Cinta adalah keberpihakan kepada yang terluka. Kesederhanaan erat melekat, membersamai disetiap sikap. Menjadi ciri yang sulit diingkari.
Cinta tak pernah berhenti mengorbankan dirinya sendiri bagi demos, bagi yang tersisih. Cinta itu menggerakkan. Menyatukan rindu yang berserak menjadi bagian dari emansipasi perubahan.
"Revolusioner sejati dipandu oleh perasaan cinta yang luar biasa." Setidaknya begitulah suara keyakinan seorang Che Guevara dari belantara hutan Kuba.
***
Selain luka dan derita, cinta itu adalah peristiwa dimana selalu ada keindahan yang menyertainya, meski hati seperti tersayat sembilu sejarah.
Seperti Dilan kepada Milea, "Terima kasih Lia, sekarang yang tetap di dalam diriku adalah kenangan. Di sana lah kamu selalu."
Dan optimisme karena cinta, pun diapungkan, "Perpisahan adalah upacara menyambut hari-hari penuh rindu."
Mungkin sudah menjadi takdirnya bahwa cinta itu akan selalu berbagi iba, derita, suka, percakapan, atau bahkan gagasan.
Ya! Rasa-rasanya cukup lama negeri ini tak tercerahkan epos romansa nan agung. Bukan picisan.
***
Seperti Jean Marais kepada Minke, "Cinta itu indah, Minke, terlalu indah, yang bisa didapatkan dalam hidup manusia yang pendek ini."
Seperti Will Keane kepada Charlotte Fielding dalam layar Autumn in New York. Saat terkasih diserang sakit akut, dia akan menghibahkan cinta terbaik yang pernah dia punya.
Seperti Seok-Woo kepada putrinya Su-an dalam kisah film Train To Busan. Rela melepaskan nyawanya sendiri dan berubah menjadi mayat hidup demi kehidupan terbaik bagi yang terkasih.
Atau mungkin juga seperti Hachiko di stasiun Shibuya pada suatu zaman. Dia yang teguh menanti kedatangan hingga batas ajal menjelang.
***
Cinta tak pernah berada dalam situasi vakum. Pada suatu ruang, pada suatu waktu, cinta terjadi; pada waktu lain, pada tempat lain, cinta yang lain terjadi --tampaknya pola sama, tapi sejatinya tak sama.
Dalam pendekatan yang lain, cinta itu bak politik, 'la politique' dalam pengertian Rancire: pembebasan yang tak bisa berhenti, karena dunia tak pernah sempurna.
Setinggi-tingginya filsafat tentang cinta, tak akan selalu memuaskan pertanyaan, "Kepada siapa cinta berpihak?", kepada yang lemah dan tertindas atau kepada yang serakah dan penindas. Apapun itu jangan pernah membiarkan cinta pergi menjauh dari dirimu.
"Hidup yang baik adalah hidup yang diinspirasi oleh cinta dan dipandu oleh ilmu pengetahuan", begitu nasihat seorang sosialis Inggris, Bertrand Russell.
Cinta adalah milik siapa saja, tak peduli ratu kecantikan atau seorang atlet olah raga, bukan?!
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI