Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Ketika Pramoedya Hidup di Era Algoritma

2 Februari 2025   14:00 Diperbarui: 2 Februari 2025   14:00 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Rumah tempat kelahiran Pramoedya Ananta Toer, Jl. Sumbawa No. 40, Kel. Jetis, Kab. Blora, Jawa Tengah.(Foto: KOMPAS.com/PUTHUT DWI PUTRANTO N)

Pramoedya dan Aktivisme Digital

Sebagai seorang aktivis yang tak kenal lelah, Pramoedya mungkin akan memanfaatkan platform digital untuk memperjuangkan keadilan sosial dan kebebasan berekspresi.

Blog pribadi, podcast, atau bahkan kanal YouTube bisa menjadi medium baru baginya untuk menyuarakan kritik terhadap ketidakadilan, seperti yang ia lakukan melalui tulisan-tulisannya di masa lalu.

Namun, ia juga akan menghadapi tantangan baru: misinformasi dan hoaks.

Di era di mana kebenaran sering kali dikaburkan oleh arus informasi yang tak terkendali, Pramoedya mungkin akan menjadi suara yang menyerukan pentingnya literasi media dan berpikir kritis.

Seperti yang ia tulis dalam Rumah Kaca, "kekuasaan selalu berusaha mengontrol informasi," dan di era digital, peringatan ini lebih relevan dari sebelumnya.

Kolaborasi dengan Generasi Muda

Di era digital, Pramoedya mungkin akan menjalin kolaborasi dengan generasi muda, yang akrab dengan teknologi namun haus akan narasi-narasi mendalam.

Melalui platform seperti Kompasiana, Wattpad, dan Medium, ia bisa berbagi cerita-cerita pendek atau esai yang menginspirasi generasi muda untuk berpikir kritis dan mencintai sastra.

Ia juga mungkin akan terlibat dalam proyek-proyek kolaboratif, seperti menulis novel bersama menggunakan AI atau membuat adaptasi digital dari karya-karyanya.

Seperti Henry Jenkins (2006) melihat bagaimana teknologi digital memungkinkan kolaborasi antara pencipta dan audiens, menciptakan budaya partisipatif yang inklusif.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun