Selama karier awalnya, ia dikenal sebagai akademisi yang mengajar di beberapa institusi pendidikan di Argentina sebelum diangkat menjadi Uskup Agung Buenos Aires pada 1998. Sebelumnya, Bergoglio menamatkan tesis doktoralnya dan meraih gelar master filsafatnya di Jerman.
Sebagai Paus, Fransiskus dikenal karena pendekatannya yang tidak konvensional. Ia memilih tinggal di wisma Domus Sanctae Marthae alih-alih apartemen resmi kepausan, menolak kemewahan dan menunjukkan gaya hidup sederhana.
Filosofi kepemimpinannya berfokus pada empati, belas kasih, dan komitmen terhadap orang miskin. Ia secara aktif mendorong dialog antaragama dan menekankan pentingnya kesetaraan gender serta perlindungan lingkungan.
Fransiskus juga terkenal karena kritiknya terhadap kapitalisme tanpa kendali dan konsumerisme. Dalam ensikliknya, ia menyerukan perlunya perhatian terhadap isu-isu sosial dan lingkungan, serta mengadvokasi untuk penghapusan hukuman mati secara global.
Meningkatkan Kritik Terhadap Israel
Paus Fransiskus, pemimpin Gereja Katolik Roma, telah mengeluarkan serangkaian pernyataan tajam yang mengecam serangan militer Israel di Gaza, menyebutnya sebagai "kekejaman luar biasa" dan menyerukan penyelidikan atas dugaan genosida terhadap rakyat Palestina (Antaranews.com, 23/12/2024; Kompas.id, 21/12/2024).
Dalam konteks konflik yang telah berlangsung lama ini, suara Paus menjadi sorotan global, mengundang reaksi keras dari pemerintah Israel yang menuduhnya menerapkan "standar ganda."
Pada 21 Desember 2024, Paus Fransiskus mengutuk pengeboman yang menewaskan tujuh anak dari satu keluarga di Gaza, menyatakan bahwa tindakan tersebut bukanlah perang, tetapi sebuah kekejaman.
Ia menekankan bahwa serangan udara Israel telah menyebabkan banyak korban jiwa, terutama di kalangan anak-anak dan Perempuan.
Dalam pidatonya, Paus menyatakan, "Kemarin anak-anak dibom. Ini adalah kekejaman, bukan perang," menegaskan betapa mendalamnya rasa sakit yang dirasakannya terhadap situasi di Gaza.