Honda Vario 150 eSP favorit kami (foto: Rahayu)
Keunikan Gaya Hidup
Angin kencang menampar-nampar wajah saya hingga merasa kesejukan yang menjalar di sekujur tubuh. Anak perempuan saya menyenderkan tubuhnya di depan saya sambil bernyanyi-nyanyi kecil.
Merasa bak Marquez, suami mengendarai Honda Vario 150 eSP dengan kecepatan cukup tinggi. Sudah beberapa kali saya ingatkan suami kalau dia sedang mengangkut manusia bukan barang, namun tetap saja dia tidak menghiraukan saya. Yasudahlah, mungkin dia dulu bercita-cita jadi pebalap motor namun tidak kesampaian gumam saya dalam hati. Lagipula ada untungnya kalau suami mengendarai dengan kecepatan lumayan, sehingga kami tidak telat sampai ke tujuan.
Sesekali suami menyelip di antara kemacetan mobil, untungnya akselerasi skutik kami ini smooth dan tidak menghentak-hentak membuat saya dan anak-anak tetap merasa nyaman di atas skutik ini. Ternyata kami tidak salah pilih karena Honda Vario 150 sempurna digunakan untuk meliuk membelah kemacetan jalan raya yang mengular.
Saya melirik kaca spion, ada keceriaan di balik helm mungil anak laki-laki saya yang berusia empat tahun yang sedang berdiri di boncengan depan motor. Liukan skutik kami membelah jalanan menyatu dengan alam terbuka yang sesekali menyuguhkan pemandangan pepohonan yang melambai-lambai dihembus semilir angin menyambut datangnya senja.
Di belakang motor keren kami, ada mbak Ani bersama mbak Sita. Kedua pengasuh anak yang mengikuti skutik kami dari belakang. Mbak Ani yang mengaku sudah terbiasa balapan motor di kampung, membonceng mbak Sita dengan menggunakan Honda Supra X 125 cc milik kami juga. Jadi, kebayang kan kemana-mana keluarga kecil kami beriringan membawa dua motor? Satpam perumahan dan tetangga sudah tahu mengenai pemandangan yang tidak biasa ini. Saya sih tersenyum bangga karena bisa memamerkan gaya hidup yang beda he..he..
Orang yang memiliki dua anak balita dan dua pengasuh pastilah memilih mobil pribadi sebagai kendaraan utama, namun tidak dengan kami. Uang segunung pasti habis jua di tangan yang boros, namun uang sedikit bisa cukup bila dikelola si hemat. Inilah prinsip yang mendasari mengapa saya dan suami menjatuhkan pilihan kendaraan kedua pada motor Honda Vario 150 Esp.
Jujur saja, kami tergoda membeli sebuah mobil, namun pengeluaran yang harus dikorbankan demi memenuhi kenikmatan berkendara roda empat begitu besar. Ada terbersit keraguan, bisakah kenikmatan tiada tara kami nikmati dengan uang sehemat mungkin? Kami pun akhirnya optimis apalagi dengan lirikan tajam tatapan Honda Vario 150 Esp di show room beberapa bulan lalu yang menggoda untuk membawanya pulang ke rumah.
Bila ingin ke gereja, pusat perbelanjaan, atau daerah wisata yang tidak terlalu jauh dari rumah kami di daerah Poris Tangerang, kami selalu memakai motor kami dengan pengasuh anak yang mengikuti dari belakang.
Bukannya Honda Vario 150 Esp tidak mampu membawa kami berempat ke tempat yang jauh, namun demi demi kemananan keluarga, kami lebih memilih naik commuter line bila ke luar area Poris. Walaupun demikian, bila pergi berdua, saya dan suami sudah membuktikan ketangguhan skutik yang mampu melaju sempurna walau dibawa dari Poris ke Jakarta Timur tempat tinggal mertua saya.