Mohon tunggu...
Rahma Aulia Nisa
Rahma Aulia Nisa Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Psikologi UIN Sunan Gunung Djati

Mahasiswi Psikologi semester 4 UIN Sunan Gunung Djati yang tertarik pada kesehatan mental dan bidang SDM.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mencapai Kedamaian Hati dengan Memaafkan: Forgiveness Therapy

26 Juni 2023   12:32 Diperbarui: 27 Juni 2023   09:09 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memaafkan bukan suatu hal yang mudah untuk dilakukan untuk sebagian orang, tidak sedikit orang yang baru berhasil memaafkan seseorang dan kejadian yang menyakitkan setelah bertahun-tahun lamanya. Banyak faktor yang mempengaruhi mengapa seseorang membutuhkan waktu lama untuk memaafkan, seperti misalnya belum bisa berdamai dengan kejadian yang dialaminya, tidak terima terhadap perlakuan jahat orang lain, tidak terima jika orang yang memberi luka masih terlihat bahagia, atau bahkan perlakuan yang diterima sampai membuat luka batin bagi seseorang yang menerima perlakuan tersebut.

Ketika peristiwa buruk dalam hidup seseorang menjadi bagian dari catatan sejarah yang kelam, terkadang luka psikologisnya terasa sangat menyakitkan saat diingat kembali. Tetapi, memberi maaf dapat dijadikan pilihan dan menjadi kunci untuk merasakan bahagia dan damai dalam diri. Memberikan maaf bukan berarti mengabaikan luka yang ada, tetapi, memberikan maaf juga suatu tujuan untuk membuat diri sembuh dari luka dan memberikan peluang untuk orang lain agar dapat menjalin hubungan interpersonal yang lebih baik dengan kita. 

McCullough (2000) mengartikan forgiveness sebagai perubahan dalam perilaku yang melibatkan penurunan motivasi untuk membalas dendam, menjauhkan diri atau menghindar dari pelaku kekerasan dan meningkatkan motivasi ataupun keinginan untuk berdamai dengan pelaku.

Mengenal Lebih Dekat: Apa Itu Forgiveness Therapy dan Bagaimana Caranya?

            Forgiveness therapy dapat dilakukan secara individu maupun berkelompok, terapi ini juga bukan hanya untuk memaafkan orang lain, tetapi juga bisa untuk memaafkan diri sendiri, karena terkadang memaafkan diri sendiri lebih sulit dibandingkan memaafkan orang lain. Lalu apa saja langkah-langkah yang harus dilakukan untuk memaafkan?

  • Pengungkapan Kemarahan

Pada tahap ini, individu mengingat kembali peristiwa yang menyebabkan marah atau kecewa, kita bisa katarsis dengan cara menuliskan perasaaan-perasaan tersebut di buku harian, mencoret-coret buku ataupun merobek kertas sebagai bentuk pengungkapan kemarahan

  • Ambil Keputusan Untuk Memaafkan

Seringkali seseorang susah untuk memaafkan karena merasa bahwa dirinya berhak untuk marah, kecewa dan mereka merasa bahwa pihak yang menyakiti tidak pantas untuk dimaafkan. Tetapi, memilih untuk memaafkan berarti kita siap untuk melepaskan semua kebencian yang ada di dalam hati, karena secara tidak sadar, rasa benci itu bisa menjadi racun bagi diri sendiri. Pada tahap ini, kita bisa menuliskan apa manfaat dan kerugian yang akan didapatkan ketika memilih untuk memaafkan

  • Memaafkan

Pada tahap ini, kita mulai mengembangkan pemahaman baru terhadap pelaku dari perspektif yang berbeda, hal tersebut dapat menghasilkan emosi positif bagi pelaku dan diri sendiri. Tetapi, penting untuk diingat jika dengan kita memahami pelaku, bukan halnya kita setuju dengan apa yang dilakukannya

  • Melepaskan Kemarahan

Dalam tahap ini, kita berupaya menekan emosi negatif yang membuat kita merasa bahwa kejadian yang kita alami merupakan suatu ketidakadilan. Lambat laun kita akan sadar bahwa kita mendapat hikmah serta pelajaran berharga dari peristiwa menyakitkan dan menyadari bahwa kita telah tumbuh menjadi pribadi yang lebih baik berkat pengalaman tersebut. Di tahap terakhir, kita dapat merenungkan manfaat yang akan kita peroleh jika kita memaafkan seseorang.

Mengapa Harus Memaafkan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun