Mohon tunggu...
Rahmad Nasir
Rahmad Nasir Mohon Tunggu... Dosen - Rahmad Nasir lahir di Kabupaten Alor. Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi

Rahmad Nasir lahir di Kabupaten Alor. Dosen STKIP Muhammadiyah Kalabahi

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Mukhtar Likur dan Turunannya dalam Penyebaran Agama Islam di Gelubala Baranusa

19 Maret 2021   17:25 Diperbarui: 19 Maret 2021   17:26 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

PERAN MUKHTAR LIKUR DAN TURUNANNYA DALAM

PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI GELUBALA BARANUSA

Berdasarkan berita Pigaffeta, salah seorang anggota rombongan Magelhaens dalam perjalanan mengelilingi dunia, yang singgah di pelabuhan Batugede di pantai utara pulau Timor pada tanggal 22 Januari sampai dengan 10 Februari 1522, di Alor pada waktu itu telah terdapat sebuah perkampungan Islam yang bernama Kampung Maluku (Yamin 1962). Tempat yang paling awal agama Islam tersebut di pulau Alor yakni di Gelubala, Baranusa pada tahun 1522, disebarkan oleh seorang tokoh bernama Mukhtar Likur yang datang dan Ternate. Karena di tempat tersebut pertama kali agama Islam masuk di Alor, maka kampung tersebut diberi nama Kampung Kur'an atau Abang Kora'a (Bilang 1972). Perintis penyebaran agama Islam di Gelubala adalah seorang mubalig dari Ternate bernama Mukhtar Likur (Widiyatmika 2004).

Gelubala atau kampung Maluku adalah tempat sentral yang menyatukan beberapa etnis disekitarnya, yaitu etnis Baranusa, etnis IIu, etnis Keimoring dan etnis Maluku itu sendiri. Demi kelancaran penyiaran ajaran agama Islam dan adanya modal persatuan dan kesatuan tersebut.

Para penyiar agama Islam yang datang dari Ternate itu membawa Kitab Suci Alqur'an, Buku Kumpulan Hadits Nabi, Buku Panduan membaca Tulisan Arab. Sarana/prasarana penyebaran agama Islam tersebut di wariskan secara turun temurun.

Turunan berikut yang merupakan tokoh penyiaran agama Islam di Gelubala adalah Abdullah Mukhtar pada Tahun 1565. Beliau bersama teman dan umat Islam saat itu membangun Mushallah sebagai tempat beribadah (Sholat ) dan tempat belajar mengajar membaca Alqur'an. Hingga sekitar tahun 1690 dilanjutkan kepemimpinan penyiaran Agama Islam oleh anaknya yang bernama Baolang. Dilanjutkan lagi oleh anaknya bernama Likur Balang di Gelubala tahun 1720.

Pada tahun 1755, salah seorang turunan dari Likur Balang bernama Abdulah Likur (Lauberi) yang tampil sebagai tokoh penyebaran agama Islam di Gelubala.

Pada saat kepemimpinan umat Islam di tangan Kau Balang inilah di Gelubala, berhasil dibangun sebuah Masjid. Dan beliau langsung sebagai imam utamanya.

Dalam penjalanan waktu ada timbul suatu politik penguasaan tertentu maka terjadi pembrontakan terhadap Kampung Piring Sina yang bagian baratnya adalah Kampung Gelubala atau Kampung Maluku. Kondisi yang tidak aman inilah, maka semua penduduk berpindah kesebuah pulau yang hampir berdempetan dengan Piringsina, Gelubala sekitar tahun 1790. Dalam perpindahan ini, tetap dibawah semua sarana penyebaran agama Islam dan Gelubala, termasuk Alqur'an. Di pulau Kura ini, sebelah timur dihuni oleh etnis Baranusa dan sebagian turunan Kaimoring, sedangkan bagian baratnya dinamakan Kampung Maluku, juga terdapat sebuah sumur Maluku yang ada sampai saat ini. Penyebaran ajaran agama Islam saat itu dibawah kepemimpinan Likur Balang. Beliau bersama teman dan umat Isam membangun sebuah Mushallah sebagai pusat pengembangan ajaran agama Islam. Selanjutnya dari tahun ketahun dapat dibangun sebuah Masjid permanen dengan nama Masjid Ansharullah Pulau Kura.

Tokoh yang memimpin penyebaran agama Islam sebagai turunan berikutnya adalah Abdullah Likur alias Lau Beri pada tahun 1825. Beliau sangat menyadari akan pentingnya harta dalam penyebaran agama Islam, maka beliau membuka usaha pertanian dan perdagangan. Alhasil beliau menjadi salah seorang hartawan Pantar barat saat itu. Dan salah satu cara penyebaran agama Islam lebih luas yang beliau bangun adalah mengawini saudari perempuan dan salah seorang tokoh kunci Pantar Barat yaitu Amu Blegur. Hal itu bisa dilakukannya karena ditopang oleh adanya banyak harta berupa moko (Sarana Belis Wanita), uang dan lain-lain. Wanita yang dikawininya itu seorang bangsawan dan Kalondama (Pedalaman Pantar Barat), yang bernama Putri Lolang Blegur (Isteri Pertama dari Abdullah Likur/Lau Beri).

Untuk memperluas pemukiman penduduk dan memperluasan penyebaran agama Islam, maka sebagian besar penduduk Pulau Kura berpindah ke dataran Blangmerang. Kepemimpinan penyiaran ajaran agama Islam masih tetap di jabat oleh Abdullah Likur alias Lau Beri. Wilayah Blangmerang sebelah barat dibangun kampung dengan nama Kampung Maluku yang di Piringsina itu, berpindah ke pulau Kura, juga Kampung Maluku yang di Blangmerang saat ini.

Wanita yang dinikahi oleh Abdullah Likur itu diserahkan oleh pihak keluarga bersama dengan tiga wanita pendampingnya, karena moko (Sarana Belis ) nya bernilai sangat tinggi. Tiga pengikutnya itu dikawini oleh keluarga laki-laki yang ada di Blangmerang dan melahirkan turunan Islam yang cukup banyak.

Abdullah Likur (Lau Beri) mempunyai 4 (empat) orang isteri, isteri pertama bernama Putri Lolang Blegur dari hasil perkawinan dengan Putri Lolang Blegur ini melahirkan anak bernama Nuh Abdullah Likur. Nuh Abdullah Likur menikah dengan Halimah Dusu (Being Pae) dari hasil perkawinan ini melahirkan anak yang bernama Haji Matang Abdullah. Haji Matang Abdullab menikah dengan Fatimah Odo Kau, dari hasil penkawinan ini melahinkan anak yang bernama Burhan Abdullah Likur. Selanjutnya Abdullah Likur (Lau Beri) menikah dengan Bunga Lawang sebagai isteri kedua, dari perkawinan dengan isteri kedua ini tidak melahirkan ketununan. Abdullah Likur Menikah Lagi dengan Dateng Karoko sebagam isteri ketiga, dari hasil perkawinan dengan Dateng Karoko juga tidak melahirkan keturunan. Kemudian Abdullah Likur (Lau Beri) menikah lagi dengan Mako Balich sebagai isteri keempat, dari perkawinan dengan Mako Balich melahirkan anak yang bernama Bapak Abdullah Likur. Bapak Abdullah Likur menikah dengan mama Kebo Lawang dan melahirkan keturunan Haji Likur.

Masa kepemimpinan penyiaran agama Islam di Blangmerang dilanjutkan oleh Nuhung Abdullah Likur. Kampung Blangmerang baru dibuka maka pada awalnya hanya dibangun sebuah sarana ibadah sebagai tempat shalat dan mengajar membaca Alqur'an. Sampai sekitar tahun 1886 barulah dibangun sebuah Masjid dengan Imam utamanya adalah Abullah Likur.

Sampai sekitar tahun 1928 barulah dibangun masjid berukuran besar nomor dua di NTT saat itu, dengan nama Masjid Raya Baranusa. Kepala tukang pembangunan masjid tersebut adalah Bapak Wolu dan anggotanya adalah Bapak Koli Ulumando dan Bapak Nursasi Ulumando.

Pemimpin umat Islam Blangmerang sekaligus sebagai Imam Utama Masjid Raya Baranusa adalah anak dari Nuhung Abdullah Likur yang bernama H. Matang Abudullah. Beliau ini bukan saja sebagai imam tetapi juga sebagai Ustad bagi jamaah Masjid raya Baranusa. Setiap waktu antara magrib ke isya dan setelah subuh, beliau mengajarkan kepada jamaahnya tentang bacaan-bacaan dalam berwudu, bacaan-bacaan dalam berbagai bentuk shalat, dan berbagai macam do'a sampai jamaahnya dapat menghafalkannya dengan baik. Hal itu dilaksanakannya terus dari generasi ke generasi berikutnya. Beliau juga memberikan tazkia di Masjid Baranusa setiap hari raya Islam. H. Matang Abdullah selain sebagai Imam utama, ustad, juga sebagai Petugas Pencatat Pernikahan Islam dan Tahun 1970 s/d tahun 1977. Beliau juga yang menyimpan warisan sarana penyebaran agama Islam berupa Alqur'an dan buku-buku agama Islam lainnya yang dibawa oleh leluhur dari Ternate, namun begitu ia wafat dan isterinya (Fatimah Odo Kau ) juga wafat, sementara anak-anaknya semua berada di luar Baranusa/Blangmerang, maka ada orang jahil yang mengambil secara sembunyi dengan tujuan mengaburkan jejak atau mengalihkan perhatian tentang kebenaran penyiaran ajaran Islam di Blangmerang (Baranusa).

                                       Penyusun,

                                      H. Burhan Abdullah Likur

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun