Dalam buku ini, Bennis menyajikan berbagai contoh nyata dari kegagalan kepemimpinan dan memberikan wawasan tentang bagaimana pemimpin dapat mengatasi hambatan-hambatan tersebut.Â
Bennis menekankan pentingnya kesadaran diri, komunikasi terbuka, dan keberanian untuk berubah sebagai kunci untuk mengatasi tantangan kepemimpinan.
Bennis juga membahas bagaimana pemimpin dapat menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan individu dan kolektif, serta pentingnya membangun kepercayaan di dalam tim.
Dengan pendekatan yang reflektif dan aplikatif, ia memberikan panduan bagi para pemimpin untuk memahami dinamika interpersonal yang kompleks dalam organisasi.
Setidaknya ada tiga pelajaran penting dari buku ini, yaitu:
1. Kepemimpinan sebagai Hubungan: Bennis menekankan bahwa kepemimpinan bukanlah sekadar posisi atau jabatan, melainkan sebuah hubungan yang dinamis antara pemimpin dan pengikut. Pemimpin yang efektif harus mampu membangun kepercayaan dan komunikasi yang terbuka dengan pengikutnya.
2. Krisis Kepemimpinan: Bennis mengidentifikasi adanya krisis kepemimpinan global, di mana banyak pemimpin tidak mampu memenuhi harapan masyarakat. Ia berargumen bahwa untuk mengatasi krisis ini, pemimpin harus memahami konteks sosial dan budaya di mana mereka beroperasi.
3. Peran Pengikut: Dalam pandangan Bennis, pengikut memiliki peran yang sama pentingnya dengan pemimpin. Ia menyatakan bahwa kualitas kepemimpinan sering kali mencerminkan kualitas pengikut. Jika pengikut tidak aktif atau terlibat, maka pemimpin akan kesulitan untuk memimpin dengan efektif.Â
Pemimpin yang efektif adalah tidak sekadar terpengaruh oleh arus perubahan lingkungan, lalu tunduk pada keadaan sosialnya. Tetapi ia harus bisa menantang dan menguasai lingkungan dengan jalan mengubahnya dengan cara yang mendasar.Â
Langkah pertamanya adalah menolak untuk dikendalikan orang lain dan memilih untuk mengendalikan diri sendiri.
Herman B. Wells, seorang profesor dari Universitas Indiana, membuat sebuah analogi yang sangat menarik. Dia mengatakan bahwa: