Masalahnya adalah harga komoditas barang mentah tidak stabil kadang naik kadang turun tergantung harga pasar internasional. Jika harga pasarnya sedang naik, maka mereka akan diuntungkan dengan hal itu begitupun sebaliknya dan hal ini berpengaruh terhadap pendapatan negera mereka yang bisa saja turun secara signifikan.Â
Masalah yang lain adalah mereka tidak punya sektor lain yang bisa menopang perekonomian ketika harga bahan mentahnya sedang tidak bagus, hasilnya perekonomian mereka bisa langsung jatuh sewaktu harga komoditas mereka turun di pasar internasional.
Contohnya Venezuela, dulu Venezuela mengandalkan ekspor minyak untuk menopang perekonomian mereka dan sempat menjadikan mereka negara paling kaya di Amerika Latin.Â
Berkat cadangan minyaknya yang sangat melimpah. Pemerintahnya bisa memberikan berbagai macam subsidi dan fasilitas untuk warganya.Â
Seperti subsidi minyak, bahan makanan, transportasi, pendidikan sampai kesehatan. Tapi sejak kejatuhan harga minyak di tahun 2014, Venezuela jadi tidak mempunyai uang lagi untuk membayar subsidi-subsidi tersebut dan solusi yang dikeluarkan pemerintahannya adalah mencetak uang sebanyak-banyaknya.Â
Hasilnya bisa ditebak, terjadilah yang namanya hiperinflasi di Venezuela dan inflasi tersebut menyentuh angka 1 juta persen. Harga-harga makin tidak terjangkau, bahan pokok menjadi langka, dan pengangguran meningkat banyak karena pemerintah sudah tidak sanggup lagi untuk memperkerjakan mereka.Â
Rakyat Venezuela yang dulu hidup sejahtera kini hidup dengan kemiskinan dan tak sedikit yang berpindah ke negara yang kondisinya lebih menjanjikan. Berdasarkan survei dari Misery Index, Venezuela menjadi negara yang paling menyedihkan selama 6 tahun berturut-turut.
Ketergantungan ekspor dari sumber daya alam itu bisa juga membawa masalah jika sumber dayanya itu tidak bisa diperbarui. Barang yang ditambang tentu akan habis, jika mereka tidak mempunyai sumber pendapatan alternatif, ekonomi mereka bisa langsung terpuruk begitu sumber daya mereka habis.Â
Hal ini pernah terjadi di negara Nauru sebuah negara kecil di Samudera Pasifik yang kaya akan kandungan fosfat yang sangat dibutuhkan industri rumah tangga. Bahkan negara kecil seperti Nauru ini pernah menjadi negara dengan GDP per kapita tertinggi di dunia berkat ekspor fosfat mereka.Â
Tetapi, ketika cadangan fosfat mereka mulai habis, Nauru yang tidak bisa mengelola kekayaannya malah berakhir menjadi negara bangkrut karena mereka sudah tidak mampu lagi melunasi hutang-hutangnya, rakyatnya yang dulu sejahtera dan banyak mendapatkan fasilitas subsidi dari pemerintah sekarang hidup dengan kekurangan dan bahkan untuk memenuhi kebutuhan pokoknya saja susah.
2. Tidak Mengolah Kembali Bahan Mentah