Sebenarnya kita masyarakat Indonesia sudah biasa dengan masalah membekukan makanan. Lihat saja stok ASI ibu-ibu bekerja pasti dibekukan dan disimpan di kulkas juga bukan? Nutrisinya juga tidak berkurang saat dikonsumsi oleh bayi kita. Demikian juga dengan saya yang baru menyadari kekurangan saya, selama ini saya membeli daging sapi segar di pasar lalu kemudian saya bagi-bagi menjadi beberapa bagian dan kemudian saya bekukan di freezer dan dikeluarkan salah satu saat hendak dimasak.
Mempersiapkan Fondasi Meraih Swasembada Daging Sapi
Pemerintah memiliki sasaran untuk menjadikan Indonesia swasembada daging sapi. Namun satu hal yang pasti adalah hal tersebut tidak bisa dilakukan hanya dalam hitungan hari. Kunjungan presiden ke NTT menghantarkan beliau pada kesimpulan kalau swasembada daging sapi bisa diraih 10 tahun lagi karena dipengaruhi infrastruktur. Jabodetabek mengkonsumsi ratusan ton daging sapi setiap harinya, hal ini sangat disayangkan karena harus impor. Pemerintah berharap luasnya kebutuhan akan daging sapi ini bisa dipenuhi oleh NTT yang merupakan wilayah yang sangat cocok untuk ternak sapi.
Bila kebutuhan dalam negeri kelak tercukupi, presiden berharap agar Indonesia bisa surplus dan mengekspor daging sapi berkualitas ke negara lain di dunia. Hal tersebut harus dipersiapkan dengan matang karena kendala utama ternak sapi adalah terkait infrastruktur air bersih lewat embung atau waduk. Selama ini di NTT, air hanya cukup saat musim hujan dan begitu kesulitan saat musim kemarau karena bukit dan lembah gundul akibat rumput yang mati kekeringan. Akibatnya bukan hanya kebutuhan air yang terancam namun juga kebutuhan pangan berupa rumput untuk sapi.
Air sangat diperlukan oleh setiap mahluk hidup termasuk sapi karena penting untuk mengatur suhu tubuh, membantu proses pencernaan, dan mengeluarkan sisa metabolisme dari dalam tubuh sapi. Sebuah sumber mencatat kalau seekor sapi setiap hari rata-rata membutuhkan air antara 3-6 liter/1kg pakan kering. Oleh sebab itu, infrastuktur air harus benar-benar dipersiapkan demi pertumbuhan sapi yang baik.
Pak Thomas Lembong merasa optimis akan mencapai swasembada daging sapi karena melihat kesungguhan pemerintah dalam membangun infrastuktur di semua wilayah Nusantara. Demikian juga untuk perbaikan periode masa bongkar muat di pelabuhan yang selama ini mencapai lebih dari tujuh hari akan terus diperbaiki hingga bisa mencapai di bawah tiga hari. Â Tanpa perbaikan di bidang logistik maka tidak mungkin bisa bersaing ekspor dengan negara lain.
Pemerintah juga berencana akan membangun industri pemotongan daging sapi yang modern seperti di negara maju lainnya sehingga biaya lebih kecil karena seluruh prosesnya efisien. Dampaknya, harga jual bisa lebih murah dan mampu bersaing di pasar ekspor. Selain itu, lapangan kerja di bidang manufaktur pun akan terbuka luas.
Selama ini harga daging sapi begitu mahal di Indonesia karena adanya high cost economy karena infrastruktur yang belum memadai. Tidak seperti di Malaysia dan Singapura yang  menurut informasi Pak Jokowi hanya sekitar 55 ribu Rupiah saja. Sehingga untuk mendapatkan harga dan kualitas terbaik perlu dilakukan perbaikan infrastuktur di setiap lapisan. Pemerintah juga akan mengembangkan kerja sama dengan Australia yang terkenal unggul dalam pembibitan sapi. Pembibitan ini bertujuan untuk menyeleksi sapi berkualitas yang bisa menghasilkan sperma unggulan untuk dibagikan kepada industri dan peternak. Peternak juga perlu mendapatkan pendapingan agar semakin mampu mengakses pasar sehingga rantai distribusi bisa diperkecil dan keuntungan peternak meningkat namun harga yang ditanggung konsumen tidak terlalu berat.