Mengikutsertakan pedagang pasar tradisional dalam pelaksanaan MBG akan memperkuat nilai gotong royong dalam masyarakat. Ini menciptakan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha lokal, dan masyarakat untuk bersama-sama mengatasi masalah gizi dan ekonomi. Keterlibatan komunitas dalam program ini juga dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola makan sehat.
5. Efisiensi Distribusi
Pedagang pasar tradisional memiliki pemahaman yang baik tentang kebutuhan dan preferensi lokal, sehingga mereka dapat membantu merancang menu yang sesuai dengan selera masyarakat setempat. Selain itu, dengan menggunakan jaringan distribusi yang sudah ada, program ini dapat menghemat biaya logistik dan memastikan bahwa makanan sampai ke penerima dengan cepat dan efisien.
Dengan demikian, melibatkan pedagang pasar tradisional dalam program MBG bukan hanya memberikan manfaat langsung bagi mereka tetapi juga berkontribusi pada keberhasilan program secara keseluruhan dalam meningkatkan gizi masyarakat dan memajukan ekonomi lokal.
Dampak Ekonomi dari Program MBG: Sebuah Analisis
Berdasarkan uraian sebelumnya, maka kita dapat menganalisis potensi perekonomian dari pelaksanaan program MBG.
1. Perputaran Uang di Ekonomi Lokal: Program ini diperkirakan akan menghasilkan perputaran uang sekitar Rp8 miliar per desa per tahun dari alokasi dana makan. Hal ini diharapkan dapat mengalirkan dana ke tingkat desa dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
2. Efek Pengganda (Multiplier Effect): Setiap Rp1.000 yang dikeluarkan untuk program ini dapat memberikan manfaat hingga Rp63.500 terhadap perekonomian lokal. Ini menunjukkan bahwa investasi dalam program MBG tidak hanya berkontribusi pada kesehatan, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih luas.
3. Penciptaan Lapangan Kerja: Program ini diprediksi dapat menyerap sekitar 820 ribu tenaga kerja baru. Pekerjaan tersebut mencakup berbagai posisi, mulai dari juru masak hingga pengantar makanan, yang memberikan peluang kepada masyarakat setempat, termasuk ibu rumah tangga yang sebelumnya tidak memiliki penghasilan.
4. Pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM): Dengan melibatkan UMKM dalam penyediaan makanan bergizi, program ini berpotensi meningkatkan pendapatan mereka dan memperkuat perekonomian lokal. Koperasi diharapkan dapat berperan sebagai penghubung antara pemerintah dan pelaku UMKM.
5. Keterlibatan Pedagang Pasar Tradisional: Di Jakarta, terdapat 13 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) yang telah dibentuk untuk mendukung pelaksanaan program ini. SPPG berfungsi untuk menyediakan makanan bergizi kepada anak-anak di sekolah, dengan fokus pada pemenuhan kebutuhan gizi yang seimbang. Jika bahan baku MBG dibeli dari pasar tradisional, maka dampaknya terhadap perekonomian akan semakin besar.