Budaya Timur yang masih saya yakini sampai hari ini adalah kemampuannya untuk belajar dari kesalahan dan kecepatannya dalam beradaptasi terhadap lingkungan yang terus berubah. Untuk kemudian memperbaikinya demi kemajuan kolektif.
Sikap semacam itulah yang membedakan, setidaknya saya, dengan budaya barat yang lebih menekankan pada individualisme dan pencapaian pribadi belaka.
Kita semua sudah mafhum bahwa skandal keuangan eFishery yang melibatkan penggelembungan pendapatan hingga USD600 juta telah menciptakan dampak sistemik yang luas, tidak hanya bagi perusahaan itu sendiri tetapi juga bagi investor dan industri startup secara keseluruhan.
Namun, setiap kesalahan bahkan yang berujung pada kejatuhan sekalipun adalah kesempatan untuk memulai evaluasi-menyeluruh dan perbaikan secara kolektif baik melalui diskusi, refleksi, maupun tindakan Bersama.
Ini menggambarkan nilai kesatuan dan pembelajaran kolektif yang lebih menekankan pada kerjasama daripada kompetisi individu.
Apakah kita hanya bisa memaki dan menangisi eFishery? Jawabannya: Tidak!
Artikel ini berupaya untuk sebanyak-banyaknya menarik pelajaran dari kasus eFishery, sambil tetap mendorong dan menghormati jalannya proses investigasi dan tindakan hukum yang menyertainya.
eFishery dan pengalaman pribadi
Di artikel sebelumnya, saya memandang bahwa keberhasilan jangka panjang dalam dunia startup tidak hanya bergantung pada pertumbuhan cepat atau inovasi teknologi, tetapi juga pada integritas, tata kelola yang kuat, dan komitmen terhadap transparansi.
Kompasianer dapat berkunjung ke tautan di bawah ini: