satu resiko itu, hampir bisa dipastikan pasangan KSP-Danang akan kehilangan dukungan PAN karena PAN akan mengusung calon lain.Â
Jika itu terjadi, massa Muhammadiyah juga berpotensi pecah. Dinamika tersebut akan menjadi lebih riuh, jika misalnya kelak PDIP hanya sendirian berlaga mengusung KSP-Danang, tanpa dukungan parpol lain. Oleh sebab itu, PDIP harus berjuang ekstra keras untuk memenangkan kontestasi politik 2020 ini.