Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tukang Cukur Jalanan, Menyisir Tradisi di Tengah Belantara Barbershop Modern

24 Januari 2025   15:30 Diperbarui: 24 Januari 2025   16:14 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selain itu, etnis Madura juga memiliki tradisi kuat dalam profesi ini, yang berkembang sebagai respons terhadap migrasi akibat konflik sejarah seperti pemberontakan Trunojoyo (Prasetyo, 2021).

Melalui foto-foto dari Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde (KITLV) atau Lembaga Ilmu Bahasa, Negara dan Antropologi Kerajaan Belanda menunjukkan keberadaan tukang cukur jalanan di beberapa kota besar Indonesia antara tahun 1911 hingga 1930-an.

Ini mencakup aktivitas tukang cukur di Surabaya dan Medan, yang menunjukkan bahwa profesi ini sudah ada sejak lama (Wikipedia.com).

Banyak tukang cukur berasal dari daerah Garut, Jawa Barat. Pada tahun 1950-an, konflik DI/TII menyebabkan banyak penduduk Garut bermigrasi ke daerah lain untuk mencari nafkah sebagai tukang cukur.

Profesi ini kemudian berkembang menjadi pekerjaan yang menjanjikan dan dihormati (Nishlah, Hilyatun & Dhita Hapsarani, 2021; Soekirno, 2017).

Tukang Cukur Jalanan sebagai Ikon Tradisi

Tukang cukur jalanan, meski sering terlihat sederhana dan bahkan kadang terlupakan dalam hiruk-pikuk kota yang sibuk, adalah wajah sejati dari keberlanjutan tradisi.

Tanpa kursi kulit mewah, tanpa fasilitas berkelas internasional, mereka tetap memberikan sebuah potongan rambut dengan sentuhan yang penuh kearifan lokal.

Mereka adalah bagian dari budaya yang jarang dibicarakan, namun menyentuh setiap lapisan kehidupan. Setiap guntingan adalah penanda kehidupan yang sederhana, yang tak terpengaruh oleh glamour dunia barbershop modern.

Mereka lebih memilih bertemu pelanggan dalam kedekatan yang manusiawi, bercakap-cakap sambil memotong rambut, berbagi cerita, atau sekadar memberi ruang bagi orang-orang yang ingin menikmati sedikit ketenangan di dunia yang semakin berisik.

Berpindah dari Jalan ke Jalan: Menyusuri Jejak Tradisi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun