Mohon tunggu...
Deandra Rayya Mirza
Deandra Rayya Mirza Mohon Tunggu... Administrasi - 😑

😑

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Ada Apa dengan PDI Perjuangan?

18 Juli 2020   14:06 Diperbarui: 21 Juli 2020   08:11 275
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Rekomendasi DPP PDI Perjuangan untuk pasangan Kustini Sri Purnomo dan Danang Maharsa sebagai Cabup-Cawabup Sleman 2020, tidaklah mengejutkan. 

Sebab jauh sebelum keputusan tersebut dipublikasikan oleh DPP PDIP Jumat 17 Juli 2020, nama pasangan Kustini-Danang sudah santer berhembus. Namun benak publik pun masih bertanya-tanya. Ada apa dengan PDI Perjuangan ?

Pertanyaan tersebut wajar, mengingat partai moncong putih ini memenangi Pemilu 2019 di Kabupaten Sleman dengan menguasai 15 kursi, dari total 50 kursi DPRD Sleman. 

Lantaran perolehan tersebut mestinya PDIP memiliki bargaining position yang kuat untuk mendudukkan kader organiknya sebagai Cabup. Kemudian merangkul figur dari parpol lain untuk dipasangkan sebagai Cawabup. Sehingga secara kalkulasi politik, kekuatan dalam menghadapi kontestasi cukup besar.

Namun ternyata kenyataannya terbalik. Seperti kita ketahui, Kustini Sri Purnomo (KSP) yang tidak lain isteri dari Bupati Sleman yang saat ini masih menjabat, Sri Purnomo adalah kader Partai Amanat Nasional. 

Sedangkan Danang Maharsa adalah kader PDIP yang saat ini menjadi anggota DPRD Sleman. Meski demikian, tentu dalam mengambil keputusan PDIP telah memiliki perhitungan matang dengan keyakinan menang.

Modal awal terpenting untuk memenangkan kontestasi elektoral adalah popularitas calon. Pada konteks inilah tampaknya yang mendorong PDIP melamar KSP untuk diusung menjadi Cabup, lalu diajukan ke DPP hingga berbuah rekomendasi. KSP dinilai memiliki popularitas lebih tinggi dibanding kader-kader PDIP yang potensial diusung. 

Popularitas KSP ini mudah dipahami, sebab perempuan tersebut telah mendampingi Sri Purnomo sebagai Wabup Sleman selama 5 tahun dan sebagai bupati selama 10 tahun.    

Selama 15 tahun tampil di hadapan publik Sleman dan berinteraksi langsung dengan warga dalam berbagai kegiatan, tentu menjadi social capital yang kuat bagi KSP. 

Faktor lain yang akan mempengaruhi kemenangan KSP adalah potensi dukungan kultural Muhammadiyah. Jika diurai lebih jauh, masih sangat banyak faktor yang menguatkan KSP sehingga PDIP percaya menempatkan sosok non kader tersebut pada posisi Cabup.  

Kalkulasi politik diatas, sebenarnya hanyalah derivasi atau turunan dari faktor utama yang menjadi motif sesungguhnya. Yaitu faktor psikologis berupa keharusan menang. 

Meskipun kadernya hanya menempati posisi cawabup, namun kemenangan KSP-Danang kelak juga merupakan kemenangan PDIP. Berkaca pada Pilkada tahun 2015 silam, kekalahan PDIP di empat kabupaten/kota di DIY menjadi pengalaman pahit yang tidak boleh terulang.

Berlaganya pasangan KSP-Danang pada Pilkada Sleman 2020 juga sesungguhnya menjadi catatan penting bagi dua partai politik sekaligus yaitu Partai Amanat Nasional (PAN) dan PDIP Perjuangan (PDIP). 

Bagi PAN, peristiwa ini merefleksikan kinerja yang kurang gerak cepat sehingga kader potensialnya "dicuri" partai lain. Sedangkan bagi PDIP, menunjukkan bahwa kaderisasi pada partai besar ini  jalan di tempat.

Pertanyaan lain yang masih tersisa, akankah keputusan PDIP kali ini mampu mengulang kemenangannya seperti Pilkada Sleman tahun 2010 saat mengusung Sri Purnomo yang berpasangan dengan Yuni Satia Rahayu. 

Jawabannya tentu masih menunggu perkembangan beberapa bulan ke depan. Sebab proses menuju pencoblosan pada akhir tahun nanti masih akan diwarnai dengan banyak dinamika. Terutama karena baru satu parpol yaitu PDIP yang menyatakan kepastiannya mengusung pasangan calon.

Apalagi keputusan PDIP ini bukan tanpa resiko. Salah satu resiko itu, hampir bisa dipastikan pasangan KSP-Danang akan kehilangan dukungan PAN karena PAN akan mengusung calon lain. 

Jika itu terjadi, massa Muhammadiyah juga berpotensi pecah. Dinamika tersebut akan menjadi lebih riuh, jika misalnya kelak PDIP hanya sendirian berlaga mengusung KSP-Danang, tanpa dukungan parpol lain. Oleh sebab itu, PDIP harus berjuang ekstra keras untuk memenangkan kontestasi politik 2020 ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun