Mohon tunggu...
Rahayu Triatin
Rahayu Triatin Mohon Tunggu... Guru - guru sdit al-ukhuwah pagaden

Rahayu adalah seorang pendidk dan penulis buku antologi .Bekerja di sebuah yayasan Islam YPI AL-Ukhuwah Pagaden sebagai Guru SDIT. Kini sedang menggapai mimpinya untuk bisa menjadi penulis buku solo.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kurindu Kasihmu Ibu

2 Agustus 2023   21:30 Diperbarui: 2 Agustus 2023   21:58 406
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Bocah kecil itu berlari mengejar ibunya yang sudah meninggalkannya.  Air matanya tak terasa jatuh berderai dipipinya. Ia hanya bisa memandangi dari kejauhan sosok ibu yang sudah meninggalkannya. Sesak dadanya, hatinya merasa kesakitan. Tak jauh disisinya ada sosok seorang nenek yang memegang tangannya seraya membujuk dan membawanya ke sebuah rumah kecil yang asri nan sejuk.

Sujianti itu adalah nama lengkapnya.Ia merupakan anak kelima dari pasangan Supardi dan  Yayah. Supardi ayahnya merupakan seorang prajurit TNI yang bermarkasdi Kodim Cakrabirawa. Ibunya merupakan seorang pegawai Negeri Sipil (PNS) di sebuah Dinas Pendidikan.

Kerena kedua orangtuanya sama-sama bekerja dan ibunya kini tengah hamil 8 bulan terpaksa  Suji dititipkan sama neneknya dikampung.

“Sudah nduk,ibumu perutnya mulas bentar lagi mau melahirkan adikmu. Kamu pasti  akan dijemput pulang lagi kalau adikmu uda keluar”sahut nenek Suji.

Suji akhirnya mau menerima dan mengikuti ajakan neneknya untuk masuk ke rumah.Dia seorang anak perempuan yang baru saja berulangtahun ke 3Th.Usianya yang masih kecil harus rela berpisah dengan ibu kandungnya dikarenakan  ia akan mempunyai adik baru.Matanya memandang kesekeliling rumah neneknya yang jauh dari kota.

Ia mulai hari ini entah sampai kapan akan tinggal dengan neneknya di desa tempat ibunya dilahirkan.

Rumah nenek Suji berada dipedesaan yang jauh dari tetangga.Namun satu kampung disana merupakan anggota keluarganya semua.Hingga pada suatu hari tepatnya bada magrib..

Sujiiiii....ujiiiii...terdengar suara  perempuan memanggilnya...

Suji pun berlari keluar mengira itu suara ibunya...Ia berlari keluar rumah mengikuti suara yang memanggilnya.

Ia berlalri melewati teras rumah neneknya menuju kebun yang berada tepatnya depan halaman rumah neneknya. Rumah nenek suji halaman rumahnya ditumbuhi dengan pohon-pohon besar.Tak jauh dari  rumahnyaada pohon huni yang tumbuh besar, disekelilingnyaterdapat pohon-pohon merambat  yang tinggi besar. Suara yang memanggilnya terdengar jelas ketika ia menuju pohon Huni..

Matanya terbelalak kaget melihat ada seorang nenek berambut panjang berwarna putih , dengan mata yang melotot keluar besar, mempunyai taring gigi yang memanjang keluar ..sambil tertawa-tawa nenek tua itu memangil-manggil Suji...

Sujii...Sujii..kemarilah ikut dengan ku..hiii...hiii...dengan bergelayungan tangan seperti ayun-ayunan dipohon   nenek tua itu terus menerus memanggilSuji...

Suji hanya terpaku  diam...Ia tidak bisa bicara maupun menangis ..

Matanya hanya melotot dan bibirnya gemetar, tubuhnya seketika kaku.Pengalaman pertamanya melihat sosok makhluk halus yang sangat mengerikan membuatnya mati rasa.Isosok wewek gombel. Wewe Gombol atau juga disebut Nenek Gombel dalam tradisi Jawa yang berarti roh jahat atau hantu yang suka menculik anak-anak, tetapi tidak mencelakainya. Konon anak yang diculik biasanya anak-anak yang ditelantarkan dan diabaikan oleh orang tuanya.

Tiba-tiba ia terkaget dengan sosok tangan yang memgang lengannya sambil menarik  kebelakang, dilihatnya neneknya datang menolong dan menghampirinya.  Nenek Suji pun dengan suara setengah serak berkata:

Nduuk kalau  magrib-magrib kamu ngga boleh keluar rumah , berbahaya ‘

Nanti kamu bisa di culik wewe gombel”

Suji yang semenjak dari tadi menahan rasa takut akhirnya menangis.

Hiik...hiikk....nek aku takut ...

Aku tadi ada yang mangil-manggil nek....

Empat tahun sudah Suji tinggal dengan neneknya.Setiap hari ia  membantu dan mengikuti neneknya pergi kesawah. Pada akhirnya Sujipun mulai berani membicarakan lagi ibunya.

“ nenek kenapa ibu ga pernah jempt-jemput Suji”

Air matanya pun mulai menetes.Suji sudah lama ga lihat ibu.Suji kangen ibu , nek...

Ia pun mulai menangis sejadi-jadinya.Neneknya dengan penuh kelembutan menghibur Suji.

“ Sabar ya nduk...mungkin ibumu sibuk bekerja dikantor dan juga harus mengurus adik perempuanmu.Nanti kalau sudah waktunya kamu  pasti dijemputnya.

Suji hanya diam dan tertunduk. Di dalam hatinya ia berusaha memahami dan mengerti perkataan neneknya.namun ia bingung mengapa ibunya lama sekali datang menjemputnya.bukankah dia berjanji akan ke rumah nenek hanya seminggu setelah ia ditinggalkan.

Enam tahun sudah ia tinggal dengan kakekdan nenneknya di kampung. Ia tumbuh menjadi sosok yang begitu pendiam dan penurut.Namun karena sama neneknya selalu dipakaikan baju laki-laki dan berambut pendek dari segi penampilan terlihat seperti lelaki .Teman-temannya dikampung pun semua laki-laki sehingga ia tumbuh menjadi sosok yang tomboy.

Siang itu neneknya membawa Sujike kota.Ia bersama neneknya pergi kerumah orangtuanya Suji.Suji sudah mau 7 tahun kini ia sudah saatnya memasuki Sekolah Dasar.Ia sedikit bingung kemana neneknya mengajak dia.  Karena ia belum pernah keluar dari desanya  sekalipun. Ia bertanya kepada neneknya.

“Nin, kita mau kemana? Ini rumah siapa Nin?

Neneknya hanya tersenyum dan mengatakan bahwa ini adalah rumah ibu bapaknya sendiri.

Ujin, ini rumah ibumu..bukankah kamu pingin ketemu ibu?

Tiba-tiba keluarlah seorang ibu muda berambut ikal  dengan perawakan kecil ramping  manis dan cantik setengah tersenyum lebar datang menghampiri keduanya.

“ Eh ibu sudah datang ?apa ibu dari tadi nunggu di luar ?

“ ah belum terlalu lama, ibu baru saja sampe ..”

Suji ini ibumu ayo salim nak..kata neneknya

Suji hanya menatap dan ragu-ragu  melihatnya. Apakah ini benar ibunya.Mengapa ibunya datar-datar saja menyambut kedatangannya, Padahal setiap hari ia sangat merindukannya.Terkadang ia sempat mengigau memanggil ibunya tatkala ia  tidur sambil berjalan.

Ia  pun menghampiri ibunya dan mencium tangannya.

Ibu ...ibu ...

Mata suji pun berkaca-kaca  dihadapannya kini ada sosok perempuan yang selama ini di rindukannya. Betapa ia menahan diri dan ingin dsayang dan diperhatikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun