Pramoedya dan Aktivisme Digital
Sebagai seorang aktivis yang tak kenal lelah, Pramoedya mungkin akan memanfaatkan platform digital untuk memperjuangkan keadilan sosial dan kebebasan berekspresi.
Blog pribadi, podcast, atau bahkan kanal YouTube bisa menjadi medium baru baginya untuk menyuarakan kritik terhadap ketidakadilan, seperti yang ia lakukan melalui tulisan-tulisannya di masa lalu.
Namun, ia juga akan menghadapi tantangan baru: misinformasi dan hoaks.
Di era di mana kebenaran sering kali dikaburkan oleh arus informasi yang tak terkendali, Pramoedya mungkin akan menjadi suara yang menyerukan pentingnya literasi media dan berpikir kritis.
Seperti yang ia tulis dalam Rumah Kaca, "kekuasaan selalu berusaha mengontrol informasi," dan di era digital, peringatan ini lebih relevan dari sebelumnya.
Kolaborasi dengan Generasi Muda
Di era digital, Pramoedya mungkin akan menjalin kolaborasi dengan generasi muda, yang akrab dengan teknologi namun haus akan narasi-narasi mendalam.
Melalui platform seperti Kompasiana, Wattpad, dan Medium, ia bisa berbagi cerita-cerita pendek atau esai yang menginspirasi generasi muda untuk berpikir kritis dan mencintai sastra.
Ia juga mungkin akan terlibat dalam proyek-proyek kolaboratif, seperti menulis novel bersama menggunakan AI atau membuat adaptasi digital dari karya-karyanya.
Seperti Henry Jenkins (2006) melihat bagaimana teknologi digital memungkinkan kolaborasi antara pencipta dan audiens, menciptakan budaya partisipatif yang inklusif.