Di tengah hiruk-pikuk modernisasi yang semakin kuat, masyarakat Sasak di Lombok tetap memelihara salah satu tradisi yang kaya makna, yaitu mamaq. Tradisi ini bukan sekadar aktivitas fisik mengunyah sirih dan pinang, tetapi juga sebuah ritual yang mencerminkan kedekatan spiritual dengan Tuhan. Melalui mamaq, nilai-nilai spiritual yang mendalam tertanam dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Sasak, menjadi pengingat untuk selalu menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan.
Sekilas tentang Mamaq
Tradisi mamaq merupakan kegiatan mengunyah campuran daun sirih, buah pinang, kapur, dan tembakau, yang dilakukan oleh masyarakat Sasak, terutama oleh orang tua dan para tokoh adat. Aktivitas ini sering kali dilakukan dalam acara-acara adat atau pertemuan sosial, menjadi simbol persaudaraan dan kebersamaan. Namun, lebih dari itu, mamaq mengandung pesan-pesan spiritual yang diakui dan diterima sebagai salah satu bentuk penghormatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Selain sebagai aktivitas yang sarat makna spiritual, mamaq juga berfungsi sebagai simbol persatuan dan kebersamaan di kalangan masyarakat Sasak. Dalam berbagai upacara adat, mamaq tidak hanya dilakukan oleh individu, tetapi juga melibatkan sekelompok orang. Hal ini menciptakan suasana kolektif yang memperkuat ikatan sosial antaranggota komunitas. Tradisi ini mengajarkan bahwa hubungan antarmanusia juga merupakan bagian dari menjaga hubungan dengan Tuhan.
Ritual mamaq sering kali dilakukan dalam konteks perayaan, seperti pernikahan, khitanan, atau upacara kematian. Dalam momen-momen ini, mamaq menjadi lebih dari sekadar tradisi; ia berfungsi sebagai pengikat emosi, mengingatkan setiap individu akan pentingnya saling mendukung dan berbagi. Saat masyarakat berkumpul, mereka tidak hanya mengunyah sirih dan pinang, tetapi juga menguatkan komitmen untuk saling menjaga, memahami, dan menghormati satu sama lain.
Kapur: Simbol Kesucian Tuhan
Dalam tradisi mamaq, setiap bahan yang digunakan memiliki makna filosofis. Salah satunya adalah kapur, yang dalam bahasa Sasak disebut apoh. Warna putih kapur melambangkan kesucian, dan masyarakat Sasak meyakini bahwa hal ini mengingatkan mereka untuk selalu menjaga kesucian hubungan dengan Tuhan. Masyarakat Sasak percaya bahwa Allah adalah Yang Maha Suci, dan mereka harus menjaga diri dari perbuatan-perbuatan yang dapat mencemari kesucian hubungan ini. Sebagai bentuk pengingat, masyarakat Sasak sering kali menekankan bahwa segala tindakan harus dilakukan dengan kesadaran bahwa mereka berada di bawah pengawasan Tuhan Yang Esa. Hubungan harmonis dengan Tuhan diakui sebagai bagian integral dari kehidupan sehari-hari, tercermin dalam ritual mamaq yang mengajak mereka untuk terus memurnikan pikiran, perkataan, dan perbuatan.
Buah Pinang: Simbol Kejujuran
Buah pinang yang digunakan dalam mamaq juga memiliki makna spiritual. Dalam bahasa Sasak, pinang disebut buak, yang dihubungkan dengan huruf Arab "BA," merujuk pada kata bihaqqi, yang berarti "kebenaran" atau "sebenar-benarnya." Makna ini mengajarkan kepada masyarakat Sasak bahwa kejujuran adalah nilai utama dalam berhubungan dengan Tuhan. Dalam Islam, kejujuran adalah salah satu sifat yang dianjurkan oleh Tuhan, dan tradisi mamaq membantu masyarakat untuk selalu berkomitmen pada nilai ini dalam kehidupan sehari-hari.
Daun Sirih: Simbol Kelembutan
Daun sirih, yang dikenal dengan sebutan lekoq dalam bahasa Sasak, melambangkan kelembutan. Masyarakat Sasak meyakini bahwa kelembutan adalah kualitas penting yang harus dimiliki dalam menjaga hubungan harmonis dengan Tuhan. Tuhan Yang Maha Pemurah mengajarkan kasih sayang kepada semua makhluk-Nya, dan melalui simbolisasi daun sirih ini, masyarakat diingatkan untuk selalu bersikap lembut dan penuh kasih, baik kepada sesama manusia maupun kepada Sang Pencipta.
Nilai-Nilai Spiritual yang Terkandung dalam Mamaq
Nilai-nilai spiritual yang terkandung dalam tradisi mamaq memberikan dasar moral bagi masyarakat Sasak dalam menjaga hubungan mereka dengan Tuhan. Tradisi ini mengajarkan bahwa setiap tindakan, sekecil apa pun, harus dilakukan dengan niat yang baik dan dengan kesadaran penuh bahwa Tuhan senantiasa mengawasi. Dengan mengamalkan nilai-nilai kejujuran, kesucian, dan kelembutan yang diwakili oleh bahan-bahan dalam mamaq, masyarakat Sasak merasakan kehadiran Tuhan dalam setiap aspek kehidupan mereka.
Selain itu, tradisi mamaq juga mengajarkan sikap syukur dan penghormatan kepada Tuhan melalui cara hidup yang sederhana dan berlandaskan pada nilai-nilai spiritual. Sebagai masyarakat yang religius, orang Sasak melihat mamaq bukan hanya sebagai kebiasaan, tetapi sebagai sarana untuk terus memperkuat ikatan spiritual mereka dengan Tuhan Yang Maha Esa
Tantangan di Era Modern
Sayangnya, arus modernisasi dan perkembangan teknologi telah membuat tradisi mamaq mulai ditinggalkan oleh generasi muda. Banyak yang menganggap tradisi ini kuno dan tidak relevan lagi dengan kehidupan modern. Namun, nilai-nilai spiritual yang terkandung di dalamnya tetap relevan, terutama dalam dunia yang semakin materialistis dan individualistis. Mamaq mengajarkan masyarakat untuk selalu ingat pada Tuhan, menjalani hidup dengan kesederhanaan, dan menjaga keharmonisan hubungan dengan Sang Pencipta.
Tradisi mamaq di Lombok adalah contoh bagaimana budaya lokal bisa menjadi jembatan antara manusia dan Tuhan. Di dalam setiap kunyahan, tersembunyi pesan-pesan tentang kesucian, kejujuran, dan kelembutan yang mengingatkan manusia untuk selalu menjaga hubungan yang baik dengan Sang Pencipta. Meski menghadapi tantangan dari modernisasi, nilai-nilai mamaq tetap relevan dan layak untuk terus dilestarikan sebagai bagian dari warisan budaya yang kaya makna.
SUMBER RUJUKAN
Listantia, N., Sarjan, M., & Hardianti, B. D. (2023). Tradisi Mamaq Dalam Filsafat Pendidikan IPA Multidimensional. TIRAI EDUKASI: Jurnal Pendidikan, 6(1), 185-189.
Sabila, S. N. A., Andayani, Y., & Sedijani, P. (2024). Rekonstruksi Etnosains Proses Mamaq Di Dusun Asmalang Desa Lenek Lauk Lombok Timur. Journal of Classroom Action Research, 6(1), 241-246.
Sabila, S. N. A., Andayani, Y., & Sedijani, P. (2024). Rekonstruksi Etnosains Proses Mamaq Di Dusun Asmalang Desa Lenek Lauk Lombok Timur. Journal of Classroom Action Research, 6(1), 241-246.
Yuslih, M., & Yulien, B. Z. (2021). Nilai-Nilai Sosial-Spiritual dalam Tradisi "Mamaq" Masyarakat Suku Sasak Pulau Lombok di NTB (Social-Spiritual Values in the "Mamaq" Tradition of the Sasak Community of Lombok Island in NTB). Potret Pemikiran, 25(2), 181-191.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H