Mohon tunggu...
Tino Rahardian
Tino Rahardian Mohon Tunggu... Jurnalis - Pegiat Sosial⎮Penulis⎮Peneliti

Masa muda aktif menggulingkan pemerintahan kapitalis-militeristik orde baru Soeharto. Bahagia sbg suami dgn tiga anak. Lulusan Terbaik Cumlaude Magister Adm. Publik Universitas Nasional. Secangkir kopi dan mendaki gunung. Fav quote: Jika takdir menghendakimu kalah, berikanlah dia perlawanan yang terbaik [William McFee].

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Perlawanan dan Pengasingan: Haul ke-170 Tahun Pangeran Diponegoro

12 Januari 2025   14:41 Diperbarui: 12 Januari 2025   14:41 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Latar Belakang Perang Diponegoro

Perang Diponegoro dimulai sebagai reaksi terhadap tindakan pemerintah kolonial Belanda yang merampas tanah milik Pangeran Diponegoro dan menyengsarakan rakyat melalui pajak yang tinggi.

Sebagian sejarawan menuding perilaku koruptif dan kondisi ekonomi yang sangat buruk sebagai sumber utama konflik bersenjata.

Perang Diponegoro dipicu oleh berbagai faktor, termasuk ketidakpuasan terhadap kebijakan kolonial Belanda yang menindas dan campur tangan mereka dalam urusan kerajaan.

Salah satu insiden yang memicu kemarahan Pangeran Diponegoro adalah pemasangan patok untuk pembangunan rel kereta api di atas makam leluhurnya di Tegalrejo.

Tindakan ini dianggap sebagai penghinaan dan pelanggaran terhadap adat istiadat setempat, yang membuatnya bertekad untuk melawan.

Diponegoro mengorganisir perlawanan dengan menggalang dukungan dari berbagai kalangan, termasuk petani dan priyayi. Ia juga dibantu oleh tokoh-tokoh penting seperti Kyai Mojo, yang berperan sebagai pemimpin spiritual dalam pergerakan tersebut.

Strategi gerilya yang diterapkan selama perang memungkinkan pasukan Diponegoro untuk menghadapi tentara Belanda yang jauh lebih besar dalam hal jumlah dan persenjataan.

Perang ini berlangsung selama lima tahun dan mencakup berbagai daerah di Jawa. Meskipun Pangeran Diponegoro berhasil meraih beberapa kemenangan awal, pada akhirnya, pasukan Belanda menggunakan strategi benteng untuk mengepung dan menangkapnya.

Pada 28 Maret 1830, Diponegoro menyerahkan diri setelah negosiasi untuk membebaskan sisa anggotanya. Kemudian diasingkan ke Manado dan Makassar hingga wafat pada 8 Januari 1855 di Benteng Rotterdam.

Pengasingan dan Kehidupan Terakhir

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun