Mohon tunggu...
Romly Lengkoan
Romly Lengkoan Mohon Tunggu... Freelancer - Menulis cerita.

Menulis untuk bercerita tentang apa saja. Tentang apa yang saya tahu dan yang saya mengerti.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Siapa Nama Kamu?

13 November 2019   05:42 Diperbarui: 17 November 2019   18:28 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pisau yang diperiksa polisi ada bekas tangan Ibu Rima. Dan ada tiga darah orang yang berhasil dideteksi di dapur itu. Menurut polisi, ditambah sedikit informasi dari masyarakat sekitar, pada saat pertengkaran terjadi, Ibu Rima mencoba melukai Pak Doni dengan pisau. Tak berhasil. Pada saat itu, tiba-tiba muncul seseorang yang tak diduga yang langsung menyerang Pak Doni.

Ada perkelahian singkat. Pak Doni tertikam di dada sebelah kiri. Sepertinya Ibu Rima yang ingin menolong, mencoba menyerang orang asing itu tapi, tertusuk pisau yang sedari tadi dia pegang.

Dugaan polisi, Ibu Rima didorong orang itu tanpa bermaksud. Orang asing itu sendiri terluka dan berdarah karena pukulan tangan kanan Pak Doni di mulut. Darah itu ditemukan bercampur air liur di lantai. Orang itu diduga musuh Pak Doni.
...
Anak itu sedang berdiri di salah satu rumah toko, ketika seorang bapak lewat. Bapak itu berhenti dan duduk di trotoar tak jauh dari tempat anak ini berdiri. Seorang bapak berumur sekitar empat puluhan. Berompi hitam, celana pendek selutut dan mengenakkan sendal kulit hitam yang sekarang kelihatan kecokelatan, kotor karena lumpur.

Toko tak kunjung buka. Anak ini mengetuk. Lagi dan lagi. Sebuah suara lelaki dewasa terdengar, mengatakan toko akan buka nanti jam delapan.

Bapak itu menengok ke arah anak lelaki itu sebentar, dan kembali melihat jalanan yang semakin ramai. Tak ada perbincangan apa pun. Hanya keadaan sekitar yang bergerak, berganti.

Toko dibuka. Anak lelaki itu berlari ke depan toko. Tersenyum. Bapak tadi berjalan santai menuju toko. Anak lelaki memandang deretan roti yang masih hangat. Bapak mengeluarkan uang. Anak lelaki itu menelan air liurnya. Si pemilik membungkuskan empat roti untuk si bapak. Anak itu masih memandang roti-roti yang berbaris dan menumpuk di atas nampan.

"Hei, nak!" panggil bapak itu saat berjalan keluar toko.

Anak lelaki itu berlari cepat, menghampiri si bapak dan mengambil dengan sopan tas kain berisi roti yang disuguhkan padanya. Ada tiga yang tersisa. Dia memandang bapak itu, kemudian tas di tangannya, beberapa kali, bergantian.

"Terima kasih." Anak itu berucap hati-hati, masih bingung sebenarnya.

"Dimakan!"

Anak itu mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun