Pemberian ASI dikontraindikasikan pada beberapa situasi misalnya bayi baru lahir yang memiliki galaktosemia tidak boleh untuk disusui, dan ibu dengan infeksi tuberkolosis aktif atau HIV (human immunodeficiency virus) dan human T-cell lymphotropic virus  tipe 1 dan 2 tidak boleh menyusui. Menyusui tidak direkomendasikan ketika ibu menerima kemoterapi atau isotop  radioaktif (seperti dalam prosedur diagnostic), ibu yang menggunakan oat-obat terlarang (napza).
Kunci dalam menyemangati ibu dalam menyusui adalah edukasi dan pedoman dalam mengantisipasi  masalah  dimulai seidini mungkin dalam kehamilan dan bahkan selama hamil.Â
Tiap pertemuan dengan ibu hamil merupakan kesempatan untuk memberikan edukasi, menghilangkan mitos, mengklarifikasi informasi yang salah dan menemukan kecemasan pribadi. Edukasi dan persiapan sebelum melahirkan untuk menyusui akan mempengaruhi keputusan  dalam memberi makan, dan kesuksesan menyusui dalam jumlah waktu yang akan dialokasikan  seorang wanita menyusui.
Menghubungkan  ibu hamil dengan seseorang dari latar belakang  yang sama  yang sedang menyusui  atau pernah behasil menyusui  seringkali membantu. Kelompok dukungan untuk perawatan ibu memberikan informasi mengenai menyusui bersama dengan kesempatan ibu menyusui untuk saling berinteraksi satu sama lain dan berbagi kecemasan.Â
Program konseling dengan kelompok sebaya (peer) seperti yang dilakukn  oleh Special Supplemental Nutrition Programs For Woman, Infants, and Children (WIC) dapat menguntungkan.Â
Bagi ibu dengan ketrbatasan akses pelayanan  kesehatan, masa postpartum mungkin merupakan kesempatan pertama untuk memberikan edukasi dalam hal menyusui. Bahkan wanita yang  menunjukkan keinginan untuk memberikan  susu formula bisa mendapat manfaat dari menyusui dan risiko yang mungkin terjadi  pada pemberian susu formula.Â
Dengan memberikan perawatan kepada wanita tersebut untuk mencoba menyusui dengan bantuan seorang perawat mungkin dapat mempengaruhi perubahan dalan praktik menyusui bayi.
 Pengaruh Budaya Dalam MenyusuiÂ
Kepercayaan dan praktik menyusui bervariasi pada berbagai budaya contohnya, pada kebudayaan muslim, menyusui sampai bayi berusia 4 bulan merupakan hal yang umum. Sebelum disusui pertama kali ada suatu ritual yaitu mengoleskan sepotong kurma yang sudah dihaluskan ke langit-langit mulut bayi baru lahir.Â
Oleh karena penekanan budaya terhadap privasi dan kesopanan, wanita muslim mungkin akan memilih untuk memberikan  susu botol atau memompa ASI  selama masih di rumah sakit. Oleh karena kepercayaan mengenai sifat kolostrum yang berbahaya ataupun tidak pantas, beberapa kebudayaan melarang menyusui selama beberapa hari setelah melahirkan.Â
Hal ini terlihat pada berbagai kebudayaan di Asia selatan kepulauan pasifik dan sebagin dari Afrika, yaitu sebelum ASI dinyatakan sudah "ada", bayi  diberikan  makanan sebelum menyusui seperti madu atau mentega  yang dicairkan  dan diyakini akan membantu membersihkan meconium. Hal yang umum juga dilakukan oleh Wanita latin adalah mengkombinasikan susu formula dengan  ASI selama minggu pertama.Â