Tapi Arman tetap mencoba kembali pulang kepada Maya dan kedua anaknya yang terkasih. Dia tak sudi diperolok keadaan. Kemudian dengan sisa-sisa harapan, pergi meninggalkan tembok ratapan untuk kembali menyusun mimpi-mimpi yang baru.
Menyulam kata, menghidupi cinta.
Begitulah seharusnya. Laki-laki memang mahluk yang tak jera bermimpi, untuk kemudian mengingat seluruh mimpi yang pernah coba didaki. Hingga kematian datang disuatu malam, siang, sore atau pagi.
Demi kematian, setidaknya kita semua tak perlu bermimpi. Lagi.*
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H