Mohon tunggu...
Rahmadhani Putri
Rahmadhani Putri Mohon Tunggu... Perawat - Mahasiswa Universitas Airlangga

Saya merupakan Mahasiswa S-1 Keperawatan Unibersitas Airlangga yang tertarik dalam dunia kepenulisan. Sebagai usaha untuk terus mengasah kemampuan tersebut saya ikut tergabung dalam UKM Penalaran Universitas Airlangga. Saya merupakan seorang yang beranggung jawab, bekerja keras, dan selalu berusaha mengerjakan pekerjaan saya semaksimal mungkin. Selain itu saya juga sangat menyukai dunia ke-organisasian.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Untung atau Rugi sih Jadi Pemalas?

30 Mei 2022   15:30 Diperbarui: 30 Mei 2022   16:19 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Malas adalah suatu kondisi dimana seseorang menghindari pekerjaan yang seharusnya bisa dikerjakan. Jenis malas bisa dibagi menjadi lima macam. Pertama malas karena kelelahan fisik, melansir laman Shape.com, ada perbedaan mendasar antara malas karena kelelahan fisik dengan rasa malas karena hal lan. 

Jika kita selalu disibukkan dengan pekerjaan yang menguras energi dan pikiran, maka kita akan merasa lelah dan berakibat pada rasa malas. Jika rasa malasmu disertai dengan sakit kepala, nafsu makan berkurang, nyeri otot, dan rasa lelah berkepanjangan, maka kita harus memutuskan untuk berhanti sejenak. 

Malas yang diakibatkan oleh kelelahan fisik akan berdampak buruk bagi kesehatan kamu jika kamu tidak segera mengatasinya. Kedua malas karena depresi, seperti ditulis dalam laman kesehatan healthline.com, rasa malas yang sangat intens merupakan salah satu gejala depresi. 

Rasa malas itu disertai dengan hilangnya minat, kurang energi, terganggunya konsentrasi, dan bahkan ada perasaan bersalah. Depresi dapat disembuhkan, jika kamu memang berniat untuk melakukannya. 

Ketiga malas akibat cuaca, ternyata cuaca juga bisa mempengaruhi perasaan atau mood seseoran. Tiap-tiap orang juga memiliki reaksi yang berbeda-beda terhadap cuaca yang dialami. 

Menurut Bustle.com, ilmuwan mengungkapkan bahwa manusia memiliki kemampuan untuk mengontrol suhu tubuh secara otomatis, itulah yang menyebabkan seseorang dapat berkeringat, menggigil, dan demam. 

Dibutuhkan banyak energi untuk mengontrol suhu pada tubuh manusia, dan itulah sebabnya terkadang rasa malas juga menyertai akibat energi yang terkuras karena perubahan suhu. 

Rasa malas ini wajar, selama tidak mengakibatkan kelelahan yang tidak normal. Keempat malas karena memang tidak memiliki daya juang, ini adalah rasa malas yang paling berbahaya, karena rasa malas ini muncul karena  seseorang memang tidak memiliki daya juang dan harapan tentang masa depannya. Rasa malas yang seperti ini yang membuat banyak orang tidak kunjung meraih kesuksesan. 

Rasa malas ini juga tidak berkorelasi sama sekali dengan kecerdasan, karena faktanya, orang yang tidak cerdas pun bisa memiliki rasa malas seperti ini. Orang yang malas kerja, malas berusaha, dan malas apapun tentu tidak akan pernah meraih kesuksesan. Kelima malas karena cerdas, ini adalah rasa malas yang paling bagus. 

Biasanya orang yang malas karena cerdas, akan memiliki banyak ide kreatif yang bisa di aplikasikan dalam usaha dan pekerjaannya. Laman berita CNBC menuliskan bahwa menurut sains, orang cerdas memang cenderung malas, namun orang malas belum tentu cerdas. 

Orang yang malas karena cerdas tidak akan membuang waktunya hanya untuk bersusah payah tanpa hasil yang jelas. Mereka akan mencari jalan keluar yang paling efektif dan efisien, dan mereka cenderung tidak suka untuk diperintah. Itulah sebabnya orang yang malas karena cerdas akan cenderung lebih mudah untuk mencapai kesuksesan secara mandiri.

Ketika banyak orang disibukkan dengan aktivitas, apa yang sebenarnya dilakukan sebagai seorang pemalas? Tanpa disadari sebagai seorang pemalas itu tidak ada gunanya. 

Ciri- ciri seorang pemalas itu seperti pada saat bangun tidur, lihat jam lalu tidur lagi, sudah bangun tidur cuma duduk saja, setiap ingin membeli makan harus order online, keseehariannya hanya buang-buang waktu saja, tiak ada kegiatan apapun yang di kerjakan selain hanya memainkan ponselnya dan orang yang pemalas cenderung enggan untuk berolahraga, jangankan untuk berolahraga bangun dari tempat tidur saja mereka tidak sanggup.

Di sisi lain, ternyata rasa malas berperan besar dalam meningkatkan produktivitas. Rasa malas mengizinkan pikiran dan fokus kita teralihkan, hingga kita bisa merumuskan ide-ide yang selama ini tumbuh liar di kepala. 

Fokus dan malas memberi manfaat yang sama pentingnya. Jika fokus membantumu untuk menyelesaikan pekerjaan, rasa malas akan memicu pikiranmu lebih kreatif. Sebab, saat malas sekitar 48% pikiranmu melayang ke masa depan, di masa kini 28%, dan masa lalu 12%. Sisanya adalah saat di mana pikiran benar-benar kosong dan menjadi momen lahirnya ide-ide besar. 

Kita hanya perlu memastikan saat malas tidak ada yang mendistraksi pikiran. Misalnya komputer, ponsel, media sosial, atau pekerjaan yang menunggu diselesaikan. Menurut ilmu sains seorang pemalas juga memiliki banyak manfaat seperti seorang pemalas jarang megalami burnout atau kelelahan kerja parah, karena pemalas akan mengizinkan diri sendiri bermalas-malasan, sehingga akan mencegah pemborosan energi dan memforsir fokus diri. 

Selanjutnya pemalas akan memliki cukup Istirahat dibandingkan dengan mereka yang melabeli diri sebagai pekerja keras. Mereka yang beristirahat cukup memiliki ingatan yang lebih kuat, tidak mudah stres, dan bahkan lebih jarang sakit dan awet muda. Ini semua justru lebih baik bagi produktivitas secara jangka panjang. 

Seorang pemalas juga memiliki fokus rencana jangka panjang lebih kuat. Ketika kita mengizinkan pikiran untuk berkeliaran, kita akan memikirkan mengenai masa depan dan rencana-rencana jangka panjang 14 kali lipat lebih sering dibandingkan ketika kita memaksa diri untuk fokus. Ini adalah hasil dari penelitian yang diterbitkan di jurnal Consciousness and Cognition.  

Pemalas juga memiliki efisiensi lebih tinggi, karena tujuan akhir adalah mengerjakan tugas secepat mungkin agar bisa beristirahat, maka sebagai orang malas,  biasanya akan bekerja lebih keras untuk bisa memaksimalkan efisiensi. 

Percaya atau tidak, menonton tayangan televisi tertentu selama berjam-jam, atau yang biasa disebut binge watching, ternyata bisa meningkatkan kecerdasan emosionalmu. 

Menurut studi University of Oklahoma, menonton tayangan drama (Lost, The West Wing, dan Mad Men) mampu meningkatkan kemampuan mendeteksi orang lain. Menonton dan mengamati emosi karakter-karakter televisi ini sepanjang waktu bisa membuat kita lebih mudah berempati.

Dampak Positif dan Negatif Pemalas

Pemalas memiliki dampak positif dan negatif. Dampak positif pemalas adalah mereka malas membicarakan orang lain, allah sendiri melarang untuk saling menggunjing, walaupun yang kita bicarakan itu memang benar adanya. 

Pemalas juga malas untuk mendramatisasi kehidupan, inilah yang sering terjadi pada manusia. Mereka terlalu khawatir mengenai masalah yang ia alami. Sesungguhnya Allah telah berfirman dalam Q.S Al Baqarah ayat 286 yang berbunyi: “Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kadar kesanggupannya”. 

Jalani hidup dengan santai, jangan terlalu mendalami peran dan terbawa perasaan. Pemalas cederung malas meladeni tanggapan buruk orang lain karena meladeni tanggapan orang lain tak akan ada untungnya. 

Fokus saja dengan urusan diri sendiri, abaikan komentar orang lain dan belajarlah bersikap bodo amat apapun yang orang-orang katakan tentangmu. Sehingga mereka akan malas untuk balas dendam dengan orang lain ketika menemui suatu masalah. Dan pemalas biasanya cenderung bersikap bodoamat teantang gaya hidup, jadi mereka akan cenderung malas berlomba soal gaya hidup.

Meskipun rasa malas memiliki dampak positif yang dapat meningkatkan produktivitas kita, namun rasa malas juga memiliki banyak sekali dampak negatif seperti seorang pemalas akan terbiasa melakukan sesuatu berdasarkan ego sendiri, karena salah satu hal yang memicu kita bermalas-malasan adalah karena menuruti ego. 

Lama-kelamaan,  jadi terbiasa melakukan sesuatu hanya berdasarkan ego sendiri. Hal ini tentunya akan berdampak tidak baik, karena bagaimanapun juga akan sulit memaksa diri melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan dan keluar dari zona nyaman. 

Selanjutnya seorang pemalas akan lebih banyak bergosip, hal ini lantaran mereka tidak memiliki kesibukan ataupun fokus yang lain , untuk mengatasi kebosanan yang mereka alami, mereka akan bergosip perihal hal-hal lain. 

Pemalas juga cenderung tidak memiliki tujuan dan motivasi dalam melakukan sesuatu yang mereka lakukan hanyalah sebatas mengerjakan tugas yang menjadi tanggung jawabnya tanpa memikirkan kualitas pekerjaannya. 

Orang yang malas biasanya juga disertai dengan sifat lalai, ditandai dengan kurangnya sikap perhatian atau tidak memperhatikan tanggung jawab yang seharusnya mereka emban. Hal ini tentunya berdampak pada kebiasaan mereka yang suka lalai terhadap tugas-tugas penting, bahkan menyangkut kepentingan banyak orang.

Dalam British Journal of Sports Medicine, Dr. Richard Weiler mengatakan bahwa kemalasan harus mulai dikategorikan sebagai penyakit. Malas berkepanjangan berdampak kepada penyakit berbahaya seperti obesitas, diabetes dan hipertensi, sehingga bisa disimpulkan bahwa malas adalah sumber penyakit. Oleh karena itu, harus segera diatasi dan dicari solusinya.

Ketidakaktifan atau malas fisik telah menjadi perhatian penting dalam masalah kesehatan karena dapat menimbulkan beberapa gangguan kesehatan. Ketika kita kurang melakukan aktivitas fisik ternyata juga akan mempengaruhi masalah mental dan gaya hidup. Gangguan mental dan gaya hidup yang disebabkan oleh ketidakaktifan fisik adalah depresi dan insomnia. 

Depresi adalah gangguan suasana hati (mood) yang ditandai dengan perasaan sedih yang mendalam dan rasa tidak peduli. Penyebab utama depresi dan kecemasan pada orang. 

Hal ini karena penderita kesehatan mental lebih jarang mengunjungi pusat kesehatan fisik untuk pemeriksaan rutin. Seperti berat badan dan tekanan darah sehingga kondisi serius tidak teridentifikasi. Isomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan penderitanya sulit tidur, atau tidak cukup tidur, meskipun terdapat cukup waktu untuk melakukannya. 

Gangguan tersebut menyebabkan kondisi penderita tidak prima untuk melakukan aktivitas keesokan harinya. Orang-orang yang tidur kurang dari tujuh jam rentan terhadap penyakit mental seperti insomnia atau kurang tidur. Dampak lainnya malas terhadap kesehatan adalah mudah stress, metabolisme menjadi lambat, tekanan darah tinggi, meningkatkan berat badan, dan tulang lemah (osteoporosis).

Tidak semua orang pemalas itu mempunyai masa depan yang buruk, seorang pemalas juga bisa menjadi seorang yang sukses ketika mereka bisa mengendalikan rasa malas yang ada di dalam diri mereka. Ada beberapa alasan mengapa orang malas bisa menjadi sukses diantaranya orang malas lebih santai dalam menghadapi segala rintangan. Namun, kamu memilik tujuan pasti atau gol yang selalu dikejar. Biasanya pemalas itu sangat kreatif sekaligus inovatif, karena mereka bisa memukan sebuah metode yang lebih efektif serta efisien. Justru, terkadang orang malas lebih cerdas dari orang-orang rajin. Saking 'malasnya' orang malas sangat pandai memanfaatkan segala teknologi yang ada supaya mempercepat pekerjaan. Tak jarang, pemalas juga pintar untuk menggunakan orang lain untuk membantumu menyelesaikan pekerjaan lebih cepat. Dan orang malas biasanya memiliki jiwa entrepreneurmu tinggi karena mereka ingin hidup enak, kamu harus berjuang keras untuk dirimu sendiri, supaya tetap bisa bermalas-malasan. Tak jarang  bisa menjadi seorang entrepreneur, karena bisa mengkreasikan sesuatu dari ide sendiri. Namun ingatlah, bukan malas yang asal-asalan dan tidak ada tujuan hidup sama sekali.

Dilansir CNBC, sebuah penelitian menemukan bukti kalau kemalasan sebenarnya bisa menjadi tanda kecerdasan. Rata-rata, orang yang kurang aktif secara fisik cenderung lebih pintar daripada orang yang aktif secara fisik. Menurut sebuah studi tahun 2015 yang diterbitkan dalam Journal of Health Psychology, para peneliti bahkan mengembangkan deskripsi mengenai "kemalasan" atau mereka menyebutnya sebagai kebutuhan untuk kognisi. Para peneliti menggunakan kuesioner untuk menilai “kebutuhan akan kognisi.” Terdapat 60 subjek yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemikir dan bukan pemikir, berdasarkan pada tanggapan survei mereka. Semua peserta kemudian memakai pelacak aktivitas untuk periode tujuh hari, memberikan para peneliti wawasan tentang kebiasaan mereka. Data menunjukkan bahwa mereka yang memiliki IQ tinggi cenderung enggak mudah bosan, membuat mereka menjadi kurang aktif dan menghabiskan lebih banyak waktu untuk berpikir.  Kelompok yang sangat aktif cenderung mudah bosan ketika harus duduk diam dan mengamati pikiran abstrak mereka. Sebaliknya, mereka lebih suka merangsang pikiran mereka dengan tugas-tugas aktif, seperti olahraga dan kegiatan fisik lainnya. Pada dasarnya, penilaian terhadap kemalasan tergantung dengan cara pandang kita sendiri. Soalnya, terkadang, apa yang kita anggap itu buruk, belum tentu sebaliknya menurut orang lain. Jadi, orang yang pemalas enggak selamanya berarti buruk. Mereka justru adalah pemikir sejati yang akan memikirkan cara pintas dan cerdas untuk menghilangkan masalah, menghemat waktu dan menyumbangkan ide-ide baru dan inovatif kepada perusahaan. Tood McElroy selaku peneliti ini dari Florida Gulf Coast University juga menuturkan, bagaimanapun hanya mengandalkan kegiatan fisik tidak cukup. Perlu saatnya meningkatkan aktivitas otak lainnya yang terkait hal-hal di masa mendatang. Juga sebaliknya, orang yang kurang aktif secara fisik, tidak peduli seberapa pintar mereka, harus mulai berpikir untuk meningkatkan aktivitas mereka demi kesehatan fisik dirinya sendiri.

Meskipun rasa malas bisa menjadikan seseorang meraih kesuksesan, namun tidak baik juga jika rasa malas terus dipelihara didalam tubuh kita karena rasa malas juga bisa berdampak terhadap kesehatan kita. Untuk dapat menghilangkan rasa malas, hal pertama yang harus dipahami dan ketahui adalah apa yang menjadi penyebab rasa malas tersebut. Biasanya, perasaan malas muncul akibat adanya perasaan bosan terhadap suatu aktivitas. Rutinitas harian yang monoton dan kurang menantang kadang memang dapat membawa pada rasa malas untuk mengerjakannya. Kedua berhenti menunda-nunda karena menunda-nunda pekerjaan atau suatu aktivitas adalah salah satu wujud dari rasa malas. Keinginan untuk menunda kadang terasa begitu besar, dengan berbagai dalih yang mempengaruhinya. Ketiga seimbangkan waktu istirahat dan beraktivitas. Beristirahat dari segala aktivitas dan pekerjaan rutin adalah hal yang manusiawi dan sudah semestinya dilakukan. Namun, pastikan semuanya sesuai dengan jadwal dan tuntutan akan kewajiban serta tanggungjawab. Keempat membuat daftar kegiatan yang harus dikerjakan biasa juga disebut dengan ‘to do list’ dipercaya sangat efektif sabagai cara menghilangkan rasa malas bagi sebagian orang. Karena, dengan memiliki jadwal harian kita memiliki target yang harus dipenuhi. Kelima konsumsi makanan penambah semangat dan olahraga. Hindari mengonsumsi makanan manis dan berlemak tinggi, karena kadar gula yang tidak stabil dapat membuat Anda menjadi lemas dan lamban. Direkomendasikan untuk mengonsumsi makanan tinggi protein yang dapat meningkatkan energi dan menjaga kadar gula darah seperti telur, yoghurt, tuna, dan kacang almond. Selain menjaga asupan makanan. olahraga dapat membantu tubuh menjadi lebih segar dan bugar untuk beraktivitas. Keenam cari motivasi dari lingkungan sekitar dengan cara mulai dengan melihat orang-orang yang telah berhasil atau sukses di lingkungan sosial. Dekati mereka dan jangan sungkan untuk berbagi pengalaman dan meminta motivasi. Mencontoh sifat rajin mereka, dan meminta tolong pada orang terdekat untuk mengingatkan dan memberikan motivasi merupakan sebuah upaya dan cara menghilangkan rasa malas pada diri sendiri. Terakhir tentukan target yang jelas, karena dengan memiliki target, kita jadi memiliki tempat dan hal pasti yang harus dituju. Anda bebas untuk membuat target sesuai dengan kebutuhan seperti target mingguan, bulanan dan lainnya.

Kesimpulan

Rasa malas tidak hanya memiliki dampak negatif tetapi juga memiliki dampak positif. Sebenarnya semua itu tergantung dari pribadi setiap orang, jika seseorang bisa menempatkan fikirannya pada saat dia merasa malas dan mulai berpikir kreatif dan inovatif maka orang tersebut akan mendapatkan keuntungan dari rasa malasnya, akan tetapi jika pada saat merasa malas seorang tersebut hanya melakukan kegiatan yang tidak bermanfaat seperti bermain game atau bergosip maka orang tersebut telah terjerumus kedalam rasa malas yang memberikan dampak buruk. Jadi kita tidak bisa menghakimi bahwa rasa malas itu selalu buruk karena kenyataannya orang malas pun bisa menjadi seorang yang sukses. Dengan menciptakan berbagai hal yang kreatif dan inovatif.

          Dengan adanya artikel ini, diharapkan dapat membantu para pelajar dan mahasiswa untuk mengurangi rasa malas. Adapun beberapa saran demi kepentingan bersama, yaitu perlu adanya kesadaran tentang bahaya dampak dari rasa malas yang dapat menggangu kesehatan dan pentingnya untuk mengendalikan fikiran kita agar rasa malas yang ada di dalam tubuh kita merupakan rasa malas yang bisa membawa kita semua menuju kesuksesan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun