Tidak hanya itu, media konvensional yang tidak bisa beradaptasi dengan internet menjadi sulit untuk menyesuaikan dengan perkembangan zaman dan berpotensi kehilangan audiensnya. Sementara media konvensional yang berhasil memanfaatkan internet dapat meningkatkan value added dan brand value-nya. Media mampu mendekatkan diri dengan audiens yang sudah menggunakan berbagai platform di ranah internet.
Tantangan lain atau kemampuan yang harus dimiliki seorang jurnalis adalah storytelling journalism. Kemampuan ini menuntut jurnalis untuk bisa memberikan informasi dengan 'bercerita', di mana tujuannya untuk menyentuh pembaca. Hal ini juga untuk mendukung terciptanya suasana, melatih konsentrasi, imajinasi dan daya pikir.
Dapat disimpulkan bahwa proses produksi dan konsumsi jurnalisme dipengaruhi oleh teknologi internet dan peralatan elektronik. Khususnya di era konvergensi media ini, baik informasi atau berita dapat dengan mudah dan cepat diakses melalui gawai yang kita punya.
Seiring perkembangan teknologi, jurnalis juga harus mau ikut mengembangkan kemampuannya. Terutama di bidang produksi multimedia storytelling untuk bisa meningkatkan kualitas berita dan menarik lebih banyak audiens.
Sebagai konsumen, kita juga perlu cerdas dan bijaksana dalam menyimak berita, terutama di tengah situasi derasnya informasi. Jangan sampai termakan hal-hal yang berisi disinformasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H