Mohon tunggu...
Rahmad Nasir
Rahmad Nasir Mohon Tunggu... Dosen - Rahmad Nasir lahir di Kabupaten Alor. Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi

Rahmad Nasir lahir di Kabupaten Alor. Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Djou Gogo dalam Penyebaran Islam di Baranusa Kecamatan Pantar Barat

20 Maret 2021   14:57 Diperbarui: 20 Maret 2021   15:15 873
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

BERMUKIM DI PULAU KURA

Kehidupan masyarakat Islam di tanah Gelu Bala (Baranusa) dibawa pemerintahan Raja Boli Tonda rakyatnya hidup dari pertanian, nelayan, dan memelihara ternak sebagai sumber kehidupan masyarakat saat itu. Raja Boli Tonda meninggal dunia pada tahun 1578 diganti oleh anaknya Mau Boli. Dimasa pemerintahan Mau Boli tana Gelu Bala diperluas Wilayahnya. Hal ini diungkapkan dalam syair "Raja Mau Boli, Mau Boli Amang Ileng Goleng" (artinya : Raja Mau Boli memperluas pemerintahannya).

Raja Mau Boli menata lewo Baranusa(Gelu Bala) bersama masyarakat dan pemuka agama dengan letak tata kota yang indah. Hal ini terlukis dalam syair "Lewo Piring Sina, Tana Ro Mako Jawa, Lewo Ro Dike Dike, Tanah Ro Sare Sare" (artinya : Negeri seperti piring cina, tanah seperti mangkok dari jawa, negeri yang baik dan nyaman, tanah yang nyaman penuh kesayangan)Kegiatan keagamaan tetap dilaksanakan dan ditingkatkan, Raja Mau Boli pada awal pemerintahannya selalu memperhatikan bidang pertahanan, Ia membuat susunann batu keliling kota (Bote Kota) sebagai Benteng pertahanan. Raja Mau Boli membeli Mariam (Ispera) milik Portugis di Flores

Pemerintahan kerajaan meningkatkan kewaspadaan Rakyat menghadapi lawan dari kerajaan -- kerajaan di sekitarnya. Raja Mau Boli meninggal pada tahun 1639, digantikan anaknya Tonda Boli (Binggar Boli). Pada masa pemerintahan Tonda Boli (Binggar Boli) kerajaan Baranusa mampu mengatasi kesulitan ekonomi. Raja Tonda Boli meninggal dunia 1694. Raja Boli Tonda 2 (Boli Binggar) menggantikan ayahnya Tonda Boli (Binggar  Boli). Pada masa pemerintahahan Raja Boli Tonda 2 (Boli Binggar) terjadi konflik antar kerajaan -- kerajan sekitarnya membuat kehidupan masyarakat menjadi tidak aman. Raja Boli Tonda 2 (Boli Binggar) meninggal dunia pada tahun 1754. Raja Aku Boli menggantikan ayahnya Boli Tonda 2 (Boli Binggar). Pada awal pemerintahan Raja Aku Boli masih juga terjadi konflik atau peperangan antara kerajaan -- kerajaan sekitarnya.

  • Kehidupan masyarakat merasa keamanan terganggu, kehidupan ekonomi juga sulit, raja mengundang pemuka -- pemuka agama dan pembesar kerajaan untuk bermusyawarah mencari jalan keluar. Hasil musyawarah mufakat bahwa kerajaan dan seluruh masyarakat harus dipindahkan ke Pulau Kura dengan pertimbangan Pulau Kura letaknya sangat startegis dari sisi keamanan karena dikelilingi oleh lautan sehingga gangguan keamanan dari kerajaan -- kerajaan disekitarnya dapat terhindar. Perpindahan kerajaan dan masyarakat Ilsam dari tanah Gelu Bala (Baranusa) ke Pulau Kura pada tahun 1783. Di Pulau Kura (Pulau Qur'an) sistem pemerintahan sudah dipengaruhi oleh pemerintah Belanda, Raja Aku Boli diangkat oleh pemerintah Belanda dengan memberikan Bisluit atau surat keputusan.

  • Kehidupan masyarakat merasa keamanan terganggu, kehidupan ekonomi juga sulit, raja mengundang pemuka -- pemuka agama dan pembesar kerajaan untuk bermusyawarah mencari jalan keluar. Hasil musyawarah mufakat bahwa kerajaan dan seluruh masyarakat harus dipindahkan ke Pulau Kura dengan pertimbangan Pulau Kura letaknya sangat startegis dari sisi keamanan karena dikelilingi oleh lautan sehingga gangguan keamanan dari kerajaan -- kerajaan disekitarnya dapat terhindar. Perpindahan kerajaan dan masyarakat Ilsam dari tanah Gelu Bala (Baranusa) ke Pulau Kura pada tahun 1783. Di Pulau Kura (Pulau Qur'an) sistem pemerintahan sudah dipengaruhi oleh pemerintah Belanda, Raja Aku Boli diangkat oleh pemerintah Belanda dengan memberikan Bisluit atau surat keputusan.

  • Raja Aku Boli bersama rakyatnya dan pemuka agama membangun masjid di Pulau Kura dengan ukuran 9 m x 9 m dengan pengasuhnya Imam oleh Sarring Balang, wakil imam oleh  Kau Malang Gogo, khatib adalah Burra Hima, wakil khatib adalah Abu Malang Gogo, dan moding atau petugas khitan adalah dari suku maloku tosiwo (turunan Jou Gogo). Kehidupan agama di Pulau Kura, pendatang Islam dari Bugis, Makassar, Solor (Lamahala) sebagai penyiar agama Islam bergabung dengan penduduk Islam di Pulau Kura. Kehidupan agama Islam di Pulau Kura, kegiatan khitan dapat dilaksanakan dengan cara yang diajarkan oleh Bugis Makassar yaitu pada saat khitan ada lima kegiatan penting, yaitu :


    • Membaca zikir Barsanji Ahmad, kegiatan ini dilakukan oleh para Jou,
    • Guo moding paras (panggil tukang sunat),
    • Dari mereka yang dikhitan menentukan anakoda dan wakil anakoda, anakoda biasanya terambil dari orang sulung dalam suku,
    • Mereka yang dikhitan disiapkan pemangku, yaitu dari paman orang yang dikhitan. Moding paras diantar masuk diarena khitan dengan syarat memberi salam dan menginjak bambu tua sampai pecah diiringi dengan lagu Ashrogal Badru. Makanan yang disiapkan untuk orang yang dikhitan yaitu ketupat nabi yang dibuat dari dodol,
    • Mandi dan penyerahan pisau (Sorong Duri) setelah 3 hari khitan, baca doa keselamatan sebelum mandi, setelah mandi diobati, diakhiri dengan sorong duri.
  • BAB. IV

    BERMUKIM DI TANAH BLANGMERANG (BARANUSA)

    Perpindahan pemerintahan kerajaan dan pemuka agama bersama seluruh masyarakat dari Pulau Kura ke tanah Blangmerang pada tanggal 8 Agustus 1908. Blangmerang arti etimologi adalah kata Bla Mera artinya Pondok Kecil dari bahasa Lamma atau Bahasa pedalaman penduduk Pantar Barat, sedangkan Merang artinya Pondok Kecil dari bahasa Baranusa. Dua bahasa yang disatukan yaitu rumpun bahasa Lamma dan rumpun bahasa Baranusa atau Alores. Oleh pemerintah Belanda menyebutnya Blangmerang.

  • Pemerintahan Raja Aku Boli di Pulau Kura kehidupan masyarakat Islam berkembang pesat, laju pertumbuhan penduduk semakin cepat, tidak menutup kemungkinan terdesak  tekanan penduduk. Raja Aku Boli meninggal dunia pada tahun 1814, digantikan oleh anaknya Baso Aku. Raja Baso Aku meninggal dunia tahun 1872, digantikan oleh anaknya Maja Aku Baso. Raja Maja Aku Baso setelah 7 hari menjadi raja meninggal dunia, maka oleh pemerintah Belanda mengangkat Koliamang Baso menjadi Raja pada tahun 1889.

    Pada masa pemerintahan raja Koliamang Baso memilih berpindah ke tana Blangmerang (1908 sampai sekarang). Pemerintah kerajaan dan pemuka agama menata strata sosial dengan istilah yang membawa agama datang dari Maluku ,Ternate, disebut orang langit sedangkan yang memegang pemrintahan atau suku raja (Uma Kakang) disebut orang bumi atau istilahnya Langit Bumi. Dalam urusan sosial kemasyarakatan dibentuklah suku -- suku untuk membangun masjid dan urusan -- urusan adat lainnya, seperti suku Uma Kakang (Suku Raja), suku Haliweka (Suku Pendatang), suku Sandiata (Suku Kapitang Raja / pengawal raja), suku Maluku (suku yang membawa agama Islam), suku Illu (Suku Kerajaan Illu yang bergabung dengan masyarakat Islam Baranusa). Susunan suku -- suku ini pemerintahan kerajaan dan pemuka agama serta masyarakaat islam membentuk kabilah -- kabilah yang fungsinya untuk membangun masjid. Susunan kabilah antara lain : Kabilah Umakakang, kabilah Haliweka, Kabilah Sandiata dan Kabilah Wutung Wala. Masjid yang pertama dibangun di tanah Blangmerang atau Baranusa pada tahun 1909 dengan ukuran 12 m x 12 m. masjid ini diasuh oleh pegawai sara sebagai berikut :

  • HALAMAN :
    1. 1
    2. 2
    3. 3
    4. 4
    5. 5
    Mohon tunggu...

    Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
    Beri Komentar
    Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

    Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
  • LAPORKAN KONTEN
    Alasan
    Laporkan Konten
    Laporkan Akun