vaksinasi di setiap desa sudah dilakukan. Namun, masih ada saja rakyat yang enggan melakukan vaksinasi.Â
Upaya memperluas jangkauanAlasannya beragam, ada yang menganggap vaksin itu nggak diperlukan, akal-akalan pemerintah saja sampai muncul anggapan jika suntik vaksin bisa berujung pada kematian.
"Aku nggak mau vaksin mbak; aku takut divaksin; nggak ada gunanya divaksin; saya hanya kerja di sawah, jadi nggak perlu vaksin; aku nanti malah mati kalau divaksin mbak" kata beberapa tetangga saya di desa.Â
Itu hanya sebagian penolakan dari tetangga saya mengenai program vaksinasi.
Selang beberapa hari, saya bertemu dengan tetangga saya yang kemudian dia mewanti-wanti saya supaya tidak ikut vaksinasi.Â
"Mbak, kalau ada vaksinasi di Puskesmas, jangan ikut ya!. Itu mbah A, Ibu-nya B, sama Bulik C sakit setelah divaksin terus mereka pada meninggal.", cerita tetangga saya dengan nada penuh penekanan, emosional dan khawatir.
Tidak bisa disalahkan begitu saja memang, tapi yang pasti, mereka sudah merasa muak dengan aturan pemerintah yang sangat-sangat-sangat menyulitkan rakyat kecil seperti mereka.Â
Banyak tetangga yang sudah antipati dengan informasi seputar Covid-19 ataupun vaksinasinya.Â
Kasarannya, mereka sudah berada di titik "bodo amat" dengan situasi yang terjadi saat ini di Indonesia.
Yang namanya orang desa itu, apa lagi yang tidak mem-filter segunung informasi yang disediakan, lebih tepatnya tidak sempat untuk menggali dan menelaah informasi karena sibuk mencari nafkah untuk keluarga.Â
Di pikiran mereka itu fokus pada solusi bagaimana caranya supaya istri dan anak bisa tetap makan, sekolah dan mungkin juga berpikir soal pelunasan hutang.
Pada saat kondisi rakyat kecil yang sudah dirasa sulit, korupsi bansos membuat mereka merasa semakin terhimpit, terjepit dan emosi.Â
Bagaimana tidak, saat PPKM begini, cari uang bagi mereka semakin sulit, sedangkan gaji beberapa pejabat pemerintah cepat melejit selangit lewat jalur korupsi yang tidak sulit.
Yang jualan bakso mie ayam di perantauan tidak lagi mendapatkan keuntungan.Â
Petani padi terus saja dipaksa mengalah dengan harga pasar yang semakin terjun bebas ke bawah.Â
Rasa-rasanya, kesulitan mereka dalam mencari nafkah, semakin dipersulit dengan berbagai kebijakan pemerintah yang selalu menindas rakyat bawah.
Saya sendiri semakin sadar, kebijakan pemerintahan Jokowi masa pandemi ini memang beberapa kali mengecewakan rakyatnya.Â
Tidak hanya kebijakan perihal pandemi, beberapa kebijakan di luar itu juga sama saja mengecewakannya.
Tidak berhenti pada bobroknya kebijakan, bawahan Jokowi pun juga melakukan aksi biadab disaat rakyat menjerit ingin dibantu supaya bisa selamat dari pandemi ini.Â
Ingat Menteri Sosial sebelum Ibu Risma? Nah, tepat  sekali, Juliari Peter Batubara, koruptor bantuan sosial.Â
Itulah salah satu aksi paling tidak beradab dan bentuk penghianatan kepada rakyatnya sendiri.
Mengenai hukumannya? Hanya 11 tahun penjara saja dirasa sudah cukup bagi jaksa.Â
Rakyat merasa direndahkan, disepelekan dan tersayat hatinya karena putusan hukuman seperti itu.Â
Bagaimana tidak, bansos yang seharusnya bisa membantu rakyat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari, eh, malah disalahgunakan.Â
Tidak tanggung-tanggung, kenikmatan (uang hasil korupsi) itu didapatkan di atas penderitaan dan kematian rakyat karena Covid-19 ini.
Okey, kembali ke pembahasan perihal vaksin.Â
Pemerintahan Jokowi seakan-akan mendapat sinyal mengenai sulitnya mendapatkan kepercayaan rakyat.
Bagaimana bisa, rakyat percaya dengan seseorang yang telah menipunya berkali-kali? Melukai hatinya berkali-kali? Mengecewakannya berkali-kali? Dan tidak memberikan keadilan bagi orang kecil?.Â
Begitu pula berlaku untuk hubungan antara rakyat-pemerintah. Now, its not imposible.Â
Rasa-rasanya, sulit sekali bagi rakyat kecil untuk kembali menaruh kepercayaan kepada pemerintah.
Saya sendiri begitu kecewa dengan apa yang dilakukan oleh pejabat pemerintah sehingga merugikan rakyatnya.Â
Namun, disisi lain, masih ada setitik kebaikan yang pemerintah lakukan untuk rakyat. Misalnya, program vaksinasi.
Adanya program vaksinasi diharapkan bisa menekan angka positif Covid-19 di Indonesia.Â
Selain itu, saat terpapar Covid-19, tubuh sudah bisa mengenalinya sehingga mampu melawan serangan virus tersebut di dalam tubuh kita.
Perlu upaya sosialisasi kepada rakyat di desa mengenai persiapan sebelum divaksin hingga efek samping yang mungkin dirasakan setelah divaksin sekalian dengan penanganannya yang tepat.Â
Jadi, tidak hanya mengajak dan mengajak terus rakyatnya untuk vaksinasi sedangkan mereka sedang muak dengan keadaan yang terjadi.
Edukasi tersebut bisa membuka mata rakyat desa, bahwa vaksin ini memang diperlukan untuk menjaga kesehatan kita.
Singkirkan dulu bayangan keburukan yang pernah dilakukan pemerintah, tapi soal vaksin, jangan ragu untuk melakukannya.
Pelajaran penting bagi pejabat di pemerintahan: rakyat tidak akan mudah percaya lagi dengan kalian, jika banyak keburukan dan kejahatan yang kalian lakukan kepada mereka.Â
Tidak apa-apa kalian melakukan kesalahan kemudian mau memperbaiki, tapi jika kesalahan itu sudah menjadi karakter dan tidak disesali sama sekali, ya mohon maaf jika kami tidak lagi ada bersama kalian.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H