Mohon tunggu...
Rahmad Farhan
Rahmad Farhan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Mahasiswa tahun ketiga di salah satu Perguruan Tinggi Swasta di Jakarta.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Resensi Novel "Chemistry" (2018)

23 Januari 2024   10:22 Diperbarui: 23 Januari 2024   10:26 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 Aura kembali ke Jakarta untuk melakukan rutinitas dia sebagai seorang pekerja. Sebenarnya, Baskara bermaksud hati ingin melamar Aura. Namun sayang seribu sayang, Aura telah dilamar oleh Hardi, teman lamanya yang telah menyimpan rasa lebih dulu daripada Hendra dan Baskara. Hardi telah lebih dulu mendapat izin dan redha dari Sang Ibu. 

Kisah ini digubah oleh Akhmad Sekhu, seorang penulis, wartawan, dan sastrawan yang terkenal di Indonesia. Pria kelahiran Tegal tahun 1971 ini telah menyusun banyak sekali karya tulis. Salah satunya adalah Chemistry. Chemistry ini menceritakan kisah percintaan ala anak remaja dengan gaya wong ndeso, maksudnya ala anak desa. Dimana desa itu memiliki aturan adat dan menjunjung tinggi nilai adat itu sendiri. Berdasarkan pengalaman penulis, apabila ditemukan sepasang muda-mudi yang berdua-duaan, maka biasanya segera dinikahkan dengan adat setempat agar tidak menjadi polemik atau fitnah di masyarakat. Nah, di dalam novel ini, dikisahkan demikian. Terdapat sanksi sosial yang diceritakan secara spesifik, serta konsekuensi muda-mudi yang berduaan. Kalau kita melihat gambar sampul novelnya, terdapat gambar seorang perempuan yang menunduk, yang mengisyaratkan akan kesedihan oleh si Aura. Di dalam cerita ini, Akhmad Sekhu lebih banyak menceritakan tentang dari perspektifnya Aura, mungkin karena Sang Penulis ingin menceritakan lebih dalam tentang Aura. Sedangkan dari Baskara, tokoh yang terlibat paling banyak oleh Aura tidak banyak begitu disinggung. 

Kelebihan dari novel ini adalah, novel ini banyak memberikan pengetahuan baru dan perspektif baru bagi pembaca tentang kehidupan masyarakat desa. Dalam buku yang tebalnya kurang lebih 400-an halaman ini banyak memberikan istilah-istilah yang hanya masyarakat desa yang tahu. Selain itu, bagi seorang pembaca yang sangat senang akan narasi yang sastrawi, novel ini cocok untuk kamu. Novel ini akan membawamu ke situasi pedesaan yang dibayangkan oleh Sang Penulis. Bagi yang tertarik dengan bacaan novel ringan dengan genre romansa, mungkin akan suka. Pada awal setiap bab, akan ada narasi-narasi tertentu yang akan menggambarkan pada bagian bab tersebut. Sang penulis merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat, alinea dengan alinea, dengan nilai-nilai sastrawi. Sehingga yang membaca terasa mendayu-dayu, atau dengan kata lain ikut terbawa suasana dalam tulisan ini. Ketika kamu melihat sekilas tentang gambar sosok perempuan yang menunduk dan sedang meratapi sesuatu, gambar yang ditonjolkan menjadi daya tarik tersendiri untuk nilai novel ini. 

Sedangkan kekurangan dari novel ini adalah, novel ini terlalu banyak menonjolkan narasi-narasi sastrawi, menggunakan majas-majas yang mana bagi seorang pembaca yang tipikal to the point atau ingin mengetahui inti cerita ini dibuat bingung. Mungkin karena ia merupakan seorang sastrawan, ya. Sehingga, diksi yang digunakan sangat sastrawi. Dengan kata lain, novel ini kurang direkomendasikan kepada para pembaca yang tipikal langsung pada intinya. Sehingga, kalau mau membaca buku ini perlu konsentrasi dan peran aktif dalam menafsir kalimat, majas, dan istilah yang digunakan. Kemudian, dari segi fisik, buku ini rentan sobek dan sangat mudah terlipat, jadi perlu kehati-hatian dalam menjaga novel ini. Menurut penulis pula, akhir dari kisah Aura dan Baskara ini membuat penulis merasa 'digantungi', karena end of the story nya demikian. Mungkin ini yang hendak digambarkan oleh Sang Penulis dalam sampul depannya, perempuan yang merenung, dan meratapi nasibnya. 

Kesimpulannya adalah...

Novel "Chemistry" mengisahkan perjalanan remaja Aura dan Baskara di desa yang menjunjung tinggi adat. Aura, setelah mengalami menstruasi pertama, jatuh cinta pada Baskara. Insiden di ladang tebu memicu sanksi sosial dan hukum adat, mengakibatkan Aura diasingkan dan mengalami skizofrenia. Meskipun berhasil meraih sukses profesional di Jakarta, Aura kembali ke desa setelah menemukan puisi Baskara. Cerita mencapai puncaknya saat Hendra, yang pernah ditolak oleh Aura, merencanakan kejahatan. Kehidupan cinta Aura dipenuhi konflik dan keputusan sulit. Penulis Akhmad Sekhu menyajikan perspektif sastrawi desa dengan istilah lokal, menggambarkan realitas masyarakat pedesaan. Novel ini memberikan wawasan baru tentang kehidupan desa, meskipun narasinya terkadang terlalu sastrawi, membutuhkan konsentrasi dan peran aktif pembaca. Kelebihannya terletak pada pengungkapan kehidupan desa yang autentik, sementara kekurangannya terletak pada gaya naratif yang mungkin tidak sesuai dengan pembaca yang lebih suka cerita langsung. Meskipun demikian, novel ini memberikan wawasan baru bagi pecinta romansa dengan sentuhan sastrawi.

Terlepas dari ini kisah fiktif ataupun nyata, maupun kelebihan maupun kekurangan yang digubah oleh Akhmad Sekhu, novel ini memberikan insight baru kepada para pembaca, khususnya bagi para pembaca dan kamu yang suka membaca novel dengan genre romansa. Gubahan beliau patut diapresiasi. Sekian dan terima kasih.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun