WORKLIFE BALANCE WANITA BEKERJA
Peran wanita sebagai pekerja telah memberikan kontribusi yang nyata dalam perkembangan ekonomi dan sosial. Wanita memiliki peluang yang sama untuk hadir dalam dunia kerja setara dengan laki-laki. Akan tetapi bagi para wanita khususnya yang telah menikah hal ini menjadi sebuah tantangan karena mereka harus melakukan banyak tugas di rumah dan juga kantor. Peluang wanita yang dapat meraih pendidikan tinggi, membuat kesempatan berada di dunia pekerjaan hanya saja banyak tantangan yang dihadapi terutama bagi wanita yang sudah berumah tangga. Keseimbangan pekerjaan dan kehidupan atau Work-life balance sendiri didefinisikan sebagai persepsi karyawan terhadap waktu pribadi, perawatan keluarga, dan pekerjaan diintegrasikan dengan konflik peran yang minimal (Clark, 2000; Ungerson & Yeandle, 2005). Work Llife Balance (WLB) merupakan suatu teori yang menjelaskan bagaimana individu mengatur lingkungan pekerjaan dan keluarga dan batasan diantara keduanya untuk mencapai keseimbangan (Clark, 2000) (dalam Rahmayati, 2021).
Bagi wanita yang bekerja dan sudah menikah memiliki tanggung jawab lebih, mereka harus membagi waktu antara tanggung jawab di rumah dan di kantor. Tuntutan lain adalah mengenai peran pendidikan bagi anak-anaknya yang harus terus dipantau walaupun mereka sibuk bekerja. Wanita bekerja itu tidak mudah mereka harus menempatkan diri pada posisi apapun walaupun banyak orang disekitar mereka melihat hal negatif dalam dirinya, yang disalahkan adalah profesinya padahal mereka menjadi wanita yang bekerja bukan tanpa alasan yang mungkin semua orang tidak perlu mengetahuinya, cukup dirinya dan keluarga yang tahu. Banyak hal yang mereka pertimbangkan dalam keputusan besar ini.
Selain itu, wanita bekerja pada dasarnya dalam Islam tidak dilarang karena pada masa rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam terdapat beberapa profesi sebagai berikut:
1. Pebisnis, Khadijah binti Khuwalid, dialah istri tercinta Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam. Khadijah mampu membangun bisnis yang besar dan sukses. Bahkan, beliau menjadi wanita kaya raya dan merekrut banyak orang untuk berbisnis dengannya. Beliau kerap bepergian jauh. Hasil bisnisnya digunakan untuk menunjang dakwah Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam.
2. Akademisi dan ulama, Aisyah binti Abu Bakar dan Ummu Salamah, istri-istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam yang senantiasa mengajarkan hadis-hadis Rasulullah kepada para sahabat lainnya.
3. Perawat, Rufaida Al-Islamiyah. Ia merupakan seorang perawat muslimah yang ikut berjuang dengan para kepahlawanan kaum laki-laki dalam bidang medis.
4. Wirausaha, Zainab binti Jahsy. Istri Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam ini juga merupakan seorang pebisnis. Ia merupakan seorang perempuan yang memiliki tangan kreatif dengan memproduksi kerajinan tangan. Pekerjaan itu menjadi salah satu profesi para perempuan di masa Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam.
5. Petani, Asma binti Abu Bakar mengurusi kebun kurmanya untuk membantu perekonomian rumah tangganya bersama Az-Zubair bin Awwam.
6. Manajemen dan accounting, Syifa bin Abdullah bin Abd Syams. Pada masa khalifah Umar bin Khattab sampai sering diminta nasihatnya terkait masalah administrasi manajemen dan keuangan.
Greenhaus, Collins dan Shaw (Dalam Hudson, 2005) menyatakan bahwa ada tiga komponen keseimbangan yaitu :Â
1. Time balance (Keseimbangan waktu), Menyangkut jumlah waktu yang diberikan untuk bekerja dan peran di luar pekerjaan.Â
2. Involvement balance (Keseimbangan keterlibatan), Menyangkut keterlibatan tingkat psikologis atau komitmen untuk bekerja dan di luar pekerjaan.Â
3. Statisfaction balance (Keseimbangan kepuasan), Tingkat kepuasan dalam pekerjaan maupun di luar pekerjaan.Â
Kerangka kerja-keluarga biasanya masalah yang sering muncul adalah berkaitan dengan keseimbangan waktu sehingga bagi wanita yang sudah menikah dan bekerja membutuhkan pembagian waktu antara dirinya, keluarga dan pekerjaan sehingga tak sedikit wanita yang memiliki dampak psikologis. Fenomena yang terjadi pada perempuan bekerja seringkali masih berada tahap psychological wellbeing yang rendah, hal ini dapat dibuktikan dengan adanya kejadian nyata di sekitar bahwa Perempuan yang bekerja memiliki beberapa dampak yang menunjukkan bahwa adanya konflik peran dan beban yang berlebih akan menimbulkan dampak negatif bagi Perempuan yang bekerja, dampak tersebut dapat berupa stres, perasaan tertekan, letih, lebih rentan pada depresif, stres akibat pekerjaan dan kualitas tidur pada Perempuan (Pudrovska & Karraker, 2014) (dalam Waskito, 2023).Â
Daftar pustaka:
Jurnal: Ananta, Aliffia. IGAA. Noviekayati . Waskito Rizky Ramadhani. (2023). Psychological well-being para perempuan bekerja: Bagaimana peran dukungan sosial?. Fakultas Psikologi, Universitas 17 Agustus 1945 SurabayaÂ
Jurnal: Rahmayati, Elfira T. (2021). Keseimbangan Kerja dan Kehidupan (Work Life Balanced) Pada Wanita Bekerja. Universitas Amir Hamzah   Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H