. . RW* Artinya yang jadi solusi bagaimana memperbaiki cara dan bimbingan tentang seks kepada anak. Tidak harus buka-bukaan pakaian hanya untuk menjadikan ketelanjangan sebagai hal yang biasa. Sedemikian biasanya sampai seseorang dianggap tidak akan terangsang dibuatnya.
By : Rahayu Winnet
NB: Sampai di sini dulu point-point pikiran saya, Â akan saya tambah, tumbuh dan kembangkan di kolom komentar. Silakan kalau ada pikiran pembanding atau sanggahan, mari kita bawa dalam tukar pendapat dan dialog perbedaan yang mencerahkan. Kita bisa berbeda, tapi tidak untuk 'berbeda'. Atau sekali berbeda tidak harus berbeda teruuuuuus.
Kalau bisa meminta, kesediaan untuk singgah dengan komentarnya diposting di bawah point-point pikiran saya, yang sedianya mau ditambah terus. Kalau untuk mengomentari point pikiran saya yang mana, cantumkan saja nomornya.
Maaf, permintaan ini tidak bermaksud terlalu mendikte  siapa saja. Saya hanya coba belajar dengan satu format tulisan yang point-point pikirannya tumbuh dan kembang  serta spontan saya tuangkan. Jadi tidak harus menunggunya terkumpul lengkap, atau tersusun secara sistematis. Ke depan masih ada satu tulisan dengan format seperti ini; yaitu improvisasi kritisi saya terhadap keberadaan kompasiana. Ditunggu saja, soalnya saya sendiri saja tidak tahu dan selalu menunggu rencana muluk-muluk saya yang kadang tidak ketahuan rimbanya, kapan realisasinya.
Wassalam !
Tulisan Terkait:
49). Menghargai Kebebasan dalam Perbedaan, Sejauh Mana?
51), Syukur Mereka Mabok ! (Kebebasan Ekspresi Individu Di Ruang Publik, Sejauh Mana?)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H