. . Syukur anda dengan pikiran yang terbaik karena lahir dengan pembawaan terbaik, teruji dalam kancah situasi yang terukur pas, terbangun dalam motivasi dan tantangan yang dinamis. Jadi tidak heran anda merasa pede dan berhasil dengan semua proses yang dilalui tersebut.
. . Nah, saya yang bodoh (telmi lah) kenapa malah bersyukur tidak seperti itu? Yang karena dari sononya sudah pintar atau dalam proses yang terukur menjadikan dia pintar, lalu memintarkan keharusan orang lain untuk jadi pintar sepintar dia.
. . Beruntung saya bodoh dan mau jadi pintar tapi tidak lekas-lekas meninggalkan kebodohan itu sendiri agar bisa memahami dan menapaktilasi semua hal yang menjadikan dan melatarbelakangi kebodohan kenapa dia sampai dan pernah ada.
. . Dia(kebodohan) itu hadir dari sebuah system yang melatarbelakanginya, memprosesnya, membentuknya, dan yang tidak ramah dengan setiap kebodohan yang ada.
. . Ah, saya jadi bodoh melihat dan meneruskan bicara ini. Di tengah kantuk yang sarat dari dini hari terbangun untuk menulis catatan ini. Saya perlu membangun system itu dalam tidur sejenak. Siapa tahu ada yang terimpikan dalam tidur sesaat sebelum bangun di pagi telat nanti.
. . By: Fajrin with cucakruwa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H