Mohon tunggu...
Rahel Adventia Dinata
Rahel Adventia Dinata Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta

Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang memiliki minat dalam bidang media. Selain itu memiliki hobi dalam menonton film dan membaca novel.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jurnalisme Multimedia Indonesia Melalui Perjalanan Panjang

15 Desember 2023   23:41 Diperbarui: 17 Desember 2023   01:00 129
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudahan masyarakat dalam mengakses berita melalui situs internet saat ini merupakan hasil dari seperangkat perjalanan dunia jurnalisme dari dulu hingga kini. Jurnalisme di Indonesia telah melewati berbagai macam perjalanan dan perubahan.

Salah satu perkembangan besar di dunia jurnalistik adalah adanya internet dan media online. Kemajuan ini menghadirkan jurnalisme online yang semakin berkembang menjadi jurnalisme multimedia.

Sebelum membahas perjalanan dan perkembangan jurnalisme di Indonesia, apakah kamu tahu apa itu Jurnalisme Multimedia?

Apa itu jurnalisme multimedia dan apa tujuannya?

Multimedia terdiri dari kata multi dan media yang memiliki arti banyak media. Pada hal ini, multimedia merupakan gabungan dari berbagai media yaitu teks, foto, video, audio, grafik dan interaktivitas (Widodo, 2020).

Berdasarkan tujuannya, multimedia ingin memberikan cerita yang menarik dan informatif sehingga informasi yang disampaikan oleh setiap media dapat saling melengkapi. Seorang ahli bernama Dahlgren pada tahun 2003 juga membagikan pendapatnya mengenai definisi jurnalisme multimedia.

Menurut Dahlgen jurnalisme multimedia merupakan sebuah penampilan berita di website dengan dua atau lebih format media seperti kata lisan ataupun tulisan, music, gambar, video, animasi, elemen interaktif dan hypertextual. Namun ia juga berpendapat bahwa berita dapat disampaikan tidak hanya melalui website saja, tetapi dapat melalui newsgroup, email, SMS, MMS, radio, televisi, teletext, koran dan majalah cetak (Widodo, 2020).

Jurnalisme multimedia saat ini sudah banyak bisa kita lihat di berbagai media-media redaksi, seperti Kompas.com. Terlihat bahwa saat ini, berbagai media berita telah menggunakan lebih dari satu media dalam tampilan beritanya. Contohnya seperti dalam suatu berita, pembaca dapat melihat tulisan berita, video tentang berita tersebut dengan suara narasi atau musik yang mengiringi, serta gambar-gambar yang menjelaskan berita tersebut.

Setelah kita mengetahui apa itu jurnalisme online yang menjadi bentuk berita paling dominan di masa kini. Kita perlu mengetahui bagaimana perkembangan dan perjalanan jurnalisme khususnya di Indonesia.

Photo by Redrec: pexels.com
Photo by Redrec: pexels.com

Perjalanan di Periode Pertama dan Kedua Jurnalisme Multimedia Indonesia

Jurnalisme multimedia merupakan jurnalisme berbasis online. Putra (2023) menjelaskan periode pertama jurnalisme online di Indonesia mulai berkembang sejak tahun 1995-1997 yang ditandai dengan adanya internet di Indonesia. Periode kedua ditandai dengan fenomena dimana pembatalan surat izin usaha penerbitan pers oleh pemerintah pada tahun 1998-2001.

Jurnalisme online di Indonesia juga ditandai dengan kehadiran Detik.com pada tahun 1998. Detik.com merupakan media jurnalis Indonesia yang menyajikan beritanya secara cepat melalui media internet dan menjadi pelopor jurnalisme online di Indonesia bersamaan dengan perubahan sosial politik Indonesia di tahun 1998 Suciati dan ratna (2019).

Periode Ketiga dalam Perkembangan Jurnalisme Multimedia Indonesia

Pada era ketiga merupakan masa dimana berita sudah didesain untuk media web sebagai wadah komunikasi dan dimulai sejak tahun 2002 hingga saat ini. Periode ketiga ini merupakan fenomena jurnalistik online multimedia yang memiliki produk seperti news feed, podcast, desktop alert, berita mobile phones dan lain-lain.

Perkembangan ini memberikan dampak besar bagi dunia jurnalistik yang mana akhirnya menciptakan konvergensi media. Perubahan ini juga memberikan informasi yang cepat dan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu.

Pelopor Jurnalisme Multimedia Indonesia

Jurnalisme online di Indonesia juga ditandai dengan kehadiran Detik.com pada tahun 1998. Detik.com merupakan media jurnalis Indonesia yang menyajikan beritanya secara cepat melalui media internet dan menjadi pelopor jurnalisme online di Indonesia bersamaan dengan perubahan sosial politik Indonesia di tahun 1998 (Suciati dan ratna, 2019).

Format berita dalam dunia jurnalistik di Indonesia juga mengalami perubahan, diawali oleh Detik.com yang menggunakan gaya running news, dimana berita dengan format ini disajikan melalui cara seperti breaking news, berita pendek atau ringkas, dan berkelanjutan atau stripping (Suciati dan Ratna, 2019).

Jurnalisme online perlahan-lahan berkembang dengan melihat kehadiran berbagai media-media baru seperti Tirto.id, Kapanlagi.com, Okezone.com, Merdeka.com dan masih banyak lagi. Hingga saat ini portal berita online yang menerapkan jurnalisme multimedia semakin lama semakin berkembang dan bertambah.

Seperti yang kita ketahui dalam menulis berita diperlukan tahap mengumpulkan, menyaring, dan menyusun informasi berita. Sebelum adanya perkembangan internet, jurnalis harus mengumpulkan berita melalui wawancara, observasi dan teknik pengumpulan informasi lainnya yang mengharuskan jurnalis untuk turun kelapangan secara langsung.

Namun saat ini, internet sangat mempersingkat serta memudahkan jurnalis dalam mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan untuk menulis berita. Jadi, selain melakukan wawancara dan observasi, penggalian informasi juga bisa para jurnalis lakukan dalam ruang virtual atau internet (Puspita dan Suciati, 2020).

Photo by Vlada Karpovich: pexels.com
Photo by Vlada Karpovich: pexels.com

Jurnalisme Multimedia Indonesia di Era Modern

Penyajian berita juga signifikan berubah dari berita di zaman dulu dengan berita online saat ini. Berita cetak masa lalu biasanya hanya menampilkan gambar dan teks berita saja sehingga sangat memungkinkan bahwa di zaman itu anak-anak muda kurang tertarik dalam membaca berita. Sedangkan saat ini, berita online memiliki penyajian yang menarik dan bervariatif, dimulai dari gambar yang lebih berwarna dan jelas, video-video yang menarik serta fitur-fitur interaktif yang meningkatkan minat anak muda saat ini dalam membaca berita.

Selain itu, jika di zaman dahulu kita sebagai audiens hanya dapat membaca dan menerima informasi saja. Saat ini perubahan interaksi pembaca dengan media berubah drastis, terlihat dari beragam fitur-fitur seperti like, comment, dan share yang memberikan pembaca tidak hanya menerima berita tetapi ikut memberikan reaksi dan tanggapannya dari berita tersebut.

Tidak hanya itu, para pembaca yang dahulu hanya bisa menerima berita, saat ini kita sebagai masyarakat atau publik juga bisa membagikan berita melalui tulisan berita yang dapat diunggah di beberapa portal berita seperti Kompasiana. Hal ini dapat disebut jurnalisme warga atau citizen journalism yang merupakan salah satu hasil dari perkembangan jurnalisme multimedia dan termasuk sebagai User Generated Content.

Perkembangan Baru Jurnalisme Multimedia

Bentuk perkembangan jurnalisme multimedia lainnya adalah dengan hadirnya istilah User Generated Content (USG) dimana masyarakat dapat membagikan berita atau informasi melalui berbagai macam media dengan beragam bentuk berita. Misalnya dalam bentuk tulisan yang dapat diunggah di media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter dengan menambahkan gambar yang relevan. Selain itu dalam bentuk video yang dapat diunggah di Youtube, TikTok dan media lainnya. Sedangkan berita dalam bentuk audio dapat disebarkan melalui aplikasi seperti spotify.

Perubahan dan perkembangan ini benar-benar bisa kita rasakan di setiap tahunnya. Berbagai generasi juga pasti merasakan perubahan-perubahan yang selalu bertambah. Perkembangan jurnalisme multimedia yang diiringi dengan perkembangan teknologi tidak hanya memberikan dampak positif seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya.

Perlu diketahui bahwa dengan perkembangan internet ini banyak dampak-dampak buruk yang bisa terjadi bagi seorang jurnalis. Kemudahan dalam menggali informasi dapat mengakibatkan seseorang mengetahui identitas pribadi maupun keluarga sehingga dapat terjadi doxing oleh oknum atau pihak tertentu jika ia merasa tidak setuju dengan tulisan seorang jurnalis.

Cyberbullying, spamming, ataupun terror-terror online dan secara langsung memungkinkan terjadi pada masa ini. Maka kita sebagai jurnalis maupun masyarakat perlu memperhatikan tulisan dan kata-kata yang disampaikan saat menulis berita sehingga tidak ada pihak manapun yang merasa dirugikan.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun