Nilai tukar Rupiah yang tampak di Google menunjukkan Rp8.170,65 per USD, sementara kurs yang tercatat di Bank Indonesia adalah sekitar Rp16.340 per USD.
Kejadian ini, meskipun hanya merupakan kesalahan teknis, menciptakan kepanikan sesaat di pasar Indonesia.
Masyarakat dan investor merespons cepat terhadap informasi yang keliru, dengan beberapa pihak khawatir bahwa kondisi ekonomi Indonesia sedang berada dalam posisi yang lebih rentan terhadap pengaruh eksternal, terutama dari dolar AS.
Ketidakpastian yang ditimbulkan oleh peristiwa ini, ditambah dengan tekanan inflasi domestik dan ekspektasi terhadap suku bunga global, memperburuk sentimen pasar terhadap nilai tukar Rupiah.
Suku bunga tinggi cenderung mendukung penguatan dolar, yang dapat menekan harga emas dalam denominasi dolar.
Namun, jika The Fed memilih untuk tidak menaikkan suku bunga lebih lanjut, atau bahkan menurunkannya pada paruh kedua tahun 2025, emas berpotensi melanjutkan tren kenaikan.
Berdasarkan data Refinitiv harga emas di pasar spot pada perdagangan Kamis (30/1/2025) yang lalu menunjukkan di US$2.793,88 per troy ons atau melesat 1,31% dari posisi sebelumnya.
Ini merupakan harga tertinggi sepanjang masa.
Harga emas dunia dan nilai tukar Rupiah terhadap dolar AS merupakan dua faktor yang saling terkait dalam konteks perekonomian global.
Meskipun kejadian Google Error terkait nilai tukar tidak memberikan dampak permanen, hal tersebut menggambarkan betapa sensitifnya pasar terhadap informasi yang salah, yang dapat menambah ketidakpastian lebih lanjut.