[caption caption="Kekeringan Menyengsarakan Petani (suaradesa.timesindonesia.co.id)"][/caption]Katamu dulu, aku adalah si anak kol
Seragam tentaramu untuk pengabdian
Bertani untuk membiayai sekolahku
Doakan agar turun hujan!
Kelak panen, kita beli tas barumu
Begitu pintamu
Â
Sungguh Pak aku sudah berdoa dengan tekun
Namun, dari raut wajahmu kutahu
Hujan tidak turun di ladangmu
Oh Tuhan, kenapa tidak Kau kabulkan doa anak petani ini?
Buatlah kol itu tumbuh subur
Â
Katamu hari panen tiba,
Seharusnya engkau bahagia
Namun mengapa wajahmu bermuram durja?
Ceritakan pada anak perempuanmu tentang sepotong derita
Â
Engkau menarik nafas,
Harga kol murah
Biaya memanen lebih mahal
Biarkan saja kol menjadi pupuk hijau di ladang
Â
Tas baruku?
Tunggulah ‘kan Bapak tanami kembali ladang
Doakan turun hujan
Pintakan harga kol yang mahal
Doa anak kecil didengar Tuhan
Â
Kamu ini anak kol
Ingatlah selalu itu
Maka Engkau tidak akan tergoda ‘tuk angkuh
Â
Kamu ini anak petani
Ingatlah selalu itu
Maka Engkau akan peduli pada kaum nestapa
Â
Kamu ini ‘orang kecil’
Tetapi harus bermimpi besar
Jadilah anakku seorang pembela rakyat jelata
Doa si fakir sungguh mujarab
Jangan menjadi penjilat penguasa gelap mata
Kelak Engkau pun ditumbalkannya
Â
Â
Puisi ini saya persembahkan khusus untuk Bapak saya H. Damanik (alm) yang adalah seorang prajurit dan petani
Â
Salam,
Rahayu Damanik
Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI